Twist

108 31 12
                                    


Ada saatnya Senja menyesali tindakannya, sering malah. Menyadari betapa ia yang terlalu diperbudak intuisi. Feeling Senja itu selalu meleset, banyak contohnya. Dulu semasa SMA ia selalu rajin masuk, ada satu hari ia masuk sementara gurunya tidak bisa mengajar maka di lain hari yang ada mata pelajaran tersebut Senja memutuskan untuk membolos, pilihannya membolos adalah bumerang karena hari itu sang guru memberikan kuis dadakan yang nilainya akan diakumulasi dengan ujian tengah semester, mana lagi tidak ada remidial.

Itulah sebabnya Senja selalu bermain aman. Ia jadi jarang membolos dan membuat onar semasa SMA, pokoknya hidupnya lurus-lurus saja. Senja juga memiliki berbagai pengalaman buruk tentang laki-laki sehingga ia memutuskan untuk tidak menjalin hubungan apapun dengan makhluk berjakun tersebut. Saka pengecualian sepertinya, karena Senja mau berteman dengan Saka termasuk keajaiban. Lagipula Saka tidak mungkin menyukainya sampai berpikir untuk menjalin hubungan asmara, membayangkannya saja Senja sudah bergidik merinding.

Salah satu kesalahan intuisi Senja terjadi pagi ini, siapa sangka intuisi yang menyuruhnya untuk mengunjungi Maminya Saka berujung pada pertemuan tak terduga dengan Kasih. Senja sebenarnya tidak ada masalah sama sekali, tapi Kasih. Tatapan mata anak itu terus menajam setiap kali memandangnya.

"Oh Kasih, kesini juga? Kok masih pake baju sekolah?" Senja berpikir untuk menyapa terlebih dahulu, lagipula Kasih sepertinya enggan menyapanya.

"Iya, aku bolos kak. Mau jenguk Mami" Senja mengangguk

Saka juga mengangguk "Bawa apaan Kak?" Saka melirik tangan Senja yang diletakkan di belakang tubuh. Senja memang membawa bingkisan untuk Saka. Hanya saja ia tak enak jika memperlihatkannya lagipula bawaan Kasih sepertinya terlihat lebih enak dan banyak

"Bukan buat Mami lo tapi, gue cuma bawain bubur ayam buat lo sarapan"

"Pas banget lagi pengen makan bubur ayam. Lagipula emang Mami ga boleh makan-makanan luar rumah sakit kali kak. Jadi mau kalian bawain apa aja juga tetep gue yang makan" Saka tersenyum. Lega rasanya mendengar penjelasan tersebut.

"Yaudah yuk masuk, Ka Kak Senja" itu Kasih, Senja hanya mengangguk dan mengikuti mereka berdua, canggung sekali rasanya. Semoga Kasih tidak berpikir yang buruk terhadap dirinya. Seperti berpikir bahwa Senja diam-diam naksir Saka. Duh pasti akan rumit sekali nanti.

"Kak Senja ga ada kelas?" Kasih bertanya, Senja dan Kasih berjalan dengan Saka di tengah-tengah mereka berdua, berdiri menjulang seperti tiang. Masih dengan jaketnya semalam

"Oh, gue udah ga ada kelas wajib tinggal skripsian aja"

"Pasti pusing banget ya kak? Kaya gitu susah ga sih kak?"

"Hmm? Susah iya, apalagi kalo dapet pembimbingnya titisan dajjal susahnya kuadrat"

"Uhuk" Saka terbatuk mendengar penuturan Senja yang blak-blakan tersebut. Saka jelas paham siapa dosen pembimbing yang Senja maksud. Senja tersenyum saja, lagipula ia bicara benar kok.

"Wah, ngaruh ya kak? Pembimbing Kak Senja susah gitu pasti!"

"Kok tau?"

"Kak Senja keliatan kucel banget soalnya"

"Haha hrrmm maaf" Saka tertawa kemudian menutup mulutnya, sialan. Kasih melirik Saka kemudian melirik jaketnya yang belum berganti sejak semalam.

"Saka ga sempet ganti baju ya? Pulang dari panti langsung kesini?" Kasih kembali bertanya

"Oh iya, bajuku masih tempat Kak S-- ARGGH!" Senja memiliki reflek yang bagus karena langsung menginjak kaki Saka.

"Maaf!! Keinjek ya... maaf maaf"

"Hati-hati dong Kak, sakit tau" Saka ngambek. Terserah yang penting dia sudah mengamankan dirinya dari amukan Kasih, apa jadinya jika Kasih tau bahwa Saka 2 hari menginap di rumah Senja. Membayangkannya membuat Senja bergidik ngeri. Manalagi Kasih ini lumayan menakutkan.

Tuan Muda:OSHWhere stories live. Discover now