7. SONG AND MOM

66 27 2
                                    

Lucifer dan yang lainnya masih berada di ruangan inap Elgar. Mereka bergantian izin sekolah untuk beberapa hari karena akan menjaga Elgar. Selama cowok itu tidak sadarkan diri, guru dan beberapa siswa-siswi lainnya juga menjenguk. "Itu buat Elgar, sialan." Galen mengambil coklat yang akan di buka oleh Arvin dan Regan. "Jangan memakan suatu hak yang bukan untuk kita."

"Satu doang, ntar coklatnya keburu di makan semut kalau di tumpuk begitu." Arvin menunjuk ke arah meja yang di penuhi berbagai bingkisan. Ntah itu jajanan, buah, coklat, dan yang lainnya.

Galen menggeleng. "Nanti makan bareng Elgar kalau dia udah bangun." Galen menjelaskan bahwa makanan di atas meja akan mereka makan bersama setelah Elgar sudah sadarkan diri. Tapi setelah ia selesai menjelaskan, Arvin sudah berdiri di samping bed Elgar dengan coklat di tangannya.

"Elgar, ayo buka mulut. Aaaaa~" kata Arvin dan Regan yang berada di sisi lainnya sudah siap akan membuka mulut Elgar dengan senyuman manis karena mereka akan memakan semua bingkisan di atas meja.

Lucifer datang dari luar karena habis dari mencari makanan, cowok itu melebarkan matanya melihat kelakuan Regan dan Arvin.

Langkahnya yang cepat segera mendekati kedua cowok itu dan memukul kepala mereka hingga keduanya meringis kesakitan. "Lo berdua mau gue bogem?"

"Yaelah, kita mah mau kasih nutrisi ke Elgar biar dia cepat sadar," ucap Regan sambil mengaduh kesakitan. "Orang pingsan juga butuh makan, makanya kita suapin."

"Orang pingsan mana bisa makan." Dylan menutup buku yang baru saja ia selesai baca. Mendengar suara Regan dan Arvin yang berisik membuat mood membacanya hilang seketika. "Otak lo berdua ketinggalan di mana sampe bilang orang pingsan juga butuh makan."

"Arvin kemaren pingsan, gue siapin mie goreng juga langsung kebuka mulutnya," Regan bercelutuk membuat Arvin membenarkan ucapan temannya.

"Gue contoh orang pingsan, tapi harus tetap makan biar cepat sadarkan diri," kata Arvin dengan anggukan cepat beberapa kali.

Lucifer berdecak pelan, mendorong Arvin menjauh dari bed Elgar. "Kalau si Arvin pingsan kasih tau gue,"

"Kenapa, Boss? Mau di kasih coklat, ya?"

Lucifer menyilangkan kakinya saat ia duduk di kursi sambil tetap mengawasi Elgar yang masih terpejam. "Coklatpun kalau gue beli juga ogah dia masuk ke mulut lo."

"Emang sih, bau jigong mulut Arvin." Regan tertawa di sofa sambil bersiap memainkan game di handphonenya.

"Mulut lo ke sempak Fir'aun, Gan!" balas Arvin. Walaupun Lucifer yang memulai perdebatan bau mulut ini, tetap saja ia tak berani menghina cowok itu. Lebih baik gue diem aja di bandingkan gue bersuara taunya udah di jembatan Shirathal Mustaqim.

"Flo..."

Semua menoleh. "Ni anak lagi pingsan pun tetap manggil nama tuh cewek." komentar Arvin sambil menoel tangan Elgar.

"Bangun gak sih dia?" Regan mendekat lagi ke bed Elgar sembari menatap temannya. "WOI EL BANGUN!!" teriaknya tiba-tiba.

"Anak anjing," Dylan menimpal. "Pengang kuping anak orang, blok."

"Bodoh kali lo, Regan." sahut Galen.

Lucifer juga ikut memperhatikan. Ekspresi wajah Elgar sangat tenang saat terus memanggil nama Flo. Tapi satu detik setelahnya, wajahnya berubah menjadi gelisah. Semuanya cukup panik. "Anjir, ini anak mimpiin apalagi?" ujar Arvin.

"Mimpi basah kali," sahut Regan.

"Orang lagi begini mana ada mimpi begituan!" ketus Lucifer.

"Gue mimpi begitu waktu lagi demam." Regan tersenyum polos.

ELGAR: ROBOT'S N FLOW'SWhere stories live. Discover now