Hello Danuja | [10]

229 56 42
                                    

Sebelum lupa diperkenalkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum lupa diperkenalkan. Jadi ini Dokter Abas Pramestu kita yang kocak hehehe.

****

Anin menggigit ibu jarinya. Sudah sepuluh menit ia berdiri di depan kamar Danuja. Bahkan ia sengaja berusaha bangun jam setengah enam pagi agar dirinya tidak kecolongan. Terhitung, sepertinya sudah empat... tidak mungkin lima?

Anin tidak menghitungnya dengan baik. Namun sudah beberapa hari ini Danuja terlihat sekali menghindarinya. Mengabaikannya. Tidak bertegur sapa, bahkan memilih untuk tidak melihat keberadaannya jika mereka tidak sengaja terlibat pada suatu momen untuk saling memandang.

Anin baru tahu bahwa ketika Danuja marah, ia akan diam berhari-hari seperti ini. Awet sekali pikir Anin. Jika Anin, ia lebih memilih menyelesaikannya secara langsung dari pada harus betah membisu seperti ini.

Gadis itu membuang napasnya kesal. Lalu...

cklek

Pintu kamar Danuja terbuka dan sosok itu akhirnya berdiri di hadapannya dengan pakaian tidur berwarna abu-abu. Wajah Danuja yang biasanya tegas, sekarang terlihat lebih manusiawi ketika bermuka bantal ternyata. Hal itu sejujurnya membuat Anin ingin tertawa, tapi dia menahannya untuk tidak membuat Danuja kebingungan dengan tingkahnya.

Seperti yang Anin duga, kini Danuja hanya menatapnya sebentar lalu diam saja tidak mengatakan apapun. Bahkan kini, pria itu berjalan melewati sisi kiri tubuhnya menuju area dapur dan mengambil gelas. Danuja mengisi gelas itu dengan air dan meneguknya sampai tandas.

Anin pun berdehem dengan pelan sambil menggigit bibir bawahnya. Ia merasa salah tingkah sendiri. Entah harus memulai dari mana untuk berucap dengan pria ini.

"Nuja...," panggilnya sekali namun tidak mendapat respons apapun.

Yang memiliki nama malah duduk di stool dan bermain HP. Anin pun menghela napasnya. Baiklah, ia harus lebih berusaha, jadi Anin berjalan dan berdiri di samping Danuja. 

"Nuja...," panggilnya lagi yang kali ini sedikit lebih keras. "Nuja, please dong ngomong sesuatu. Lo jangan diem aja." 

Danuja tidak menggubris gadis itu. Bahkan kini ia menarik diri sedikit lebih jauh agar tidak bersentuhan dengan Anin. Gadis itu tentu kesal, ia mendengkus dan menyilangkan tangan di depan dada.

Belagu anjing.

"Nuja... gue kan udah bilang sori kemarin. Masa lo ga mau maafin, sih?" Dia masih berusaha membujuk pria itu namun Danuja senang sekali melihatnya seperti orang gila yang berbicara sendiri tanpa mendapat respons.

"Gue udah minta maaf, lho." Lalu Anin menyerah dengan kalimat terakhirnya. "Terserah! Lo kira gue suka ngemis-ngemis maaf dari lo gini? Enggak, ya! Jangan pikir karena lo lagi marah kayak gini, membuat gue harus sujud untuk---"

"Halo?" 

Danuja menerima telepon yang membuat emosi Anin tidak tersalurkan dengan sepenuhnya. Rasanya ia mau meledak sekali. Dan untuk melampiaskan kemarahan itu, Anin berjalan ke sofa, ia meraih bantal di sana dan melemparkan pas mengenai kepala Danuja yang sedang memunggunginya.

HELLO DANUJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang