5 + 4 + (-8) = 1

45 1 0
                                        

Kegiatan belajar mengajar telah dilakukan sejak satu jam yang lalu, membuat area sekolah tampak lebih sepi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kegiatan belajar mengajar telah dilakukan sejak satu jam yang lalu, membuat area sekolah tampak lebih sepi. Di kelas 11 IPS 3, otak para murid sudah mulai panas mendengar penjelasan dari guru Matematika. Sebagian ada yang berusaha untuk memahami sederet angka dan huruf di papan tulis, sebagian lagi ada yang sudah menyerah dengan pelajaran tersebut.

Arin menjadi salah seorang murid yang lebih memilih tidur daripada mendengarkan penjelasan guru. Sebelumnya gadis itu telah mencoba untuk fokus pada materi, tetapi penjelasan guru yang terdengar seperti dongeng tidur membuat Arin tidak mampu menahan rasa kantuk. Matanya yang terasa berat pada akhirnya terpejam tanpa peduli dengan situasi saat ini.

"Ada yang masih belum dimengerti?" tanya Bu Indah selaku guru Matematika. Sembari menunggu tanggapan dari anak muridnya, Bu Indah menghapus sebagian rumus di papan tulis dan menggantinya dengan dua buah soal.

"Karena nggak ada yang jawab, Ibu anggap kalian udah paham semua." Bu Indah mengulurkan spidol hitam. "Ada yang mau jawab soal di depan?"

Di waktu seperti inilah para murid membuang muka dan pura-pura sibuk. Ada yang menunduk, ada yang menulis sesuatu di buku, ada yang memerhatikan papan tulis seperti tengah serius berpikir. Di saat yang lain merasa tegang dan berada di ambang kematian, Arin masih sibuk menjelajahi mimpinya.

"Kalau nggak ada yang ke depan, Ibu tunjuk." Kalimat itu terdengar horror bagi para murid. Tampak mereka bergerak gelisah di bangku masing-masing sampai salah satu murid mengacungkan tangan. Dia adalah Bian, sang penyelamat mereka semua. Helaan napas lega mereka keluarkan ketika Bian beranjak dari bangku dan mencoret-coret papan tulis dengan jawaban.

"Satu lagi, siapa yang mau?" tanya Bu Indah. Tatapan matanya yang tajam mengarah kepada setiap murid yang tampak takut hingga akhirnya ia terpaku pada Arin yang dengan tenang terlelap di jam pelajarannya. Tanpa ragu, Bu Indah melempar spidol ke arah Arin. Tepat sasaran, spidol itu mengenai kepala Arin cukup keras, membuat gadis itu refleks berdiri dengan wajah bantalnya.

"Gimana tidurnya? Nyenyak?" tanya Bu Indah dengan senyum mengerikan. Namun, dengan polosnya Arin menanggapi dengan anggukan kecil. "Ambil spidolnya dan kerjain soal di depan!"

Arin terperanjat mendengar suara menggelegar Bu Indah. Buru-buru dirinya mengambil spidol hitam yang tergeletak di lantai kemudian maju ke depan. Bukannya menjawab soal, gadis itu hanya mematung dengan tatapan kosong. Apa yang hendak ia tulis kalau dirinya saja tidak memerhatikan penjelasan Bu Indah?

Menoleh ke kiri, Arin baru menyadari adanya Bian di sebelahnya. Pemandangan Bian yang serius menjawab soal tampaknya lebih menarik daripada soal rumit di depannya. Arin hanya diam sampai Bian selesai mengerjakan soal. Tatapan mata keduanya sempat bertemu, tetapi Bian segera mengalihkan pandangan.

"Aduh!" Arin meringis sambil mengusap kepalanya. Ternyata Bu Indah baru saja memukul Arin dengan penghapus papan tulis.

"Ibu suruh kamu ke depan buat kerjain soal, bukan diliatin aja," sindir Bu Indah.

A + B = C (Arin + Bian = Cinta) Where stories live. Discover now