23. Some Noise

1.1K 224 46
                                    

Lima hari berlalu lagi, dan suasana di Mansion besar itu masih suram dalam artian semua orang masih bersedih atas musibah yang terjadi.
Hari ini sudah genap 2 Minggu setelah hilangnya Chiquita, dan mereka masih harus tetap menjalani hari seperti biasa.

Kata orang pun, meski dunia kalian seolah terhenti hari ini, dunia orang-orang masih tetap berjalan normal seolah tidak terjadi apa-apa.
Jadi apapun pasti akan terhapus seiring berjalannya waktu.

Entah itu kebahagiaan, kesedihan, atau bahkan kekecewaan dan hal lainnya. Di depan sana, masa depan masih menunggu jadi jangan pernah menyerah dengan hal yang terjadi hari ini.
Semua akan baik-baik saja, semoga.

"Kami berangkat, Eomma Appa."

Ruka dan adik-adiknya berpamitan pada kedua orangtua mereka untuk pergi sekolah. Setelah selesai sarapan, mereka ingin langsung pergi tak berniat bercakap-cakap lebih lama.

Keenam gadis yang telah rapi dalam balutan seragam itu akhirnya meninggalkan Jaehyun dan Jisoo berdua saja di meja makan.
Termasuk Rora, meski sejujurnya dia masih di larang untuk beraktivitas gadis itu memaksa ingin ikut sekolah. Jika keinginannya di tolak, bisa-bisa Rora akan mengamuk lagi dan memperburuk kondisinya.

"Yeobo. Kau sudah bicara dengan pihak sekolah?"

Jaehyun menoleh, anak-anaknya sekarang sudah tidak terlihat lagi.

"Apa kata mereka?"

Lelaki itu terdengar menghela nafas.
Jisoo menunggu, karena dia penasaran dengan hal itu.
Setidaknya pihak sekolah harusnya bertanggung jawab atas hilangnya Chiquita.

Jika saja mereka lebih baik survey tempat dan keamanannya ketat, mungkin hal buruk tidak akan pernah terjadi.

"Mereka bilang, tidak bisa bertanggung jawab penuh karena hal itu diluar kendali mereka."

Jaehyun tersenyum kecut setelah mengatakannya. Dia cukup kecewa mengingat ucapan kepala sekolah kemarin sore ketika dia datang ke kediamannya.

"Selain itu, hal seperti ini baru terjadi pertama kalinya. Mereka menolak di salahkan."

Jisoo menggelengkan kepala, tak habis pikir mendengar itu. Dia kira, pihak sekolah akan bertanggung jawab dan ikut membantu mereka, nyatanya mereka seolah lepas tangan.

"Aku tidak bisa berbuat apa-apa, dengan hilangnya Chiquita itu sudah jadi bukti jika aku tidak becus jadi seorang Ayah. Maafkan aku Jisoo,"

"Jangan salahkan dirimu terus menerus sayang, Chiquita juga pasti tak akan pernah berpikir seperti itu. Dia pasti sedih jika mengetahui kau seperti ini karena dirinya."

Jisoo menepuk-nepuk pundak sang suami, tentunya ikut merasakan yang dia rasakan.

"Kau tau Jisoo? Aku sangat menyesal karena tidak memperhatikannya selama ini. Dia pasti sangat ingin mendapatkan kasih sayang dariku setelah ibunya meninggal. Tapi aku sangat jahat, aku tidak pernah melakukan itu untuknya." Ucap Jaehyun dengan dada yang kembali sesak.

"Sekarang dia menghukum ku seperti ini, dan aku benar-benar menyesal. Rosé pasti akan kecewa padaku di atas sana, karena tidak menyayangi anak kami sebagaimana seharusnya."

Jisoo tersenyum dan tak mengatakan apapun, dia memilih membiarkan suaminya melepaskan kesedihan di depannya sekarang. Pasti berat, setelah kehilangan istri yang dicintainya dan kehilangan anak bungsu yang membuatnya terpukul dengan penuh penyesalan.

Jaehyun merutuki dirinya setiap saat, semakin hari dia semakin di timpa rasa penyesalan yang menyesakkan. Jika bisa memutar waktu, dia berjanji akan menyayangi anaknya tanpa pandang bulu. Karena sungguh, perasaan ini menyiksanya semakin dalam setiap detiknya.

IM HERE, UNNIE...Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora