35

118 22 0
                                    

Sehari sudah berlalu sejak obrolan singkatnya dengan Riku yang meminta Yushi untuk segera pergi dari kehidupan Ayana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehari sudah berlalu sejak obrolan singkatnya dengan Riku yang meminta Yushi untuk segera pergi dari kehidupan Ayana. Dan selama sisa hari itu, yang ada di kepala Yushi hanyalah sebuah kebingungan dan linglung.

Ia tidak ingin melakukan hal itu. Pergi dari sisi Ayana setelah berjanji bahwa ia ingin mewujudkan kehidupan 'normal' bersama gadis itu? Yushi tidak bisa. Namun, sial sekali karena posisinya yang kini berada di antara dua janji yang saling bertolak belakang.

Semua isi kepalanya menghilang dan menyisakan hal-hal yang sudah ia lalui dengan Ayana. Sampai sebuah ketukan di pintu kamarnya membuat Yushi yang sedang bersandar di besi balkon tersadar dari lamunannya.

"Lagi galau, ya?"

Yushi hanya tersenyum dan menggeleng kecil ketika ia mendengar tuduhan dari Hana.

Hana tersenyum jahil melihat ekspresi cucunya yang kentara sekali sedang galau. Seperti remaja yang putus cinta saja. Diletakkan buah potong yang ia bawa itu di atas meja kecil di kamar Yushi. Barulah kemudian Hana menghampiri cucunya itu di balkon.

Posisi Yushi menghadap ke arah luar dengan tangan yang ia lipat di atas besi pembatas. Tatapannya yang kosong membuat pemuda itu nampak semakin menyedihkan, padahal itu adalah tatapan sehari-hari Yushi.

"Bagaimana kabar Ayana? Apa dia sudah baik-baik saja?"

Yushi mengangguk. "Dia sudah bisa berjalan-jalan, meskipun tidak boleh terlalu lelah dan sesekali harus dibantu kursi roda."

Giliran Hana yang mengangguk atas pernyataan Yushi. "Sampaikan salam Nenek padanya, ya. Katakan maaf karena Nenek belum bisa menjenguknya, restoran masih kacau balau."

"Iya, nanti Yushi sampaikan."

Angin yang saat itu berhembus bersama mendung membuat cuaca terasa dingin. Sama seperti suasana yang awalnya nampak hangat itu berubah serius. Perubahannya terasa tepat ketika Hana menyelesaikan pertanyaannya.

"Nenek dengar dari Yuta-san, akhir-akhir ini matamu sering memerah dan berair. Apa kamu baik-baik saja, Yushi?"

Yushi tidak langsung menjawab pertanyaan yang Hana ajukan. Anak itu malah terlihat seperti sedang mempertimbangkan sesuatu. Membuat Hana menunggu atas jawabannya.

Yushi memang tidak menampik bahwa matanya kian terasa aneh dari hari ke hari. Sensitivitas terhadap cahaya juga semakin buruk setiap harinya, membuat Yushi sering merasakan sakit yang sampai membuat kepalanya pusing. Seperti kejadian di taman kemarin saat sedang bersama Ayana.

Dan bahkan sebenarnya, saat ini matanya juga sudah mulai terasa perih. Namun, Yushi tidak ingin membuat Hana khawatir berlebihan jika ia bilang bahwa saat ini matanya sangat perih. Karena dari nada Hana yang bertanya saja Yushi sudah dapat merasakan kekhawatiran mendalam dari neneknya itu.

"Yushi baik-baik saja, Nek."

Hana menghela napasnya kecil ketika Yushi menjawab pertanyaan itu dengan senyum yang ragu-ragu. "Kamu tidak mau mempercepat operasinya? Nenek dengar sudah ada beberapa calon yang bisa mendonorkan mata mereka padamu."

Blind StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang