14. Jatuh Yang Menyenangkan

64 6 2
                                    

Perihal jatuh cinta dengan salah satu penduduk sekolah, rasanya bisa menjadi semangat baru untuk bangun pagi, menjalani hari dengan perasaan gembira, dengan harapan hari ini di sekolah, takdir bisa berkesempatan baik untuk mempertemukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perihal jatuh cinta dengan salah satu penduduk sekolah, rasanya bisa menjadi semangat baru untuk bangun pagi, menjalani hari dengan perasaan gembira, dengan harapan hari ini di sekolah, takdir bisa berkesempatan baik untuk mempertemukan.

Dan untuk Pradipta Bumi Baskara, dia berhasil menemukan itu.Selain alasan untuk mengantarkan Shakira ke sekolah, Laura suskses menjadi alasan lainnya Bumi bersemangat ke sekolah. Awalnya tidak terlalu aneh melihat anak badung seperti Bumi datang pagi-pagi, tapi semuanya menjadi aneh saat cowok jangkuk itu mulai nangkring di pos satpam.

"Tumbenan kamu di sini Bum? Gak ke buset lagi?" tanya pak Septa. Pria paruh baya itu mengernyit keheranan melihat kelakuan Bumi yang tidak melepas pandangannya dari gerbang sekolah.

"Lagi nungguin Laura pak," jawab Bumi gamblang. Tidak perlu sembunyi-sembunyi, karena Bumi akan dengan senang hati mengatakan bahwa dia jatuh hati pada wakil ketua Osis SMA Angkasa, dia jatuh hati pada gadis yang selalu mengenakan headband ke sekolah itu. Jatuh yang sangat menyenangkan.

Pak Septa menggelengkan kepalanya maklum. "Jatuh cinta di masa remaja itu emang paling menyenangkan, karena semuanya baru pertama kali di rasakan. Jantung berdebar-debar, senang ketemu walaupun cuma lewat doang, dan paling utama, jadi semangat ke sekolah cuma demi bisa lihat dari jauh."

Bumi ikut tersenyum mendengarnya. Efek yang sama dengan apa yang terjadi pada Bumi sekarang. "Doa'in dong pak biar cepat di terima," pintanya menatap pak Septa dengan memelas.

"Gak cocok muka tegas kamu pasang ekspresi kayak begitu Bum," ejek pak Septa hingga mengundang tawa dari Bumi.

"Weishh! Ngetawain apa nih, seru banget kayaknya." Putra yang baru datang bersama Kafka langsung ikut bergabung dengan Bumi duduk di pos satpam.

"Nguap mulu, mandi makanya," kelakar Bumi begitu melihat Putra menguap.

"Si anjir, gue mandi ya! Cium nih kalau gak percaya!" Dengan kesal Putra menjajalkan ketiaknya ke arah hidung Bumi. Tindakannya tentu saja langsung membuat Bumi berlari menghindar dengan tawa yang semakin tidak bisa terbendung, begitu pun Kafka.

"Bau lo Put," ejek Bumi semakin menjadi-jadi.

Semakin kesal karena tidak berhasil menangkap Bumi, Putra mengangkat jari tengahnya sebagai bentuk pelampiasan. "Gue udah capek bangun pagi-pagi malah gak di katain gak mandin."

"Buset yok, gue mau makan," ajak Kafka membuka suara. Cowok yang kerap kali menggunakan tindik itu memang selalu sarapan di sekolah, lebih tepatnya di warung buset.

"Tante Nada shift malam?" tanya Bumi. Saling mengetahui latar belakang masing-masing, membuat mereka mulai paham akan kepelikan hidup antara satu sama yang lain.

"Gantiin shift temannya," jelas Kafka seadanya. Bumi dan Putra yang paham pun menganggukkan kepala mereka mengerti.

"Yok lah, burjo!" ajak Putra kembali bersemangat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang