5. Cerita

44 5 0
                                    

Jangan lupa vote⭐
Dan komen

                              *
                              *
                              *




Disinilah Alisha berada, duduk di sofa yang ada diruang tamu kelurga Syifa. Ia menatap gelas berisi teh hangat yang beberapa saat lalu dihidangkan oleh Syafa.

Gadis itu merasa canggung ditinggal sendiri di ruang tamu. Syifa sebelumnya izin sebentar ke kamar untuk mengganti pakaiannya.
Alisha memperhatikan seisi ruang tamu ini, terlihat lega karena tidak ada sekat antar ruang tamu dan ruang TV.

Ia memperhatikan pintu depan, lalu beralih kearah pintu kamar yang berada di hadapannya. Terdapat hiasan yang digantung di pintu itu, dan ada tulisan 'kamar Syafa dan Syifa' pada hiasan itu.  Hal tersebut membuat Alisha menyimpulkan bahwa kakak beradik itu satu kamar.

Beberapa saat menunggu, akhirnya Syifa keluar dari kamar dengan pakaian yang berbeda. Gadis itu keluar bersama dengan Syafa, mereka mendekat kearah sofa tersenyum tidak enak.

"Maaf yah Kak, udah di buat nunggu." Ucap Syifa tidak enak. Alisha tersenyum lalu menggelengkan kepala, seakan itu bukan hal yang serius.

"Diminum kak, teh nya." Ucap Syafa yang sekarang duduk di sofa single dihadapan Alisha.
Alisha meminum teh tersebut, ia merasa hangat setelahnya. Dan tepat setelah ia meletakkan gelas tehnya, seorang wanita keluar dari dapur membawa kotak berwarna putih yang Alisha yakini itu P3k.

Annisa tersenyum dengan manis, wanita itu mengambil duduk di samping Syifa, di sofa yang berada disebelah Syafa. Alisha merasa canggung, ditambah lagi tidak ada yang membuka suara, hanya suara Annisa yang sibuk mengeluarkan isi kotak yang dibawa tadi.

Mereka benar-benar tidak bersuara sama sekali, sampai Annisa bangkit lalu mendekat kearah Alisha. Wanita itu memperhatikan wajah Alisha, lalu menggerakkan tangan nya memberi Alisha isyarat.

"Kamu baik-baik aja?" Tanya Annisa. Alisha terkejut melihat gerakan itu, begitu pun kedua gadis yang berada dihadapan Alisha.

"Bun?" Panggil Syafa. Annisa menoleh kearah Syafa, dan seakan mengerti ia tersenyum lalu menjelaskan.
"Bunda kok bisa bahasa isyarat?" Tanya Bunda. Wanita dengan hijab coklat itu melanjutkan,
"Dulu Bunda sempat belajar, dan mengajar di sekolah luar biasa yang muridnya sama seperti Alisha." Jelas Bunda, dan dibalas anggukan mengerti oleh mereka yang disitu.

"Sini, biar diobati lukanya." Isyarat Bunda pada Alisha. Alisha tersenyum tipis, lalu mendekat dan membiarkan wanita cantik itu mengobati lukanya.

OoO

"Aku di usilin temen." Ucap Alisha. Ia mengatakan itu dengan perasaan takut. Tangan Alisha sedikit gemetar, lalu Annisa yang masih duduk disebelahnya menggenggam tangan gadis itu, bermaksud menenangkan.

Syafa dan Syifa melihat itu mengerutkan alis bingung, ada gitu orang usil sampai buat orang lain luka begini? Batin Syafa.
"Jangan bilang kakak di bully?" Tanya Syifa. Alisha mendapat pertanyaan itu menunduk, ia menatap tangan nya yang digenggam dengan erat oleh Annisa.

"Oh! Jangan bilang kakak diganggu sama geng nya Mona?" Ucap Syafa yang mulai mengingat bahwa disekolah, ada sekelompok kakak kelas yang kerjaan nya suka menindas orang.

Alisha melihat Syafa, namun ia tidak bisa menangkap ucapan gadis itu. Ia bingung, lalu Bunda kembali menjelaskan dengan isyarat. Alisha mengangguk mengiyakan, dan melihat jawaban Alisha membuat Syafa geram.

"Memang nya mereka siapa kak?" Tanya Syifa penasaran. Syafa menghela napas lalu ia berkata,
"Mereka itu udah terkenal satu sekolah, mereka itu suka ganggu orang lain. Bahkan ga jarang mereka itu suka main kekerasan sama orang yang mereka ganggu, mereka suka merendahkan orang lain." Ucap Syafa yang geram.

MElUKIS SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang