Pamit

129 27 9
                                    

Saka mengalami pusing kepala selama semalaman membuatnya enggan untuk tidur dan beristirahat, hati dan pikirannya masih penuh dengan satu wanita pemilik nama Senja. Saka berusaha mengidentifikasi apa penyebab hatinya gundah tidak berkesudahan. Apakah karena ia yang mengetahui sisi tak terduga dari gebetannya itu? Apakah karena Senja perokok? Atau karena Senja terlihat santai saja merokok di hadapannya? Atau apa?

Saka merasa terjebak di dalam labirin yang tebal, tinggi dan rumit untuk dipecahkan rute menuju jalan keluarnya, pria yang membenci matematika itu tentu enggan memikirkan hal-hal rumit seperti ini. Padahal ini bertujuan untuk mengenali emosinya sendiri, sedari kecil Saka selalu diminta Papi dan Mami untuk mengenali emosinya dan bagaimana ia harus mengekspresikan emosi itu dengan cara yang tepat. Saka tidak dilarang untuk marah, sedih atau malu, kata Papi itu namanya emosi dan jenis-jenis perasaan sehingga tidak perlu dihilangkan tetapi diolah dengan baik agar tidak memberikan dampak buruk bagi diri sendiri dan orang sekitar.

Saka sedang mencari alasan mengapa ia menjadi kesal atas tindakan Senja tadi siang? Atau seharusnya dia tidak kesal? Saka adalah anak tongkrongan dan balap liar, dia terlampau terbiasa melihat orang merokok, teman-temannya juga tidak sedikit yang perokok aktif. Saka mengambil ponselnya untuk mengirim pesan kepada seseorang, ia akan menghabiskan hari esok dengan menenangkan diri, merenungi perasaannya yang membuncah berantakan dan sulit dibereskan.

.

Senja sedang tersipu menatap buku komik di tangannya, wajahnya selalu menampilkan berbagai macam ekspresi. Kadang memberengut kesal, lalu tersenyum malu, lalu tertawa girang, lalu menangis, kemudian kembali menampilkan wajah sumringah senang dengan kaki yang bergerak heboh menginjak injak lantai. Semua itu terjadi begitu saja di pandangan mata Juna, benar Juna. Laki-laki itu saat ini sedang menatap aktifitas Senja di teras rumahnya.

"Senja" setelah puas menatap gadis itu, Juna memutuskan untuk menghampiri gerbang rumah Senja dan menyapanya. Membuat Senja menghentikan aktifitas serunya sementara hanya untuk melotot setengah terkejut menatap Juna dengan seragam TNI lengkap tampak gagah membalut tubuh yang Senja akui terlihat sangat gagah. Senja tidak akan denial kalau urusan penampilan dari jaman mereka masih bersama pun Juna memang karismatik.

"Aku boleh masuk?" Senja sejujurnya bingung harus memberikan ekspresi seperti apa? Melihat Juna tiba-tiba berdiri tanpa dosa di depan gerbang rumahnya. Senja mengangguk saja, mengatakan bahwa gerbangnya tidak dikunci jadi lelaki itu bisa langsung masuk. Kemudian gadis itu kembali melanjutkan bacaannya. Dia memang masih kesal dengan Juna, sampai kapanpun ia tidak akan menghilangkan rasa kesal ini, nanti kalau dia sudah ikhlas saja deh, untuk saat ini Senja belum ikhlas. Bak pecahan kaca, hatinya masih berantakan dan Senja sendiri pun tidak memiliki keinginan untuk membereskan pecahan yang berserakan di hatinya itu yang disebabkan oleh Juna tentu saja.

"Duduk" Senja kembali berucap tanpa mengalihkan tatapannya dari apa yang sedang ia baca saat ini, bacaannya kali ini bahkan lebih penting dibanding Juna, 200% lebih penting. Juna mengambil duduk, ia melirik buku apa yang tengah Senja baca sampai mengabaikan kedatangannya. Oh kalaupun Senja tidak sedang membaca buku ia akan tetap mengabaikan Juna sih.

"...." hampir 10 menit tanpa dialog diantara keduanya, baik Senja maupun Juna tidak ada yang mau memulai percakapan. Juna bingung sementara Senja masih serius dengan bacaannya. Senja memang sudah memutuskan untuk mendiami Juna sih, biarkan saja. Juna pantas mendapatkan itu.

"Senja? Mmm aku ... aku mau ngomong" itu adalah kalimat pembuka yang buruk. Senja tidak akan tahan dengan hal tersebut. Sehingga demi menyingsingkan egonya yang setinggi langit, gadis itu menutup bacaannya dan meletakkannya di meja, Juna melirik. Bacaan Senja tidak pernah berubah, entah apa daya tarik cerita dengan genre seekstrim itu bagi Senja tapi Juna tidak pernah sekalipun melontarkan protes.

Tuan Muda:OSHOnde histórias criam vida. Descubra agora