Loved

117 29 6
                                    


"Ibuuu, Ini sepatu baru Banyu?" Suara anak yang sebentar lagi masuk ke jenjang sekolah menengah pertama dengan semangat mengawali pagi.

"Iya, kamu suka?" Ibu Senja menjawab dari dapur, sementara Senja tidak memberi respon apa-apa karena saat ini ia sedang sibuk mencuci piring bekas sarapan keluarga.

"Gelasnya Ayah jangan lupa diambil di meja teras" ujar sang Ibu jelas ditujukan pada Senja. Senja mendecak malas.

"Ayah gelasnya taro sini dong!!" Teriaknya

"Senja ga sopan! Udah kalo gamau ambil, biar ibu yang ambil" ibunya menjawab dengan menggerutu sembari mengambil gelas bekas kopi milik sang ayah. "Lain kali ga kayak gitu. Ga pantes" peringat ibunya sesaat setelah memberikan gelas kotor tersebut.

Setelah menyelesaikan pekerjaan cuci piringnya, gadis itu buru-buru berpamitan untuk pergi ke sekolah. Adik bungsunya sudah tentu bareng dengan ayah, SMP anak itu searah dengan tempat kerja ayah.

.

Senja harus menerima hukuman karena hari ini terlambat. Sebenarnya anak itu bisa saja berlari untuk mengejar waktu masuk sekolah setelah turun dari angkot. Tapi karena sepatunya yang hampir rusak ia harus menjaga langkahnya.

"Pilih lari muterin lapangan 15 kali atau hormat bendera 30 menit?" Itu adalah anak OSIS bagian kedisiplinan, menawarkan opsi yang tidak ada menariknya sama sekali. Senja melirik kembali ke sepatunya. Sepatunya ini mah kalo dibuat lari keliling lapangan tidak akan bisa bertahan sampai jam pulang sekolah.

"Hormat bendera" Si OSIS mengangguk, mempersilakan Senja menjalani hukuman, kemudian bertanya kepada siswa lain yang juga terlambat. Hari itu cukup terik membuat Senja berkali-kali mengernyit tidak tahan dengan panas yang menerpa wajahnya.

.

"Ja." Mia memanggilnya di jam istirahat, mereka berbeda kelas sehingga Mia hanya dapat bertemu Senja disaat saat seperti ini. Setelah memberi kode, Senja membawa tasnya untuk keluar menghampiri Mia.

"Sorry banget ya, mendadak gini. Tapi lo bawa kan?" Tanya Mia sembari berjalan beriringan dengan Senja menuju ke halaman belakang SMA mereka. Di sana ada jalan tikus dan pintu keluar yang tertutup semak-semak. Tempat rahasia anak anak untuk sekedar bolos atau ngudud.   Pintu itu terhubung dengan warung pojoknya Mang Ujang, siswa sini sih nyebutnya warung haram.

"Bawa kok"

Di warung haram sudah banyak anak-anak nongkrong, dominannya sih laki-laki tapi sepertinya yang perempuan memang hanya Senja dan Mia. Mereka ke warung haram bukan untuk membolos atau ngerokok, Senja bukan tipe siswa yang nakal kok tenang saja. Selain anak-anak SMA Senja, warung haram juga menjadi tempat nongkrong mahasiswa kampus sebelah yang lokasinya tidak jauh dari SMA. Setiap hari Senja juga melewati kampus bergengsi tersebut.

Senja masih kelas 1 SMA ngomong-ngomong, begitu juga dengan Mia. "Halo Kak, ini anaknya" Mia menyapa beberapa mahasiswa yang sedang nongkrong di sana.

Senja membuka tasnya untuk mengeluarkan beberapa bindel berkas tulis tangan, benar. Senja adalah siswa SMA yang membuka jasa tulis untuk laporan tulis tangan para mahasiswa di sini. Bayarannya perlembar adalah 5rb rupiah. Senja memiliki keterampilan untuk meniru gaya tulisan banyak orang sehingga banyak yang berminat untuk menggunakan jasa Senja.

"Satria 50 ribu, Ananda 30 ribu, Dion 50 ribu, Alaska 45 ribu, hmmm Arjuna 70 ribu" Senja mengabsen setiap tugas joki yang ia kerjakan, nama-nama itu tidak asing baginya kecuali nama yang terakhir, Arjuna Dewangga. Mungkin pelanggan baru.

Laki-laki bernama Arjuna itu muncul menghampiri Senja dan memberikan uang 100 ribuan. Sepersekian detik Senja merasa seperti dunianya berhenti, laki-laki bernama Arjuna itu sangat tinggi membuat Senja harus mendongak saat menatap wajahnya, fisiknya juga bagus dengan gaya casual dan senyum yang ramah terpatri di wajahnya.

Tuan Muda:OSHWhere stories live. Discover now