Sera baru tahu Shaga tak ubahnya seperti batu;keras dan kokoh. Keinginan pria itu benar-benar membuat Sera harus terus berpikir dan menebak. Dan Sera benci hal seperti itu. Ia benci tidak tahu apa yang sedang Shaga inginkan.

"Gue berubah pikiran! Gue nggak mau." Rasanya Sera ingin mengatakan itu secara gamblang, tapi penawaran Shaga yang satu ini tidak bisa ia abaikan. Sera dapat banyak keuntungan dengan Shaga mau menuruti dirinya, menekan egonya terhadap Shaga demi kelancaran balas dendamnya pada Isabella harus ia lakukan. Dipikir-pikir Sera tidak perlu ambil pusing dengan keinginan Shaga saat ini. Ia hanya perlu membuat pertahanan dan solusi dari dampak yang ditimbulkan oleh Shaga. Sera akan mengatasinya satu persatu nanti.

Ia lebih berkeinginan membuat Isabella hancur perlahan. Lebih dari apapun keinginannya itu lebih besar. Namun, ia punya rencana lain, jika kelakuan Shaga seperti ini? Bukannya ia tidak perlu mengejar. Ia hanya perlu menarik ulur perasaan Shaga dengan otak cerdiknya.

"Oke, deal! Jadi, apa? Permainan apa yang lo maksud?" tanya Sera tidak sabaran. Gadis itu menatap Shaga penasaran. Di mata Shaga saat ini Sera sama seperti anjing imut yang sedang meminta dielus, jadi tanpa pikir panjang Shaga mengulurkan tangan untuk merealisasikan imajinasinya itu. Mengelus lembut rambut Sera yang ternyata begitu halus. Rambut coklat bergelombang itu membuat telapak tangan Shaga betah berdiam di atas sana.

"We kiss again, who can't stand it and pull away first? that person loses." Senyuman sialan itu seperti tidak merasa bersalah sedikitpun setelah membuat Sera tersedak ludahnya sendiri. Shaga mengulurkan botol yang baru saja Ia buka segelnya. "Minum dulu. Kaget banget sih? Kayak nggak pernah ciuman sama gue aja."

"Diam nggak!" setelah puas membentak Sera kembali meminum minuman yang Shaga berikan hingga kandas setengah botol. Lalu, tanpa rasa bersalah memberikannya lagi pada Shaga agar ditutup. "Lo ternyata mesum ya? Emang otak nggak beres lo."

Shaga mengulum senyum dengan tangan sibuk menaruh kembali botol, "Kata orang yang gue temuin kemarin. Ciuman bukan suatu hal yang besar. Gue cuman pengen ngerasain lagi proses kupu-kupu berterbangan dalam perut, tapi secara ilmiahnya."

Sialan. Shaga ini pintar sekali berbicara. Wajah Sera saat ini terasa panas dengan jantung berdegup kencang. Memalukan. Sera rasanya ingin membenturkan kepala Shaga ke tembok agar waras lagi, Shaga yang ini ternyata lebih berbahaya.

"Udah nggak bisa mundur, lo udah deal tadi." Tangan besar Shaga sudah berada tepat di belakang leher Sera, entah sejak kapan. Pria itu seolah tahu dimana celah yang tepat melewati rambutnya dan menyentuh kulit polos Sera.

Jantung Sera rasanya turun melewati paru-paru dan membuat ia merasa sesak napas saat permukaan bibir hangat Shaga menekan bibirnya cukup kuat, jemari Sera yang biasa dimainkan Shaga kali ini bersemanyam dengan nyaman di pundak Shaga  seraya meremasnya pelan.

Ini tidak adil, rasanya Sera akan pingsan karena jantung berdebar dan oksigen yang menipis. Terlebih saat tangan Shaga mulai menjalar memegang dagunya dengan kepala miring ke kanan. This fucking man! Sera benci mengakui jika dirinya kewalahan hanya karena ciuman panjang Shaga. Gadis itu perlahan menepuk bahu Shaga sebagai pertanda ia sudah tidak kuat, terlebih ciuman panjang Shaga semakin menuntut dan tangan pria itu mengeras di belakang lehernya. Membuat Sera meremang dengan darah berdesir.

"Udah gila lo ya!" Sera terengah dengan mulut terbuka dan hidung menghirup udara dengan rakus. Ia membiarkan dahinya bersentuhan dengan dahi Shaga.

Shaga tersenyum kecil sebagai tanggapan, jemarinya yang tadi memegang dagu Sera beralih memegang pipi Sera yang memerah dengan suhu menghangat, "I like your lips."

"Diem! Gue lagi napas!" sentak Sera dengan mata terpejam, ia jadi sensi sendiri karena tahu dirinya kalah telak dari Shaga. "Lo emang psycho ya, bener-bener mau bikin gue mati karena lo nggak ngasih napas waktu ciuman."

"Kalau lo mati, gue cium siapa dong?" tanya Shaga dengan wajah geli. Pria itu sibuk mengelus pipi Sera dengan mata sesekali melirik bibir Sera yang begitu merah. Tidak ingin berkegiatan lebih jauh, Shaga memilih menarik tubuhnya dan duduk dengan tegak kembali di kursi kemudi, tangan pria itu kemudian terulur meraih paper bag lalu memberikannya pada Sera. "Sarapan dulu, tadi gue masak. Nasi goreng doang, sih. Nanti gue belajar masak yang lain lagi!"

"Nyogok nih ceritanya?" tukas Sera sudah kembali normal, gadis itu membuka kotak bekal yang berada di dalam paper bag. Membuka penutupnya dan seketika harum nasi goreng memenuhi mobil. "Ada racunnya nggak, nih?"

"Suap gue dulu coba, kalau gue keracunan berarti ada." Shaga mulai menjalankan mobil meninggalkan perumahan elite itu. Hingga mobilnya berbaur dengan mobil lain di jalanan besar.

"Modus lo, Crocodylidae!" Tanpa mengidahkan Shaga lagi Sera menyendokkan nasi itu ke dalam mulutnya, mulai mengunyah dengan tenang. Kebiasaannya saat sedang makan dan Shaga pun diam saja, seolah mengerti jika Sera tidak bisa diganggu ketika menyantap sesuatu.

"Enak?" Shaga segera bertanya setelah melihat Sera telah menyelesaikan sarapannya, gadis itu menaruh kembali kotak bekal di dalam paper bag. Tanpa membaginya sedikit pun pada Shaga, karena untuk apa? Toh, pria itu membuatkan bekal untuknya, seharusnya ia juga sudah makan dan tidak merecoki bekal yang akan ia makan.

"Biasa aja, nggak ada udang atau seafood lainnya." Sera mengelap bibirnya dengan tisu basah lalu mengoleskan kembali pelembab bibir.

Shaga mengangguk mengerti, "Besok pakai seafood. Ada request yang lain lagi?" Saat mendapati lampu merah, Shaga menoleh menatap Sera yang sibuk dengan dunianya sendiri;memperbaiki tatanan rambut, memeriksa dengan teliti gigi putihnya, dan menyemprotkan parfum dari botol kaca.

"Tambahin telur rebus setengah masak, nggak maksa sih! Nanti lo ngira gue nggak tau diri lagi," ujar Sera yang tetap fokus pada kegiatannya.

Menunggu lampu hijau, Shaga menyempatkan untuk berpuas diri menatap Sera dari jarak sedekat ini. Rambut gadis itu yang ternyata sangat halus di genggamannya, pipi putihnya yang terasa hangat ketika memerah, bibirnya yang manis dan merona, hidung kecil yang sialnya terlihat mancung, tidak lupa dengan bagian favorit Shaga yaitu;mata indah yang dihiasi bulu mata. Shaga suka mata gadis itu.

"Jangan lihatin gue, lo jatuh cinta sama gue, gue nggak mau tanggung jawab lho ya!" tukas Sera tanpa melepaskan pandangannya dari kaca yang berada di depannya. "Ck! Lihat depan, deh! Itu udah lampu hijau."

Tanpa diperintah dua kali Shaga kembali menjalankan mobil dengan senyum kecil di bibirnya, "It's okay. Gue nggak masalah, karena perasaan gue itu tanggung jawab gue. Gue cuman perlu berusaha bikin lo balik suka sama gue aja."

"Huh?"








______________________________________________

MAMPUSS!!!

PEGANGAN YANG ERAT, KITA MASUK ERA MEREKA BUCIN YA SENGKUHH😌🤝

SIAPIN JANTUNG AJA SIH BACANYA.

NGGAK BERMAKSUD KASAR YA SENGG! TAPI AKU NGEREOG SENDIRI PAS BACA ULANG DRAFT INIII. MEREKA ITU KAYAK PERPADUAN YANG PAS NGGAK SIH? Satunya tsundere parah, satunya lagi ugal-ugalan.

ADA YANG TAHU NGGAK KENAPA SHAGA SEUGAL-UGALAN ITU DEKETIN SERA?

COBA TEBAK!!!

Love uu seng💐💐💐🤏

DROPP COMMENT KALIAN YAA :)

KARAKTER SIAPA YANG PALING KALIAN SUKA? Dan what the reason.

INVISIBLE STRINGWhere stories live. Discover now