7

154 24 3
                                    

Langit saat itu nampak berawan, cerah namun tidak menyengat panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit saat itu nampak berawan, cerah namun tidak menyengat panas. Siang menuju sore yang terlihat damai itu menuntun Ayana untuk asal bicara. Menyuarakan permintaannya yang lebih terdengar seperti pernyataan pada temannya. Satu-satunya teman yang Ayana miliki.

Genggaman di tangan keduanya masih tertaut, namun Yushi tak kunjung membalas ucapan Ayana. Anak itu malah memutar tubuhnya, menjadi lurus ke depan. Membuat Ayana melepaskan genggaman tangannya dengan Yushi.

"Jangan bicara tentang kematian secara gamblang, Na."

Ayana tercekat sesaat. Suara Yushi yang biasanya terkesan lembut itu menjadi dingin. Membuat gadis itu diam-diam tertunduk.

"Maaf," cicitnya.

"Lagipula, tanpa kamu minta seperti tadi, aku akan tetap menjadi temanmu. Teman yang seperti katamu, yang selalu bersama-sama."

Yushi menoleh ke arah di mana Ayana berada. Laki-laki itu tersenyum begitu lembut, membuat Ayana terpesona oleh senyum manis itu.

"Karena temanku hanya kamu, Na."

Ayana terpaku. Ia kelu dan kaku ketika suara Yushi terdengar begitu tulus saat mengucapkan bahwa Ayana adalah satu-satunya teman yang ia miliki.

"Jadi, ayo berteman tanpa ada batas waktunya, Na. Meskipun itu kematian, ayo, tetap menjadi teman di manapun dan bagaimanapun keadaannya."

Yushi tidak tahu bagaimana wajah Ayana yang saat ini tersenyum dengan matanya yang mengkilap. Siap menjatuhkan sebulir air dari ujung matanya. Namun, anak itu dapat mengetahui Ayana yang mengangguk menanggapi ucapannya.

Hal yang membuat Yushi dengan perlahan mengangkat tangannya, mengusap hati-hati kepala Ayana. Dan masih dengan senyum manis nan lembutnya itu, Yushi meraba wajah Ayana.

"Cantik."

Ayana tertawa pelan. "Sok tahu."

Yushi hanya tersenyum. Tidak menanggapi lebih lagi. Ia memilih untuk menyandarkan tubuhnya pada badan bangku, merasakan tiupan angin yang lembut menerpa wajahnya.

Ayana menyaksikan itu dengan seksama. Menyaksikan bagaimana indahnya paras samping Yushi yang meskipun tertutupi matanya oleh kain. Itu malah menambah kesan indah pada rupa remaja itu.

"Kamu juga sama."

"Hm?"

"Kamu indah, Yushi. Sangat indah."

Untuk sesaat hening menerpa mereka. Hingga tiba-tiba suara tawa Yushi terdengar meledak, membuat Ayana mengejapkan matanya bingung.

"Kenapa ketawa?"

"Omonganmu, aneh. Mana ada orang buta sepertiku indah, Na," sergah Yushi sembari menetralkan tawanya.

"Ck, tidak ada hubungannya penglihatanmu dan wajah tampanmu itu. Mereka itu dua hal yang berbeda!"

Blind StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang