BAB 3 : We All Need Someone To Stay

98 11 2
                                    

Terlihat Joan sedang terbatuk-batuk akibat tersedang mie instan yang ia buat sendiri. Berbekal seadanya, ia menyeduh mie instan itu dengan air panas yang ada di dapur kantor. Joan makan dengan lahap, ia tidak menyangka mie instan bisa seenak ini, apalagi dengan odeng yang ia beli di supermarket dekat dengan kantor.

Daniel meneruskan langkahnya mendekati ruang kerja sekretaris, kemudian melihat dari balik celah kaca kecil yang terdapat di pintu.

"Ck, apakah dia tidak punya rumah? Padahal tadi siang sudah kusuruh untuk pulang, kenapa malah membuat kemah di kantor? Apalagi yang ia rencanakan bersama Zaach?" Daniel mengepalkan tangannya dengan geram.

Sementara itu ajudan yang berada dibelakang Daniel, memengingatkannya bahwa waktu sudah menunjukkan setengah sembilan malam.

"Sebentar Jack," ucapnya kepada ajudannya. Daniel kemudian memutuskan untuk masuk ke ruang sekretaris itu.

Joan yang terlihat asyik makan, tiba-tiba tetkejut dengan kehadiran bosnya kedalam ruanganya.
"P-Pak Direktur?!" ucap Joan yang hanya menggunakan kaos oblong bewarna putih, yang ia beli bersama Zaach tadi siang.

"Apa-apaan ini!" ucap Daniel yang melihat ruang sekretaris disulap menjadi seperti rumah.

"Tidak ada yang boleh menjadikan kantor sebagai tempat pribadi. Ini bukan hotel! " ucap Daniel dengan marah.

Joan kemudian mengentikan makannya dan berdiri menuju ke arah Daniel.
"Anu, err... Tolong izinkan saya menginap malam ini saja Pak. Pa-pacar saya, em.. Ah maksud saya Zaach, sedang mengadakan pesta di rumah. Saya tidak boleh pulang karena disana banyak alpha. " ucap Joan sembari mengelus lehernya yang penuh lebam dan bekas suntikan.

Daniel mengrenyitkan dahinya, ia tertegun sejenak melihat banyak sekali kekerasan fisik yang dialami Joan.

Daniel berdehem, kemudian menyilangkan tangannya. "Sebelum bekerja disini, kudengar kau pernah bekerja menjadi sekretaris di perusahaan kecil?" ucap Daniel yang enggan menatap Joan.

Joan terkejut, ia menatap Daniel agak lama, kemudian tersadar. " Ah y-ya benar pak, s-saya pernah bekerja disana. Atasan saya juga baik. Ah- ma-maksud saya, atasan saya adalah seorang beta, jadi saya lebih nyaman disana." ucap Joan sembari menunduk.

Daniel menaikkan salah satu alisnya, kemudian mendekati Joan. "Jika kau lebih nyaman disana, kenapa kau rela untuk resign dari sana, dan bekerja di S Company?"

Joan mulai kelabakan menjawab pertanyaan dari bosnya. "Err, a-anu... " Tenggorokannya mulai terasa serak, Joan mulai merasa tidak nyaman dengan pertanyaan itu.

"Ah, sa-saya rasa S Company adalah perusahaan besar. Saya juga akan mendapatkan pengalaman lebih banyak disini, juga insentif yang layak, Pak. " ucap Joan sambil memegangi tengkuknya.

Daniel menghela napasnya sambil mengamati bekas luka yang berada di tubuh Joan.
"Apakah itu sakit? Apa Zaach melakukan semuanya kepadamu?" ucap Daniel. Ia mulai merasa ada yang tidak beres dengan sekretarisnya.

Buru-buru Joan memotong pembicaraan itu. "Tidak! Zaach adalah pacar saya yang baik. Ia telah membantu saya melewati masa-masa yang sulit, walaupun temperamennya sedikit buruk." ucap Joan sembari tersenyum tersipu. Ia sangat malu, jika harus bercerita tentang Zaach dihadapan orang lain.

Daniel berdecih, tampaknya ia menahan tawa sekuat tenaga mendengar perkataan dari Joan. "Ck, dasar, sepolos itukah bocah ini? Apa benar ia tidak mengetahui sifat asli Zaach." batin Daniel sambil menggelengkan kepalanya keheranan.

Ia kemudian teringat akan Milo yang ingin kue cokelat dirumah. Dengan sedikit tergesa, Daniel kemudian menepuk pundak Joan.
"Jaga dirimu baik-baik. Di ruang istirahat ada beberapa kasur dan selimut yang bisa kau gunakan. Untuk kuncinya bisa pinjam di tempat satpam. Ada juga beberapa karyawan lain dari divisi marketing yang lembur. Kau bisa bertanya kepadanya di lantai 5, " ucap Daniel yang kemudian menepuk kepala Joan yang setengah menunduk. Ia kemudian pergi dari ruang sekretaris itu tanpa mengucapkan selamat tinggal.

[BL ABO] AmarylisWhere stories live. Discover now