28. Sunyi Tapi Tidak Menakutkan

25 7 2
                                    

Jangan lupa Vote⭐
dan Komen☺

*
*
*

Pagi yang cerah memberi kehangatan untuk orang-orang menyambut hari dengan baik.

Seorang gadis dengan pakaian rumah sakit, duduk diatas ranjang yang selama satu minggu ini ia gunakan untuk istirahat.
Gadis dengan surai hitam dan panjang itu, mengamati suasana diluar rumah sakit dari jendela transparan. Mengingat ia berada di lantai tiga, ia sibuk memperhatikan gedung-gedung tinggi dan langit yang berwarna biru dengan awan putih.

Sunyi namun cuaca cerah. Sunyi namun tidak menakutkan. Sunyi, senyap yang menenangkan.
Dunianya selama ini sunyi, tidak ada suara apapun. Ia pernah merespon percakapan dengan berbicara, namun ia tidak pernah mendengar apapun.

Dunianya hitam putih bahkan sesekali terlalu gelap untuk ia lalui, ia sering sekali terjatuh dalam kesunyian, berusaha berdiri dan meyakinkan diri bahwa ia bisa melalui semuanya. Sendiri.

Alisha lupa kapan tepatnya, namun disaat ia merasa bahwa ia sendiri dalam kesunyian dan kegelapan itu, seseorang datang. Ia tidak membawa sebuah lampu dengan cahaya yang terang benderang, ia hanya membawa lampu dengan cahaya yang minim. Ia menghampiri Alisha, menggenggam tangan nya lalu berjalan membawa Alisha pada ujung kegelapan menuju tempat yang bercahaya terang.

Alisha tersenyum diposisi itu, dunia nya tidak hanya hitam putih bahkan terlalu gelap. Dunia nya sudah mulai berwarna, perasaan nya menghangat mengingat keberadaan nya mulai diterima. Sekali lagi Alisha bersyukur kepada yang maha kuasa, ia diberi kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang baik. Ia juga diberi kesempatan untuk bisa merasakan kasih sayang dari keluarganya, walau terlalu banyak rasa sakit yang ia lalui. Alisha ikhlas.

Alisha terlalu larut dalam lamunannya, ia tidak menyadari seseorang memperhatikan nya begitu dekat. Sampai ketika ia duduk disamping Alisha, ia tersadar dari lamunan itu merasakan ada pergerakan disebelahnya.

Ia tersenyum.
"Dari mana?" Alisha memberi isyarat, berupa pertanyaan itu.

"Ketemu dokter." Jawab yang lebih muda.

"Gimana? Udah boleh pulang?" Alisha tersenyum antusias.

Yang lebih muda menghela napas, lalu memberi ekspresi sedang berpikir. Sebenarnya Rina tidak benar-benar sedang berpikir, ia hanya menggoda sang kakak.

Alisha menatap sang adik sangsi, ekspresi nya saat ini lumayan menyebalkan di mata Alisha. Ia yakin Rina seperti itu pasti hanya untuk membuat dirinya kesal. Lalu dengan cepat Alisha meraih tangan sang adik, dan mulai menunjukkan wajah seriusnya.

"Jangan bercanda! Apa kata dokter." Alisha kembali menggerakkan tangannya.

Arina terkekeh melihat itu, ia lalu duduk dan berhadapan dengan sang kakak.
"Belum boleh, mbak masih harus ketemu sama dokter supaya beneran pulih." Balas yang lebih muda.

Alisha menghela napas nya lalu memasang wajah cemberut. Ini sudah seminggu, bahkan semenjak sadar ia sudah merasa lebih baik dan tidak terlalu merasakan sakit. Tapi Mama selalu bersikeras kalau Alisha masih harus dirawat.

"Mbak udah sehat, lihat." Alisha mengepalkan tangan lalu menunjukkan gerakan memamerkan ototnya.

Arina tertawa melihat ekspresi serta perbuatan sang kakak.
"Aku percaya. Tapi bukan cuma ini aja yang sakit,"  Rina memegang tubuh sang kakak.
"Yang didalam sini juga." Rina menunjuk dada serta kepalanya.
"Jadi, kita harus pastiin kalau mbak beneran sehat semuanya."

Tepat setelah Rina menyelesaikan ucapannya, pintu ruangan dibuka. Mama bersama Syafa masuk kedalam ruangan menghampiri kakak beradik itu.

Mama membawa nampan berisi sarapan untuk Alisha, sementara Syafa membawa plastik putih berisi sarapan untuk Arina.
Mama mendekat, lalu menggeser Rina dari hadapan Alisha dan menyiapkan sarapan untuk si sulung.

MElUKIS SENJAWhere stories live. Discover now