Hello Danuja | [7]

197 49 23
                                    


Danuja kecil mengayuh sepedanya sambil menikmati angin sore di sekitaran komplek rumahnya. Lalu ketika matanya melihat penjual es krim, dia berhenti mengayuh sejenak. Ia memeriksa kantung celananya apakah ada uang yang bisa ia dapatkan dari sana. Dan matanya berbinar, ketika menemukan uang sepuluh ribu di sakunya.

Danuja mengayuh sepedanya lagi mendekati penjual es krim tersebut. Dan ketika sampai, ia membeli dua es krim yang rencananya akan ia bawa pulang untuk di makan nanti. 

Danuja sudah akan pergi setelah es krim itu ia dapatkan. Namun baru berjarak dua meter dari tempatnya membeli es krim, Danuja berhenti sejenak. Matanya tidak sengaja menangkap sesosok anak perempuan yang sedang menangis sendirian sore itu.

Lantas, Danuja kecil memarkirkan sepedanya. Bergerak mendekati dengan kantung es krim di tangannya. Setelah ia berhasil tiba di depan anak perempuan itu, Danuja berjongkok. Menatap hidungnya yang memerah dan matanya masih sembab.

"Kamu kenapa?" tanya Danuja yang merasa sedih juga.

"Aku jatuh dari sepeda." 

Danuja yang berumur sepuluh tahun memiliki kepekaan yang cukup baik sehingga wajahnya menujukkan kekhawatiran ketika melihat luka pada lututnya. 

"Kamu tunggu sebentar, ya."

Danuja membawa sepedanya, mengayuhnya agak kencang menuju sebuah apotek. Ketika sampai, hal pertama yang ia beli adalah plester dari uang kembalian es krim tadi. Setelah mendapatkannya, Danuja kembali buru-buru dan gadis kecil itu masih ada di sana.

Danuja turun dari sepeda, mendekat lagi dan memberikan plester untuknya. 

Gadis kecil itu menerimanya sambil sesenggukkan. "Makasih." Dengan mata sembabnya yang membuat Danuja masih merasa khawatir.

"Aku bantuin sini." Danuja mengambil plester itu lagi dan kemudian menutup lukanya. "Udah selesai. Semoga cepat sembuh, ya." Danuja tersenyum.

"Makasih, kak."

"Oh, ya? Kamu masih bisa naik sepeda?"

Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya. "Rumahku deket." 

Danuja menganggukk paham. Lalu Danuja menegakkan tubuhnya dan mengulurkan tangan agar gadis itu bisa berdiri dengan bantuannya. Ia pun menerima tangan Danuja dan ikut berdiri, membersihkan celana merah mudahnya yang kotor.

"Nama kamu siapa?"

"Namaku A---"

"Mas Nuja! Ayo pulang, udah sore!" 

Danuja menoleh dan melihat Mbak Fatma memanggilnya. Lalu Danuja melihat anak perempuan itu lagi. "Aku harus pulang. Kamu hati-hati, ya." Danuja tersenyum.

***

Dalam sembilan hari dari sekarang, Danuja akan resmi menjadi bagian dalam keluarga Anin dan sebaliknya, Anin akan resmi mendapatkan gelar sebagai Nyonya Ragnala. Danuja menghela napas panjang.

Di depannya, ada Anin yang masih memilih cincin pernikahan yang ia mau. Ya, baru kali ini Anin terlihat niat dalam pernikahan mereka. Namun tenang saja, ini bukan karena ia yang tiba-tiba bersemangat, melainkan karena hari ini ada Rani --Mama Danuja-- yang menemani mereka. 

"Menurut Anin, ini bagaimana? Anin suka, ga?" Rani menunjuk satu cincin yang cukup sederhana design-nya namun tetap meninggalkan kesan elegan dan mewah.

"Menurut Anin, ini bagaimana? Anin suka, ga?" Rani menunjuk satu cincin yang cukup sederhana design-nya namun tetap meninggalkan kesan elegan dan mewah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
HELLO DANUJAWhere stories live. Discover now