Piring piring kosong memenuhi meja, aku() dan Killian membawanya ke meja khusus piring kotor yang kemudian akan dicuci dan dibersihkan oleh sang pencuci piring.
      Ingin mengunjungi kelas, kami kembali ke Gedung Bagian Tengah. Setiap langkah diiringi oleh percakapan. Adalah Killian yang memulai topik-hampir selalu.
"Aku akan sekalian mendaftar ke kelas lain juga."
"Oke."
"Mm...apa kamu tidak akan bertanya kelas apa saja yang akan aku daftar?" Killian memiringkan kepala.
"Tidak perlu, pun nanti juga kita akan mengunjungi kelasnya kan?"
"Ya..sebaiknya kamu penasaran."
"Kalau tidak?"
"Terserahlah." Killian mempercepat jalannya, aku menyusul. "Kita akan ke kelas Memanah."
Aku mengangkat kedua halis. "Memanah?"
"Mhm, sekalian daftar." Killian menjawab.
Penglihatan ku tertuju pada lantai yang di langkahi, melemaskan wajah. Yah..padahal akan aku juga mau masuk ke kelas itu. Sudah mencoba melupakan rasa penasaran ku, sekarang malah Killian yang mendaftar, akan mendatangi kelasnya pula. Aku menahan untuk memasang wajah masam.
"Ayo, Islette," seru Killian. Tanpa tersadar langkah ku melambat tadi, aku berlari lari kecil.

***

𝗧𝗼𝗸 𝘁𝗼𝗸 𝘁𝗼𝗸
     Killian mengetuk pintu kelas. Pekerjaan kami semenjak mengunjungi kelas tambahan ya mengetuk pintu. Pintu pintu tidak pernah dibiarkan terbuka, jadi ya terpaksa. Kan tidak sopan jika kita langsung saja menerobos masuk tanpa ijin. Padahal sih, kataku, lebih baik dibuka saja pintunya, lumayan menghemat waktu.
"Permisi!" seru Killian.
"𝘈𝘩, 𝘪𝘺𝘢 Iya !" Samar samar terdengar jawaban dari dalam ruangan.
Pintu mendesing.
"Selamat siang," ucap aku dan Killian serempak, menunduk sopan.
"Selamat siang juga, Islette, Killian."
Eh?
Aku mengangkat kepala. "Tuan Feto?" seruku.
Tuan Feto tersenyum. "Ayo, masuk." Ia berbalik badan.
Aku dan Killian saling tatap. Killian mengangkat kedua halis, bola matanya tertuju pada Tuan Feto, mengisyaratkan: 𝐾𝑒𝑛𝑎𝑝𝑎 𝑇𝑢𝑎𝑛 𝐹𝑒𝑡𝑜 𝑑𝑖 𝑠𝑖𝑛𝑖?
Aku mengangkat bahu: 𝑀𝑎𝑛𝑎 𝑎𝑘𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢.
"Kalian tidak ikut masuk?" Tuan Feto berseru, kami bergegas masuk ke dalam.

***
"Anu...eh, Tuan Feto mengajar di kelas Memanah juga?" Killian bertanya ragu ragu.
"Kenapa? Kalian baru tahu?" Tuan Feto terkekeh.
Killian menyikut lengan ku berkali kali.
"Apa?" Aku berbisik, kesal.
"Hm?" Tuan Feto berbalik, menatap kami.
"Eh, anu, ehh....iya Tuan." Killian menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
"Pantas saja."

     Aku melangkahi lantai perlahan, mengikuti Tuan Feto. Kelas ini berbeda dari ruang kelas lain. Ukuran kelasnya lebih besar. Ada banyak loker tinggi berwarna biru tua, berbaris rapi pada sisi kanan ruangan. Lalu pada sisi kiri berjejer banyak keranjang rotan, diisi oleh panah dengan ujung bulu berwarna merah. Setiap keranjang menampung sekitar sepuluh anak panah, busur berwarna hitam pekat disenderkan ke keranjang.
     Keranjang keranjang tersebut juga berbaris rapi, sejajar dengan loker pada bagian kanan ruangan. Didepan barisan keranjang keranjang, tergantung katana dan pedang secara horizontal, menutupi bagian dinding. Beragam, mulai dari warna, ukuran, dan corak. Aku ternganga memperhatikannya satu demi satu.
     Terus berjalan pada bagian depan kelas, melewati loker dan keranjang keranjang seperti lorong. Sebuah lemari kaca yang sangat  panjang, menutupi keseluruhan dinding, berisi katana lagi, pedang, busur serta beberapa anak panah. Desain dari setiap alat tersebut sangat mencolok. Ada yang berwarna metalik, emas, bahkan gradasi. Beberapa barang yang paling aku ingat adalah sebuah katana berwarna putih dengan ujung pegangan kaca menyerupai pohon dengan bunga bunga kecil yang mekar, berwarrna merah muda. Lalu ada sebuah busur berwarna hitam yang  membentuk sayap bercorak putih, sepasang dengan panah yang mengkilap.
     Aku terpesona.
Beberapa bagian lain dinding digantungi 𝘵𝘢𝘳𝘨𝘦𝘵 panahan.
"Katananya cantik cantik, ya. Mengkilap pula." Killian berbisik.
"Iya." Aku ikut berbisik, tersenyum memperhatikannya satu satu.
"Kita melakukan semua aktifitasnya di lapangan ya, Tuan?" Killian menoleh.
"Betul." Tuan Feto menjawab.
"Loker loker tersebut untuk apa?" tanya Killian.
"Menyimpan baju, pedang, dan alat lainnya punya masing masing."
"Kita akan diberi juga ya?"
"Setiap murid pasti akan dapat, tapi tentu saja harus menguasai tekniknya dengan tepat. Kalau belum bisa, paling hanya akan dipinjamkan selama kelas dijalankan."
Killian mengangguk sebagai jawaban.
"Islette." Killian kembali berbisik.
"Apa?" Aku menjawab.
"Atau aku daftar sekarang saja ya?"
Aku terdiam sejenak. 𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘧𝘵𝘢𝘳 𝘫𝘶𝘨𝘢, 𝘵𝘢𝘱𝘪...𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢.., pikirku. Aku menghela napas.

***
     Aku dan Killian melewati lorong kamar.
"Sampai bertemu nanti lagi, terimakasih ya! Selamat siang."
Aku mengangguk. "Selamat siang." 
Killian melambaikan tangan, terus berjalan hingga kamar nya.
     Aku masuk ke kamar ku sendiri, berbaring di tempat tidur. Sekali lagi termenung memikirkan kelas Memanah dan Berpedang.
     Kenapa sih Osorior tidak mengijinkan anak murid perempuan medaftar kelas bela diri? Kan bela diri juga lumayan penting. Saat aku melihat katana dan pedang berjejer, aku menjadi semakin ingin masuk ke kelasnya. Ditambah lagi saat tadi, melihat Killian mendaftar, aku jadi sedikit iri.
     Iya, Killian mendaftar kelas Memanah dan Berpedang, juga kelas Taekwondo, dan Melukis.
     Huft.
Aku menatap langit langit dinding. Mau bagaimana lagi, kan?

***

     Baiklah, sekarang lupakan dahulu sejenak tentang keinginan ku. Kita bahas soal Tuan Feto tadi.
     Awalnya aku kira Tuan Feto sedang berkunjung ke kelas memanah untuk menemui pengajarnya, mungkin untuk mengobrol, atau berdiskusi, atau apalah. Ternyata Tuan Feto yang mengajar Memanah dan Berpedang. Itu berarti ia mengajar dua kelas tambahan sekaligus, kelas ku, kelas Sejarah, dan kelas Killian, kelas Memanah dan Berpedang.
     Dipikir pikir.. aku bisa bertanya ke Tuan Feto tentang beberapa teknik bela diri kan? Secara, Tuan Feto pasti sudah ahli. Bertanya sedikit tidak masalah kan....?

           𝑰𝒍𝒖𝒔𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒔 𝑴𝒆𝒎𝒂𝒏𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝑩𝒆𝒓𝒑𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
|       ««««            lemari kaca             »»»»  |      |                                                                        |                                                              |                                                                        |
|     keranjang (4x)                loker (5x)       |          |     keranjang (4x)                loker (5x)       |          |     keranjang (4x)                loker (5x)       |
|     keranjang (4x)                loker (5x)       | |     keranjang (4x)                loker (5x)       | |                                                                        |           
|  katana & pedang       katana & pedang | |                                                                        |
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _[pintu] _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Another Side Of Earth Where stories live. Discover now