33

109 16 1
                                    

"Uwaaahhh!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Uwaaahhh!!!"

Yushi tersenyum ketika dia mendengar Ayana yang berteriak kegirangan. Sepertinya benar bahwa gadis itu merasa stres akibat terkurung di ruang rawatnya terus-terusan.

"Ah, rasanya sudah lama sekali aku tidak melihat pohon-pohon hijau seperti ini. Rindunya~"

Ayana terus-menerus berceloteh ria selama mereka melewati lorong dan sampai ke taman, tempat yang memang dituju oleh Ayana. Ia lihat bahwa taman rumah sakit masihlah ramai seperti biasanya. Banyak pasien-pasien lain yang turut menikmati waktu yang mereka punya dengan orang-orang terkasih, sama seperti Ayana.

Genggamannya yang tidak pernah lepas dari tangan Yushi kian mengerat. Senyumnya juga tergambar begitu lebar dengan mata yang mengarah pada Yushi, teman yang ia sayangi.

"Suster, saya mau duduk di sana, apa boleh?" Gadis itu menunjuk pada sebuah bangku taman yang terletak di dekat segerombolan bunga tulip yang tumbuh subur dan menyegarkan mata.

"Tentu saja."

Yushi mengikuti ke mana kursi roda itu membawa Ayana pergi. Kala itu Yushi tidak menggunakan tongkatnya, ia memendekkan tongkat itu dan menyimpannya di pergelangan tangan. Genggaman dari Ayana cukup untuk menjadi pemandunya berjalan.

"Kamu sebegitu bosannya, ya, di kamar?"

Ayana dengan cepat mengangguk. "Sebelum aku koma, aku 'kan sudah dirawat di kamar yang sama. Jadinya aku mual jika terus di dalam sana lama-lama."

"Kalau begitu, cepat sembuh agar tidak kembali ke kamar itu lagi, Na."

Ayana tidak membalasnya, dia hanya tersenyum. Dalam hati, Ayana bertanya-tanya tentang kondisinya sendiri. Apa dia masih bisa sembuh setelah dirinya merasa bahwa semakin hari tubuhnya semakin aneh.

Gadis itu melirik pada tangannya yang tidak tertutup lengan baju yang turun karena sedang menggenggam tangan Yushi. Senyum kecil dan miris tertera di wajahnya ketika ia melihat beberapa lebam yang muncul di sana. Lebam biru akibat leukemia yang selalu ia tutupi, hari itu dia biarkan lebam itu terbuka.

'Yushi, kamu tidak bisa melihatnya, 'kan? Aku yang kesakitan,' batin gadis cantik itu sembari menghela napasnya samar.

Wajah yang sedikit sendu itu dengan cepat berubah cerah kembali setibanya mereka di tempat yang Ayana tunjuk. Dengan semangat Ayana menarik tangan Yushi untuk duduk di kursi taman yang ada di sebelah kirinya—sebelumnya Yushi berdiri di sebelah kanan.

"Sampai~ Yushi, ayo duduk di sini!"

Yushi menurut, ia duduk tepat di sisi samping Ayana. Tangannya masih menggenggam milik Ayana yang kemudian ia beri usapan di punggungnya dengan ibu jari. Senyumnya nampak begitu teduh dengan mata kosongnya yang seakan-akan turut memuja keadaan siang yang berawan cerah.

Senang rasanya mendengar suara Ayana yang kembali menyapa rungunya. Senang karena akhirnya gadis itu terbangun dari tidur panjangnya. Senang yang teramat senang karena genggamannya kini terasa hangat, tidak dingin seperti sebelumnya.

Blind StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang