Senja vs Kasih

77 14 10
                                    


Senja tau ia tidak seharusnya berpikir jika Saka membencinya hanya karena melihat sisi Senja yang lain. Itu akan menjadi kesimpulan sepihak yang tidak adil untuk Saka. Melihat Saka menikmati makan siangnya saat ini sungguh membuat Senja lega. Lelaki muda itu terlihat antusias menyuap makanan ke mulutnya.

Pak Antoni sampai menyempatkan mengelap sisi mulut Saka yang belepotan. Sesuatu yang lumayan mengejutkan bagi Senja. Namun, ia sudah beberapa kali mendengar jika Pak Antoni ini sangat menyayangi keponakannya yang Senja yakini Saka adalah keponakan tersayang yang dimaksud.

Senja beberapa kali temu tatap dengan mata tajam Antoni. Sebenarnya kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai-sampai Pak Antoni selalu memberi tatapan tidak bersahabat, tau begini mungkin Ia akan memilih untuk menolak ajakan Pak Antoni saja. Senja makan dengan ogah-ogahan, makanannya enak tentu saja tapi selera makan Senja sedang non aktif karena Pak Antoni.

"Lega ya Senja?" Pak Antoni memulai obrolan. Kegiatan makan sudah hampir selesai. Saka bahkah sudah minta diantarkan hidangan penutup.

"Gimana Pak?"

"Abis sempro, semhas, kompre tuh kamu udah ga bakal ketemu muka saya lagi. Pasti seneng banget kan"

"Iyalah!!" Teriak Senja di dalam hati. Gila saja kalau dia berani menyuarakan kesenangannya itu.

"Eh... enggak lah Pak. Tidak sampai segitunya"

"Muka kamu tuh keliatan banget dustanya. Ya saya sekalian mau minta maaf kalo saya banyak bentak-bentak kamu selama ini ya. Saya cuma pengen anak bimbingan saya tuh lulus ga cuma modal skripsi di Acc aja. Kamu harus paham ilmu kamu, minimal apa yang kamu tulis di final paper kamu."

"Om mau meninggal kah?" Saka dengan mulutnya yang tidak tau aturan.

"Heh! Om ngerasa bersalah aja sama temenmu. Oh iya, saya kepo kok bisa kalian temenan? Sejak kapan?" Senja melirik Saka, kali ini ia akan memasrahkan jawabannya pada Saka. Saka kan pengarang ulung.

Saka berinisiatif mengajak Senja motoran keliling-keliling malam ini. Untuk merayakan sidang pertama katanya. Senja selayaknya Senja yang dengan malas-malasan menolak ide tersebut. Lagipula ia sedang ingin goleran di kasur, mengisi energinya yang hampir habis karena seharian ini bertemu banyak orang.

Saka tidak dengan mudah menyerah, anak remaja itu menggunakan banyak cara untk memaksa Senja ikut, bahkan tidak ragu mengiming-imingi akan membelikan sesuatu jika Senja ikut dengannya. Dasar Senja yang tidak mudah tergiur, ia tetap menolak dengan tampang watadosnya. Saka memutar otak sampai kepada senjata memelas andalannya.

"Padahal... padahal gue nyempetin waktu dateng ke sidang Kak Senja. Padahal lagi sibuk belajar, padahal lagi males juga tapi tetep dateng tuh." Lihat. Kalo sudah begini Senja harus apa selain menuruti.

"Gue ga ada helm." Upaya terakhir Senja untuk keukeh menolak.

"Kak lo pikir kita lagi di jaman apa sih? Lo ga tau ada banyak toko helm di dunia ini. Emang dasarnya lo banyak alasan karena ga mau."

"Ya itu lo tau. Gue ga mau."

"Ayolah. Gak ada ruginya ikut gue naik brmm." Saka menepuk-nepuk tangki bahan bakar di depan perutnya. Laki-laki itu enggan turun dari motor.

"Gak ada untungnya juga."

"Benefit yang Saka tawarkan. 1. Paket jalan-jalan gratis keliling kota, kecepatan bisa request. 2. Paket jalan-jalan gratis + makan gultik. 3. Paket jalan-jalan gartis + makan gultik + bisa peluk pinggang Saka. Silakan dipilih Kak Senja" diakhiri dengan senyum Saka yang menggelikan.

Dengan mata berkedut Senja akhirnya pasrah saja. Sepertinya Saka akan makin gila kalau ditentang terus. Senja masuk ke dalam rumah untuk mengambil helm. Tentu saja dia punya helm, Mia sering ngajak motoran juga soalnya.  Senja tertawa melihat ekspresi Saka saat mengetahui dirinya memiliki helm.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tuan Muda:OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang