"Dih! Ogah! Bisa mati muda!" Zoya buru-buru menolak, tidak memperhatikan kondisi hingga akhirnya ia mendapatkan sebuah pukulan di bahu dari Sera. "Kok, gue dipukul, sih?"
"Apa-apaan coba bisa mati muda?" tanya Sera tidak terima, wajah gadis itu sudah persis seperti angry bird merah, alis menukik dengan bibir menipis.
"Ya... Ya... Lo tahu kan, kerja sama lo butuh banyak keahlian dan kelincahan, gue harus bisa jadi apa aja. Detektif lah, pencair emosi lah, tukang penasihat lah, ini lah, itu lah. Jadi, karena masa kecil sampai remaja gue udah gue habisin untuk cari uang dan mengabdi sama lo, sebagai gantinya gue mau menikmati masa muda. Punya pacar, nikah, terus punya anak." Zoya senyum-senyum sendiri membayangkannya, walaupun masih menyandang status jomblo karena selalu bergaul dengan Sera, ia tidak akan menghilangkan harapannya untuk memiliki pacar, menikah, lalu memiliki keluarga yang bahagia.
"Terus gue gimana?" tanya Sera dengan cepat, gadis itu bahkan menatap sepenuhnya Zoya saat ini.
"Ikutin jejak gue, cari cowok, terus nikah."
Sera mendengus tak suka, gadis itu berdecak malas, dan kembali bersender malas. "Kurang kerjaan. Lo tahu nikah, punya cowok, itu hal yang nggak akan pernah terjadi di dalam hidup gue."
"Kan, udah mau jadian sama Kak Shaga!" ujar Zoya dengan nada jenaka.
"Bohongan doang," balas Sera tak acuh. Ia kembali menutup mata, sebelum akhirnya kembali bangun dengan tangan sibuk membuka layar ponsel. "Udah gue transfer."
Zoya mendengar soal uang tentu saja langsung berbinar, gadis itu buru-buru mengecek saldo rekeningnya. Tangannya tanpa sadar menutup mulut sesaat, "Seriusan? Ini bonusnya dua kali lipat dari biasa. Banyak banget."
Suara dehaman Sera memenuhi mobil setelahnya, gadis itu membenarkan duduknya kemudian dengan suara kecil berhasil membuat Zoya tercengang.
"Kalau merasa banyak, beliin anak kecil tadi susu atau keperluan bayi. Itu sih terserah lo, uang-uang lo kan!" Setelah itu mata Sera tertutup rapat, gadis itu bertingkah selayaknya orang tidur.
Zoya berusaha mengulum senyum menatap tingkah Sera yang kadang-kadang membuatnya kehabisan kata-kata, di luar sifat menyebalkannya gadis itu mempunyai sisi baik yang jarang orang ketahui.
"Pulang dari lo, gue beliin, lo emang baik."
"Nggak ada hubungannya sama gue, nggak usah alay!" Mata Sera terbuka horor, gadis itu menatap Zoya dengan raut wajah tidak santai, seperti biasa jika marah alis gadis itu menukik layaknya angry bird merah.
"Oke deh, iya!"
"Emang iya."
*******
"Masuk!"
Tanpa menoleh pun Sera tahu jika Bi Mawar yang berkunjung ke kamarnya disaat jam larut seperti ini. Membawakannya susu coklat seperti malam-malam sebelumnya. Mengetahui kebiasaan Sera yang akan tidur larut malam setelah seluruh aktivitas yang sudah dijadwalkan untuk dia selesai.
"Nggak capai, Non?" tanya Bi Mawar seraya meletakkan susu coklat gadis itu di meja panjang tepat di samping meja belajar Sera. Wanita tua itu berdiri tepat di samping Sera yang sedang berkutat dengan MacBook nya. Bi Mawar cukup terkejut ketika melihat deretan angka berserta komplemen-komplomen lainnya yang ada di layar laptop gadis itu, karena seperti yang ia ketahui, Sera hanya suka belajar biology. Gadis itu sangat anti pelajaran math walaupun bisa sekali pun.
"Biasa aja, Bi." Masih sibuk dengan kegiatannya, dengan sesekali melihat tablet-nya yang menampilkan beberapa urutan materi yang harus ia kuasai untuk Olimpiade nanti. Gadis itu menyusun materi yang ia rasa penting untuk dirinya sendiri, menurutnya ia lebih mudah menyerap segala sesuatu jika dirinya sendiri yang merangkum materi tersebut.
"Jangan terlalu diporsir atuh, Non. Bibi yang takut kamu sakit tahu. Hari ini aja nggak turun makan, mau Bibi bawain makanan juga nggak mau, terlambat pulang kan tadi? Kata Zoya kamu banyak aktivitas di sekolah. Persiapan lomba ini itu, mana yang Bibi dengar dari Zoya nyonya Helena udah mulai siapin segala persiapan kuliah kamu. Kamu kalau capai, cerita sama Bibi, ya, Non? Jangan dipendam sendiri. Jangan ditahan capainya sendiri. Kamu punya Bibi,"ujar Bi Mawar seraya mengelus pelan bahu sempit Sera. Memastikan kehangatannya tersalur pada Sera. Kadang-kadang Bi Mawar bertanya-tanya apa yang sedang gadis itu rasakan dan pikirkan disaat-saat tertentu. Terlalu sulit dipecahkan dan ditebak apa maunya, dari kecil walaupun sering melawan gadis itu jarang menolak jika disuruh melakukan apapun yang menyangkut pencapaiannya.
Sera memutar kursinya, menatap Bi Mawar dengan senyuman yang sangat jarang ia tunjukkan pada orang lain. Bukan senyuman formal jika berbicara pada guru, bukan senyuman berupa ejekan pada orang-orang yang berbicara padanya, atau senyuman licik saat merasa segalanya akan dengan mudah ia dapatkan. Senyuman tulus karena merasa cukup tersentuh karena seseorang memperdulikan dirinya.
"It's okay, Bi. Aku nggak apa-apa. Capai sih sedikit, tapi yang nggak gimana gitu. Aku masih bisa atasi itu. Lebih baik sibuk begini daripada jadi pengangguran nggak ada kerjaan. Bibi tahu, dengan aku lakuin ini semua, aku semakin unggul dari orang-orang di luar sana, Bi."
"Aku.... Nggak akan kesakitan lagi karena mereka, karena mereka nggak punya alasan nyakitin aku. Aku lebih tinggi dari mereka. Aku yang punya hak buat nyakitin mereka."
Sera menarik napas sebentar, memeluk pinggang Bi Mawar kemudian tersenyum kecil, "Jadi... Capai yang aku dapat sebanding dengan apa yang aku rasakan sekarang."
______________________________________________

AKU SETELAH NULIS PART INIII, RASANYA LANGSUNG MAU PELUK ERAT-ERAT SERAKUUUU🫂🫂🫂🫂
SHE DESERVES BETTER WOIII🥀🥀🥀🥀
SERAAAAA KUUU YANG MALANG KALIAN JANGAN HUJAT DIA KALAU LAGI JAHAT YAAA👊👊👊👊
AKUUU TYDAKM TERIMAAA WOII🤏🤏🤏
CEPET SADAR DEH LO SHAGGG☠️☠️☠️
VOTE DAN COMMENT JANGAN LUPA YA GENGSSS🤍🤍🤍🤍
YOU ARE READING
INVISIBLE STRING
RomanceKaya raya, cantik, trendsetter, pintar, dan mandiri. Sempurna bukan? Ya, itu Seraphina Zephyra Jenggala. Gadis cantik yang digadang-gadang bisa menjadi Miss Indonesia beberapa tahun lagi jika tubuh gadis itu bisa semakin bertumbuh tinggi. Namun, mem...
