Kesepakatan

147 30 14
                                    

.

Hidup Senja itu sebenarnya tidak susah-susah amat, dia bisa hidup dengan layak di rumah yang layak juga berkat harta peninggalan kedua orang tuanya yang saat ini merantau ke luar pulau, bekerja sebagai petani cabai di salah satu kabupaten.

Tinggalah Senja sendirian di sini untuk menamatkan kuliahnya dan mencari pekerjaan untuk menyambung hidup. Meskipun orang tuanya masih rutin membiayai sekolah serta biaya sehari-hari tetap saja Senja enggan semakin lama merepotkan ayah dan ibunya

Itulah sebabnya ia berusaha agar dapat lulus dengan cepat, tapi malah tidak didukung dengan pembagian dosen pembimbing. Senja sudah mendeklarasikan bahwa Pak Antoni adalah dosen termenyebalkan di fakultasnya.

Belum selesai masalah skripsi dan dosen, Senja harus berurusan dengan masalah baru.

"Boleh ya kak? Semingguuuu aja. Ga deh. 3 hari aja 3 hariiiiii!!!" Senja mendengus melihat laki-laki SMA yang baru Senja ketahui bernama Saka tersebut sedang memohon untuk tinggal di rumahnya dalam beberapa hari

Tentu saja Senja menolak keras, dia pikir hanya dengan sebungkus silverqueen Senja menjadi luluh. Pasti ini modus penipuan terbaru.

"Gue laporin polisi kalo lo ga pergi dari sini sekarang"

"Aaaaa~ serius dulu" idih, ada ya cowok manja ngeselin kaya gini

"Ga ya."

"Ck, hmmm......" Saka tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya menjetikkan jari

"Lo tadi siang pas lagi ngedumel nyebut nama Antoni, dia dosen lo kan?" Senja memutar bola mata dengan malas, mau ngakalin dia kayak mana lagi ni bocah satu

"Gue keponakan Om Antoni"

Sontak Senja langsung tertawa terbahak-bahak

"Lo yang pinter dikit dong ngibulnya anjing, gue lebih percaya Hitler lahir di garut ketimbang semua omongan lo" Senja sudah lelah, dia hendak masuk ke rumahnya

"Ish. Gue buktiin" Saka mengambil ponsel dan menunjukan sebuah room chat whats app yang menunjukan chatingnya bersama Pak Antoni, dari pp wa nya sih sama dengan kontak Pak Antoni yang tersimpan di hp nya

Saka menekan tombol call dan loudspeaker

"Halo Saka? Kenapa malem-malem nelpon Om?" Terdengar suara di sebrang telpon

"Saka mau nanya Om"

"Ya silakan, nanya apa? Penting banget apa, sampe harus nelpon malem malem begini"

"Om kan jadi dosen pembimbing, masih inget ga nama-nama anak bimbingan Om?" Saka bertanya dengan nada sopan, matanya sesekali melirik Senja yang tampaknya masih menunggu

"Loh, tiba-tiba? Ya inget lah, Toni Saputra, Oktavia, Nada Danira sama Senja. Kenapa? Ada yang kamu kenal?" Sial, dia benar-benar Pak Antoni

"Ada Om satu, Kak Senja itu temen Saka" Saka melanjutkan

"Oh ya? Kok ga bilang si Senja, mana tadi Om lagi bad mood marahin dia lagi" iya ya anjir lo dosen ga punya hati, itu batin Senja meronta ingin ngomel

"Hooo iya? Dia curhat sama Saka juga katanya harinya buruk"

"Sampaikan maaf Om ya, bilang hari selasa bisa bimbingan ulang sekalian atur jadwal Sempro"

"Anjing!" Pekik Senja sembari menutup mulutnya, matanya melotot terkejut untung umpatannya tidak terdengar oleh Pak Antoni

"Ok Om, makasih ya Om"

"Sama-sama Saka. Sekarang kamu buruan tidur gih" Saka mengiyakan dan segera mematikan panggilan tersebut.

"Itu serius gue bakal sidang?" Senja sudah tidak peduli apapun lagi setelah mendengar kata sempro dari Pak Antoni dosennya yang paling di luar nalar. Saka mengangguk dengan wajah bangga

Tuan Muda:OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang