Bab 25: Satu Ranjang

9.4K 825 110
                                    

Bhaga melirik sang putra yang berada dalam dekapan. Tangan besarnya menyibak poni lembab Bian untuk melihat keseluruhan wajah putranya. Tidur. Ternyata Bian tertidur dalam dekapan papinya setelah puas menangis. Pria itu menarik senyum tipis, diusap pipi putranya yang memerah dan lengket karena bekas air mata. "Papi loves you," bisik Bhaga tulus, lalu mengecup pelan pipi tembam sang putra. Bhaga ingin sekali Bian menerima ini semua dengan cepat. Menerima Almira menjadi ibu mereka. Membuat satu keluarga yang semua orang impikan termasuk dirinya dan juga anak-anaknya. Namun, ia tidak boleh gegabah hingga salah memilih jalan. Bian masih anak-anak, jika ia memaksakan kehendaknya kepada Bian, bisa saja orang lain akan mengambil kesempatan agar Bian membenci papinya sendiri. Anak kecil mudah kena hasut, bukan?

Bhaga melangkahkan kakinya memasuki kamar yang pintunya belum tertutup sedari ia meninggalkan tempat ini. Baru masuk melewati pintu, hatinya mencelus ketika mendapati putrinya yang sedang memeluk Almira sembari terlibat percakapan di sofa. Bhaga tidak begitu jelas mendengarnya, namun, ini pemandangan yang sungguh indah. Arawinda dan ibunya. Senyum dibibir makin tertarik. Bhaga segera menuju ranjang untuk meletakkan Bian. Ia letakkan dengan perlahan agar sang putra tak terbangun.

Atensi Arawinda dan Almira jadi terpusat pada Bhaga yang baru saja datang lalu meletakkan Bian di atas ranjang.

"Papi!"

Pria itu langsung berbalik badan dan menaruh jari telunjuknya dibibir, memberi isyarat agar Arawinda tidak bersuara kencang. Ia berjalan agak cepat menuju sofa tempat anak dan istrinya duduk. Dikecupnya pipi mereka satu per satu dengan gemas, lalu duduk di samping Arawinda yang masih tersisa ruang untuk duduk.

"Papi lihat tadi kalian romantis sekali sampai peluk-pelukan. Can you both share with me, apa yang tadi dibicarakan? Papi ingin tahu."

Arawinda menggeleng-gelengkan kepalanya malu-malu sambil menahan senyum. "Papi nggak boleh tau, ini pembicaraan antar perempuan, girls talk! Papi nggak diajak!"

"Begitu?"

"Hu'um."

Bhaga mengacak-acak rambut putrinya gemas. Sudah pandai main rahasia-rahasian putrinya ini.

"Papi!" pekik Arawinda, namun setelah itu menutup mulutnya setelah mendapat peringatan dari Papi. Matanya melirik ke arah ranjang papinya dan memperhatikan Bian yang masih tertidur pulas di sana.

Di samping Arawinda, Almira yang risih melihat tubuh atas suaminya yang tak berbalut apapun langsung bangkit dari duduk. Dan, tentu saja hal tersebut mendapat perhatian dari Bhaga.

"Hei, mau ke mana?"

"Ambil baju, Mas, nggak takut masuk angin dari tadi nggak pakai baju?"

Oh iya, Bhaga tak sadar kalau ia shirtless. Ingin dirinya timpali kalau perempuan itu bisa saja menghangatkan tubuhnya seperti malam-malam yang biasa mereka lewati, namun, di samping dirinya ada Arawinda yang belum cukup umur untuk mendengar percakapan dewasanya dengan Almira. Bhaga menganggukkan kepala mengiyakan. "Iya, tolong ambilkan, ya, Cantik!" Pria itu menggerling kepada istrinya.

Almira menyipitkan mata sembari berjalan menuju walk-in closet tak menanggapi godaan sang suami.

Arawinda yang memperhatikan sikap papinya nampak membulatkan mata. Tubuhnya merinding, sumpah! "Ih Papiii, genit!" Arawinda meledek papinya sembari mesem-mesem. Belum pernah ia melihat Papi segenit itu kepada perempuan.

Bhaga menaikan sebelah alis. "Memang kenapa? Kan sama istri sendiri."

Arawinda makin bergidik. "Huuuuu geniiiit ...." soraknya kecil.

Mendengar ledekan itu, Bhaga menyipitkan matanya. Ia apit dua pipi Arawinda sehingga membuat seperti mulut ikan koi yang megap-megap. Ia diledek putrinya sendiri. "Coba bicara lagi," suruh Bhaga sembari terkekeh melihat wajah putrinya.

Nyonya Bhagawan (Milikku, Satu dan Selamanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang