Soft Opening

3 0 0
                                    

Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba, Iqala tidak pernah menyangka akan berada di fase ini. Ia masih ingat kemarin saat dirinya bergelut dengan pekerjaan membosankan, lalu mendadak ditinggal menikah, belum lagi ayahnya yang terkena PHK dan terlilit sekian hutang. Jika mengingat semua itu, ia meyakini bahwa bisnis yang sedang ia jalankan sekarang adalah jalan keluar dari apa yang menimpanya kemarin.

Ia menatap puas pada tampilan kedainya. Aroma menggiurkan dari bebek yang bercampur dengan butter yang dimasak diatas pan oleh Funi. Anak itu terlihat terampil, walau baru beberapa kali mencoba. Disampingnya, Inar menyiapkan bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan.

“Maasyaallah ya beb, akhirnya kita bisa wujudin usaha bareng.” Kavi mengucap syukur, terlihat senang juga atas apa yang terealisasi.

Iqala ikut tersenyum melihat sudut bibir Kavi yang melengkung ke atas “Iya gak nyangka, semoga usaha kita lancar, laris dan cepat profit.”

“Aamiin.. eh btw, aku undang beberapa teman sekolah kita hehe.”

“E-eh, dasar sipaling famous di sekolah.” Iqala mendengus, tidak heran dengan kelakuan sahabatnya itu.

Beberapa orang tampak mulai mengantri, meskipun mereka berjualan di outdoor, beruntunglah mereka dapat lokasi yang memang diperuntukan untuk berjualan, jadi memang ada lahannya yang bisa dipakai untuk menaruh kursi dan bangku. Setidaknya tidak di bahu jalan banget.

“Ayok kita bantuin mereka.” Ajak Kavi, melihat ke dua pegawainya agak kewalahan, maklum baru pertama kali.

Iqala pun bergabung dengan mereka, memberikan nomor antrian dan memberi tahu kepada pelanggan bahwa proses memasaknya membutuhkan waktu lebih banyak, jadi kalau mau ditinggal, boleh saja.

Sore itu, kedai kecil Kavi dan Iqala sudah mulai lengang, tidak sepenuh tadi siang. Saat Iqala hendak bersantai sejenak, ia dikagetkan dengan kehadiran dua manusia yang paling ia andalkan selama ini.

“Maasyaallah, sahabat gue. Soo proud of you, bisa bikin kedai seperti ini.” Suara cempreng Eca memenuhi indra pendengaran Iqala.

Kavi tersenyum sopan mendapati teman-teman Iqala yang mampir.

“Selamat ya Qal.” Jay tidak mau kalah memberi ucapan.

“Thanks guys.” Respon Iqala, senang melihat kehadiran Jay dan Eca. “Ayok-ayok pesen dulu.” Ucapnya, melakukan promosi.

“Udah, pokonya kita pesen yang paling enak dan special, betul kan Ca?” Jay meminta persetujuan gadis yang datang bersamanya itu.

“Nah setuju, pokoknya yang best of the best ya bestie.” Ujarnya penuh penekanan.

“Oke, wait.” Iqala meminta Funi untuk menyiapkan dua porsi menu special, kemudian mengajak Kavi untuk bergabung dengan Jay dan Eca.

“Guys, ini Kavi partner gua. Vii, ini Eca dan itu Jay, merka partner di kantor.” Ucap Iqala memperkenalkan masing-masing sahabatnya itu.

“Oh jadi ini yaa yang bikin lu..” Kata-kata Eca tertahan, ia mendapatkan tatapan tajam dari Iqala. Iqala tahu, apa kelanjutan kata-kata tersebut.

Iqala berharap Eca dan Jay tidak menceritakan masalahnya yang putus dengan Hanan kepada Kavi, lebih tepatnya, ia tidak mau semua orang menatapnya dengan rasa prihatin, terlebih orang di dekatnya. Iqala akan bercerita, tapi bukan saat ini.

Suasana canggung menghinggapi mereka, Kavi menunggu kelanjutan yang akan diucapkan Eca.

“Ini yang bikin lu jadi gak ada waktu sama kita lagi belakangan ini.” Eca mengerti dengan kode dari Iqala, buru-buru membenarkan kalimatnya.

IQALAWhere stories live. Discover now