Bab 12 : Bianglala

91 15 3
                                    

Milo menatap kakinya dengan pandangan sedih dan terdalam. Hatinya terasa berat saat ia menyadari bahwa tindakannya telah melukai temannya secara tidak sengaja. Dengan langkah ragu, dia mendekati Joan, ibu tirinya.

"Kamu sudah melakukan langkah yang tepat dengan meminta maaf, Milo," ucap Joan dengan lembut. "Kita semua melakukan kesalahan, tapi yang penting adalah bagaimana kita belajar darinya dan memperbaikinya. Aku bangga padamu karena kamu bertanggung jawab atas tindakanmu."

Milo mengangguk, merasakan beban di pundaknya mulai ringan. Dia merasa lega karena ibu tirinya menerima permintaan maafnya dengan tulus. Dalam pelukannya, Milo mulai merasa didukung dan dicintai.

Joan melihat kebanggaan di mata Milo saat dia merasa didengarkan dan diterima. Dia merasa senang melihat anak itu tumbuh dan belajar dari pengalaman hidupnya. Bersama-sama, mereka melewati momen sulit ini dan tumbuh lebih kuat sebagai keluarga.

Joan menghela napasnya, kemudian terpikir sesuatu hal. "Bagaimana jika sekarang kita pergi ke taman bermain? Anggap saja ini sebagai reward!" ucap Joan sambil menjentikkan jarinya.

Milo menatap Joan dengan ragu, ia tetap menundukkan kepalanya dan dengan lunglai enggan menenteng tasnya. Joan menaruh kedua tangannya di depan dada kemudian menggelengkan kepalanya. "Astaga, anak alpha manja!" ucap Joan. Ia lalu mengambil tas milo dan menentengnya di salah satu pundaknya. "Ayo cepat!" ucap Joan seraya menarik tangan anak itu.

***

Taman bermain itu adalah sebuah dunia yang dipenuhi dengan kegembiraan dan kehidupan. Di tengah-tengahnya, bianglala berputar dengan gemerlapnya, menyinari langit dengan warna-warni yang menakjubkan. Anak-anak berlarian dengan riangnya, mengelilingi struktur besi yang tinggi dan megah, siap untuk merasakan sensasi melayang di atas langit-langit.

Di sepanjang lorong taman bermain, aroma manis dari kios-kios penjual memenuhi udara, mengundang pengunjung dengan janji-janji kelezatan. Kios penjual menjual segala macam camilan yang menggoda, mulai dari popcorn renyah hingga permen berwarna-warni yang menggiurkan. Air sirup segar dan minuman ringan menyegarkan juga tersedia untuk menyelamatkan dahaga yang timbul setelah bermain.

Para penjual berjalan di sekitar taman dengan keranjang penuh barang dagangan, menawarkan mainan kreatif dan souvenir lucu kepada para pengunjung. Suara riuh rendah mereka memenuhi udara, menyatu dengan tawa anak-anak dan derap langkah mereka yang penuh semangat.

Di sela-sela permainan, keluarga-keluarga duduk di bangku-bangku kayu, menikmati sinar matahari yang hangat dan keceriaan suasana. Beberapa dari mereka sibuk menggigit camilan yang lezat, sementara yang lain tertawa dan bercanda dalam percakapan yang penuh kehangatan.

Taman bermain itu bukan hanya tempat untuk bermain dan bersenang-senang, tetapi juga tempat di mana kenangan indah tercipta dan ikatan keluarga diperkuat. Dengan bianglala yang berputar di langit dan penjual yang ramah, taman itu menjadi pusat kegembiraan bagi siapa pun yang mengunjunginya.

Sementara itu, Joan memegangi dengan kesusahan popcorn dan tentunya permen kapas. Ia menyodorkannya ke arah Milo, tapi sepertinya Milo masih sedih. Ia memegangi kemeja kotak-kotak berwarna kehijauan milik Joan.

Omega tanpa feromon itupun dengan kesusahan mengambil salah satu popcorn karamel dan menyodorkannya ke mulut Milo. Anak itu menatap Joan dengan sedikit bingung. Joan lalu memberi isyarat untuk membuka mulutnya.

Milo membuka mulutnya lebar-lebar seperti ikan paus. Joan tertawa lalu memasukan satu buah popcorn di mulut Milo. "Enak?" Tanyanya.

Mata Milo membulat, ia sangat suka popcorn ini. Selama hidupnya, ia hampir tidak pernah pergi ke taman bermain. Hanya beberapa kali, itupun pada saat lima tahun yang lalu, sebelum mamanya meninggal.

[BL ABO] AmarylisWhere stories live. Discover now