Hello Danuja | [2]

420 92 28
                                    




Setelah percakapan dengan penuh emosi bernama Randes, Anin tidak lagi mau bicara dan bersikap cuek pada Randes. Kecuali kepada Amira saja Anin masih menunjukkan perhatiannya. Randes tidak mempermasalahkan itu, meskipun ini pertama kalinya Anin marah padanya sampai mendiaminya. Namun Randes paham... cucunya masih emosi sesaat saja.

Hari itu, Anin sudah tidak di rumah dari pagi. Katanya Jafir -sang sekretaris- Anin berangkat menuju Makassar bersama band-nya untuk tampil di sebuah festival musik. Randes yang mendengar kabar itu menghela napas dan menganggukkan kepala pada Jafir.

Pertama kalinya juga Anin pergi ke luar kota tanpa berpamitan pada Randes. Sudah dua hari mereka tidak saling tegur sapa. Dan... ia jadi tidak enak juga dengan Danuja yang mungkin menunggu info darinya dalam mengatur pertemuan Anin dan Danuja sendiri.

"Berapa hari Anin di sana?" tanya Randes yang sedang duduk di kursi kerjanya, sedang Jafir berdiri di depan mejanya.

"Sekitar tiga hari saja, pak."

Randes mengangguk lagi dan memijat pelipisnya sebentar. "Oh.. Hima ikut ke sana, kan?" tanya Randes.

"Ikut, pak. Tapi mbak Anin ga tahu."

Hima adalah pengawal yang Randes tugaskan untuk menjaga Anin dari kejauhan. Mengawasi setiap pergerakannya dan apa yang dia lakukan. Meskipun diberikan kebebasan, Randes tetap harus menjaga keselamatan cucu-nya. Dan pilihan tepat untuk memperkerjakan seseorang demi mengawal cucu perempuan satu-satunya.

"Ya udah. Kamu boleh pergi."

Jafir menundukkan kepala lalu keluar dari ruangan Randes dengan sopan. Randes pun menghela napas panjang dan membuka HP-nya. Ia melihat wajah Anin dan Hanung di sana dan tersenyum. Ia mengusap wajah Anin yang sangat mirip dengan papa-nya. Sedangkan Hanung mirip dengan mama-nya.

"Kakung cuma pengen Anin ada yang jagain, Nin." Randes tersenyum samar dengan rasa sedih. Ia ingin cucu-nya mendapat pria yang baik, yang jelas asal-usulnya, yang mapan dan bisa membahagiakan Anin. Dan... Danuja adalah pilihan terbaik.

Randes pun membuang napas dan segera mencari kontak Danuja yang sudah ia minta saat pertemuan pertama mereka. Randes menelepon Danuja siang itu, dan setelah menunggu beberapa detik ada respons dari Danuja.

Ia mengangkat panggilan Randes.

"Halo Danuja?"

"Eh... ini siapa, ya?"

"Calon mertua kamu."

"Mertua siapa?"

Randes tertawa mendengarnya. "Randes Wilaga. Ingat?"

"Oh... yaampun. Maafin saya, pak. Iya, pak Randes. Bagaimana?"

"Sabtu depan kamu sibuk, ga?"

"Sabtu depan, ya? Kayaknya... itu jadwal libur saya, pak."

"Wah... pas banget kalau gitu." Randes nampak tersenyum lebar sekali. "Kamu ketemu Anin ya hari Sabtu depan? Gimana? Bisa, kan?"

Lama tak menjawab ucapan Randes membuat Randes cukup gelisah. "Halo Danuja? Gimana? Bisa?"

"Em... iya, pak. Bisa."

"Oke. Kalau gitu nanti saya atur tempat ketemuannya, kamu tinggal datang aja ke sana."

"Ga usah, pak. Untuk pertemuannya... biar saya yang hubungi Anin sendiri dan atur tempatnya."

"Kamu yakin bisa ngajak dia ketemuan?"

"Saya bakalan coba, pak."

"Oke kalau gitu. Saya percayakan sama kamu."

"Baik, pak."

HELLO DANUJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang