16

134 24 2
                                    

Di taman rumah sakit, terlihat ramai pasien-pasien yang bercengkrama dengan sanak saudaranya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di taman rumah sakit, terlihat ramai pasien-pasien yang bercengkrama dengan sanak saudaranya. Taman memang selalu akrab dengan canda dan tawa, maka dari itu, Ayana merasa terkucilkan di sana.

Dia yang hanya duduk sendirian tanpa teman itu merasakan sendu pada apa yang terjadi padanya. Sudah dua hari ia dirawat di sana, tapi Yushi sama sekali belum menjenguknya lagi sejak terakhir kali. Ia tidak tahu kabar pemuda itu.

Rindu mendadak datang pada menit-menit yang Ayana lewati. Ia rindu bermain dengan Yushi, rindu bercengkrama dengan temannya itu.

Ayana bosan. Ia terus sendirian di kamar rawatnya, melewati hari dengan menghitung tetesan infus. Ibunya sedang sibuk bekerja, mengurus beberapa hal yang ayahnya pinta dari luar kota.

Helaan napas yang begitu berat dikeluarkan oleh bibir yang sedikit pucat itu. Yang kemudian bibir itu dimajukan beberapa senti, membuat Ayana mirip seperti bebek saat ini.

"Kamu kemana sih? Kenapa enggak jenguk aku?" monolog Ayana penuh kesal.

"Aku di sini, tidak ke mana-mana."

Sebuah suara muncul dari balik tubuhnya. Membuat Ayana memutar kepalanya untuk melihat siapa yang berbicara. Gadis itu kemudian mendengus kian sebal ketika mengetahui siapa yang datang.

Riku dan senyumnya yang menyebalkan.

"Kamu menungguku di sini? Kenapa tidak telepon saja supaya aku cepat datang?"

Ayana menatap Riku yang duduk di sebelahnya dengan sinis. Ekspresinya kian malas ketika dengan lancangnya Riku mengusap kepalanya.

"Gak usah kepedean bisa gak?"

Riku tertawa kecil. Ekspresi kesal dari kekasihnya itu terlihat begitu lucu di matanya. Membuatnya semakin jatuh pada pesona seorang Ayana Hikari.

"Terus, kalau bukan aku, siapa lagi yang kamu tunggu?"

Ayana diam. Ia tidak benar-benar menganggap Riku ada di sebelahnya. Gadis itu hanya menganggap Riku sebagai orang asing yang lancang mengajaknya berbicara dan baik baginya untuk diam saja.

Lagi, Riku tersenyum. Tanpa bertanya pun sebenarnya ia sudah tahu siapa yang ditunggu Ayana. Siapa orang yang membuat kekasihnya uring-uringan dua hari terakhir.

Siapa lagi kalau bukan si Buta Yushi itu?

Menyebalkan. Sangat menyebalkan ketika lagi-lagi Riku menyadari bahwa dalam pandangan Ayana, dirinya berada jauh di bawah Yushi. Si buta yang sudah merebut kepunyaannya.

Senyum Riku yang manis itu memudar begitu saja. Tangan yang awalnya mengusap halus rambut panjang nan tipis milik Ayana ia turunkan. Tatapan yang awalnya ramah itu kembali mendingin.

Riku tidak suka sebenarnya dengan Ayana yang lebih mengharapkan laki-laki lain yang duduk bersamanya. Riku benci, apalagi itu adalah laki-laki rendahan seperti Yushi.

Blind StarWhere stories live. Discover now