Kandunganku..

2.7K 308 50
                                    

Terlihat 3 orang berpakaian serba hitam dan 2 mobil yang terparkir di sampingnya sedang berdiri menunggu kedatangan mereka.

Ketika mobil sudah berhenti, Rion menyuruh mereka untuk turun kecuali Caine dan kedua anak gadisnya. Rion menyuruh ketiga anak laki lakinya untuk membawa 3 kotak peluru disertai senjata didalamnya.

"Ini yang lu pesan, segini buat harga yang lu bilang tadi" ucap Rion sembari menunjuk ke arah 3 kotak yang telah di bawa anak anaknya

"Mayan lah ya"

Perbincangan mereka terdengar sangat lama membuat Caine bosan menunggu didalam mobil, hal itu membuatnya melihat ke sekeliling dan ingin keluar menikmati angin malam.

"Key, Elya, mami mau keluar dulu ya"

"Kemana mih? Biar kita temenin"

"Ngga usah mami cuman ke sana doang" jarinya menunjuk ke arah pinggir tebing yang dibatasi pagar besi.

"Bahaya mih kalo mami sendiri, kita temenin juga lah"

"Yaudah ayuk"

Caine turun dari mobil itu dengan santai dan mendekati Rion.

"Sayang aku mau ke situ bentar ya sama Key Elya juga" bisiknya sambil menunjuk ke arah pinggir tebing.

"Hm" tanpa menoleh ke arah yang ditunjuk Caine, ia hanya mengangguk dan meng iya kan permintaan sang istri.

Jawaban 'iya' dari sang suami, membuat kakinya perlahan berjalan ke pinggir tebing yang dipagari oleh besi.

Matanya memandang keindahan kota di malam hari dari tepi tebing yang curam. Bukannya takut dirinya malah menyukai hal semacam itu.

"Cantik banget.."

"Kaya kamu"

Suara itu mendadak muncul membuat Caine menjadi melihat ke samping dan belakangnya mencari sumber suara tersebut berada. Namun matanya tak menangkap apapun, hanya ada semak dan Key juga Elya yang sedang menunggu dirinya selesai menikmati angin malam.

Saat ingin kembali menatap pemandangan di pinggir tebing itu, secara tiba tiba mulutnya di bekam dengan sapu tangan yang sudah dituangkan hypnotic oleh seseorang yang tak dikenal memakai pakaian serba hitam.

"EMH-"

Suara kecil itu membuat kedua anak gadisnya menoleh dan mencari keberadaan sang mami.

"Loh mami mana?"

"MAMII!!"

Teriakan tersebut membuat Rion mengalihkan pandangannya, dan dengan sigap orang yang tengah bertransaksi dengan dirinya saat itu, memukul kepalanya menggunakan tongkat baseball sehingga mengeluarkan sedikit darah.

"PAPI!" teriak Mako ketika melihat papi nya di pukul oleh orang itu

"WOY ANJING JANGAN KABUR LU NGENTOD" Gin memasuki mobil bersama Riji dan mengejar ketiga orang itu menggunakan mobilnya.

"Mako! Telpon pak Sui cepet"

Mendengar ucapan kakaknya Key, Mako segera mengambil ponselnya dari saku celana dan menelfon nomor pak Sui.

*Sementara Caine

Matanya perlahan terbuka dan menangkap seseorang dengan pakaian serba hitam sedang berlutut didepannya sambil mengelus perut yang sedikit membesar itu.

"Sayang.. Lama tidak bertemu bukan?"

"S-siapa kamu..?"

"Tidak ingat? Aku Felix mu sayang.."

Kesadarannya kembali saat mendengar nama itu disebut, matanya terbuka penuh dan melihat sekelilingnya.

"A-aku dimana?!"

"Kau ada dirumahku sekarang, dan ya.. Aku ingin bertanya. Siapa anak yang ada di dalam perutmu ini? Apakah dia anakku?" tangannya masih mengelus perut itu sembari menatap wajah Caine

"Bukan! Dia anakku dan Rion!" jawabnya dengan sedikit berteriak

"Rion? Dia lagi? Ahaha, baik kalo gitu.. Aku ingin ada anakku didalam perut ini.." jarinya menunjuk ke arah perut Caine dan tersenyum

"Jadi.. Kemungkinan anak ini akan musnah dan hilang dari kandunganmu"

Caine hanya bisa terdiam menatap Felix dengan wajah ketakutan dan ingin menangis. Ia khawatir anak yang ada didalam perutnya saat itu akan dilenyapkan oleh Felix.

"Halo dokter? Bisa datang ke rumah xxx di jalan xxx, disini ada pasien yang janinnya perlu diambil"

"---"

"Baik saya tunggu pak.."

/call ended

Matanya berkaca kaca ketika mendengar Felix mengatakan 'janinnya perlu diambil' ia menatap perutnya yang sudah sedikit membesar karena mengandung anak suaminya yaitu Rion.

"Selesai janinnya diambil.. Kita bakalan bersenang senang! Pasti itu seru bukan??"

Matanya sudah sangat perih menahan air yang ingin jatuh sedari tadi, dan pada akhirnya tangisan itu pecah membuat Felix tersenyum miring walau tertutup dengan masker.

"Hey.. Do you know who i am?"

"Aku nggak berada ditubuh asliku, tapi di tubuh seseorang" lanjutnya

*Tok

*Tok

*Tok

"Oh? Dokternya udah sampai"

Kakinya berjalan melngkah menuju pintu masuk dan memutar kunci itu membuat pintu tersebut terbuka dan menampilkan seseorang...



Rioncaine [Sweet Family Romance]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang