18. In The Rain

1.1K 190 37
                                    

Beberapa langkah kaki terdengar berderap ramai. Cahaya dari alat penerangan di tangan mereka menyingkap kegelapan di kedalaman hutan.

Mereka semua mulai berkumpul, masing-masing membawa tas yang berisi alat-alat yang dibutuhkan.

"Kalian pergilah mencari ke arah barat, menurut laporan anak-anak itu pergi ke anak sungai dan tidak kembali. Semoga saja mereka belum pergi terlalu jauh,"

"Siap Capt!"

"Lalu kalian, susuri daerah ini. Jangan sampai terlewat apapun yang bisa menjadi petunjuk!"

"Baik Capt!"

10 orang pria dengan seragam khusus tim pencari itu berpencar dengan anggota masing-masing.
Mereka membelah hutan tanpa rasa takut demi menyelamatkan anak-anak malang yang hilang.

Selain para petugas tersebut, polisi juga mulai berdatangan ikut membantu pencarian.
Jika tim SAR terfokus pada pencarian anak-anak hilang, para polisi terfokus pada pencarian 2 buronan yang kabur dari sel sejak satu minggu lalu.

Mereka harap bisa segera menemukannya sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada anak-anak yang tidak tau apapun.

Sementara itu di tengah hutan yang gelap, Chiquita nampak berjalan pelan dengan Rora yang berada di punggungnya. Meski kondisinya juga tidak baik, dia masih mampu membawa kembarannya untuk meneruskan perjalanan.

"Ra, bertahanlah. Kita harus pulang.. "

Chiquita meringis ketika merasakan sakit di area perutnya.

"Tinggalkan saja aku, Canny .. kau yang harus pulang." Rora bersuara pelan, kondisinya cukup lemah. Bahkan gadis itu sudah memejamkan mata sejak tadi.

"Tidak, Ra. Kita harus pulang bersama. Jadi berhenti mengatakan hal bodoh,"

"Aku hanya membebanimu... Aku adalah kakak yang tidak berguna Canny." Rora menghela nafas panjang. Tangan lemahnya mengerat pada leher sang adik.

"Aku menyayangimu, Rora."

"Cann.... "

Chiquita berhenti sejenak, kemudian mendongak ke atas untuk melihat langit. Sekarang langit semakin menggelap, seperti tanda-tanda akan turun hujan.

"Kau harus pulang dengan selamat, Ra. Rita Unnie pasti sangat mencemaskanmu sekarang. Aku akan berusaha, jadi berhenti menyuruhku untuk pergi meninggalkanmu."

Rora kali ini membuka matanya meski hanya sedikit. Dia teringat pada kakak sulungnya, seperti yang Chiquita katakan, dia pasti khawatir sekarang. Tapi dia kesal juga, karena adiknya hanya mengatakan jika kakak mereka hanya khawatir padanya.

Mengingat perlakuan sang kakak pada Chiquita yang berbeda sejak dulu, pasti menjadi penyebab dia mengatakan hal itu.
Rora tak mampu mengatakan apa-apa, hanya menyesalinya dalam hati karena kebodohannya selama ini.

Grr~ guluduk~~

Chiquita kembali melangkah, mengabaikan rasa sakitnya sendiri.
Namun baru beberapa langkah dia bergerak, rintik hujan mulai berjatuhan di iringi guntur dan petir yang mulai bersahutan.

"Kita harus mencari tempat berteduh, Ra. Eratkan peganganmu."

Rora mengangguk pelan, mulai mengeratkan pelukannya pada leher Chiquita. Chiquita menoleh kesana kemari, mencoba mencari tempat berteduh mengandalkan sedikit cahaya dari kilatan petir.

Cukup jauh berjalan dan hampir jatuh karena menginjak batu-batu yang licin, akhirnya Chiquita menemukan tempat untuk mereka menghindari hujan.

Sebuah gua kecil di dekat pohon besar adalah pilihannya.

IM HERE, UNNIE...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang