𝓟𝓪𝓻𝓽_24

63 9 0
                                    

💖💖💖

Cuaca yang menyapa pagi itu cukup cerah dan mentari yang bersinar hangat menghidupkan malam beku sebelumnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cuaca yang menyapa pagi itu cukup cerah dan mentari yang bersinar hangat menghidupkan malam beku sebelumnya. Sehun bermaksud untuk menemui Baekhyun dan ingin membicarakan tentang mereka. Dia merasa tersiksa dengan gencatan senjata yang dilakukan Baekhyun, membuatnya terjatuh dalam keputusasaan dan kerinduan yang mendalam.

Tetapi niatnya tidak terlaksanakan karena Baekhyun sudah pergi dari rumah pagi-pagi sekali tanpa ada kabar padanya. Dengan perasaan kecewa, dia pun berangkat ke kampus dan berharap bisa berbicara dari hati ke hati di malam harinya.

Ketika malam tiba, keinginan Sehun lagi-lagi tak bisa terealisasi. Kekasih manisnya ternyata sama sekali tidak pulang ke rumah dan dia tahu ke mana Baekhyun pergi. Saat makan, ketidakhadiran Baekhyun di meja makan tentunya mengundang tanya.

“Ada apa dengan kalian?” Tn. Baek bertanya dengan nada santai, menoleh pada Sehun yang baru saja menyelesaikan makan malamnya.

“Kami baik-baik saja, Paman,” jawab Sehun. Dia melirik pada nyonya rumah yang beranjak bangun dan meninggalkan keduanya.

“Kau tidak ingin bicara?”

“Bukan masalah besar,” sahut Sehun lagi.

“Seorang ayah mengenal kebiasaan anaknya. Paman tahu ada sesuatu yang mengganggunya dan itu berhubungan denganmu. Sepertinya bukan masalah Chanyeol yang mengusik hatinya tapi yang utamanya justru karenamu. Dia akan menghindari seseorang yang membuatnya tak nyaman.”

Sehun mengusap mulut menggunakan tisu. Dia mendengarkan kalimat yang jelas menyindirnya. Terdiam sejenak sebelum memberikan jawaban namun matanya tidak mampu membalas tatapan Tn. Baek.

“Semuanya salahku,” ujarnya pelan, mencoba untuk berbagi masalah.“Aku membahas tentang restu yang belum terucap dari Paman. Aku hanya membenarkan ucapan Paman bahwa aku belum memiliki apa pun yang bisa membahagiakan Hyun. Aku tidak mampu memberikannya hadiah atau semacamnya yang seharusnya diberikan oleh seorang kekasih.”

“Dan dia marah?” sela Tn. Baek.

“Dia bilang memberikan waktu untukku. Tapi aku tidak menduga kalau pembahasan itu menjadi berkepanjangan. Rupanya Hyun sangat tersinggung karena hal itu. Aku sudah menyakitinya,” kata Sehun. Wajahnya berubah murung.

Tn. Baek menghela napas panjang dan meneguk air minum sesaat.

“Sehun, paman tidak pernah mempermasalahkan siapa dirimu atau apa yang kau miliki. Kau masih sekolah dan paman tidak pernah menuntutmu untuk memberikan materi pada Hyun. Kau harus ingat, harta dan kekayaan belum tentu bisa memberikan kebahagiaan. Paman tahu, hidup membutuhkan materi tapi tanpa cinta dan kasih sayang di dalamnya, semua itu hanya benda mati yang tidak berharga.”

“Aku merasa kecil di depan Paman. Sebagai orangtua, aku tahu Paman menginginkan yang sempurna untuk sosok cemerlang seperti Hyun,” Sehun tetap menyalahkan diri sendiri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝑻𝒆𝒏𝒅𝒆𝒓 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐡𝐮𝐧𝐛𝐚𝐞𝐤]Where stories live. Discover now