Bab 11 : Forgiveness

62 8 2
                                    

Sudah hampir satu bulan sejak Joan tinggal bersama Daniel. Suasana pagi di rumah mewah milik Daniel adalah pemandangan yang menakjubkan. Matahari terbit dengan lembutnya, menerangi taman yang luas di sekitar rumah.

Rumah itu sendiri adalah sebuah bangunan megah dengan arsitektur klasik yang menawan. Dinding kaca memungkinkan cahaya matahari memasuki setiap sudut ruangan, menciptakan nuansa yang terang dan cerah di dalam rumah. Di dalam, suasana tenang dan damai. Aroma kopi segar dan roti panggang menguar di dapur yang luas.

Joan telah bangun dari kamarnya lebih awal, ia tengah sibuk di dapur membantu Bibi Su menyiapkan roti panggang meses kesukaan Milo dan tentunya sandiwch tuna untuk Daniel.

Ia dan Daniel jarang berbicara di rumah. Daniel cukup sibuk namun ealaupun begitu, mereka sering berbicara di kantor membahas pekerjaan. Tidak hal lain selain itu. Namun Joan bersyukur, setidaknya ia tidak dipukuli seperti saat ia bersama Zaach.

***

"Tuan Silas, ehem... Saya mendapatkan ide untuk membuatkan bekal untuk anda dan Milo, " ucap Joan seraya menyerahkan dua kotak bekal dengan senang. Ini adalah salah satu keinginannya untuk balas budi terhadap kebaikan Daniel yang telah memberinya tempat berteduh dan tentunya pekerjaan.

Daniel melepas kacamatanya dan menutup layar tab nya, ia kemudian melirik kotak bekal yang di dalamnya tersusun rapi sandwich dan hiasan mayones kuning dan putih diatasnya.

Ia menyeringai, tampak sedikit senang. "Ternyata kau memiliki bakat lain, Mr. Lee, " ucap Daniel. Ia kemudian menarik kotak itu mendekat ke arahnya agar melihat lebih teliti.

Joan tiba-tiba teringat, ia buru-buru mengambil piring yang berisi sandwich lain dari dapur, dan menyodorkannya ke atas meja. Ia tampak bersemangat karena barusan atasannya memujinya. "anda bisa mencobanya, saya telah membumbui ikan tuna asin manis dengan sedikit olive oil, " ucapnya dengan matanya yang berbinar.

Daniel menaikkan alisnya, kemudian mencoba salah satu sandwich. Matanya membulat merasakan kenikmatan roti itu. "Ini enak sekali, Mr. Lee... "

Joan tertawa.

Tiba-tiba dari arah atas kamar, muncul Milo yang terlihat murung. Ia menyeret tas punggung berwarna biru tua hingga menimbulkan suara yang berisik. Sesaimpainya di ruang makan, anak itu membanting tas ke meja lalu duduk di sebelah ayahnya.

Anak itu tampak masam. Ia tidak menyukai Joan dari awal. "Papa! Uh, bisakah ia pergi dari sini! Aku sebal melihat wajahnya!" ucap Milo sambil menunjuk wajah Joan.

Alis Joan berkedut dan merasa kesal. Rasanya jika anak itu adalah anak kandungnya ia akan menjewernya dengan keras dan menampar pantatnya.

"Nak, ah maksudku Milo... Makanlah itu roti panggang meses kesukaanmu," ucap Joan sambil mendekatkan piring berisi roti itu kedepan Milo. Namun anak itu enggan menyentuhnya sedikitpun. Ia memalingkan wajahnya dengan kesal.

"Astaga anak laknat ini, apakah semua anak alpha seperti ini? " ucap Joan dalam hati.

"Papa, Papa! Milo mau suap, " ucap Milo. Anak berumur 10 tahun itu tampak memegangi ujung baju ayahnya dan merengek.

"Milo, kau sudah besar nak, tolonglah mulailah mandiri, " ucap Daniel yang sesaat kemudian menerima telepon. Ia tampak menghiraukan putranya.

"Papaaa!!! " Milo mulai tantrum. Anak itu menendang-nendang meja hingga membuat piring dan gelas di atasnya hampir jatuh. Karena sudah terlampau kesal, Joan dengan segera meraih roti panggang isi meses itu menyobeknya kecil dan mulai menyuapkan ke mulut Milo dengan sedikit paksa. Anak itu hampir tersedak tapi ia langsung mengunyahnya. Anak itu terkejut lalu terdiam menatap Joan sejenak.

[BL ABO] AmarylisWhere stories live. Discover now