Bab 13: Bukan Harimu

10.3K 654 18
                                    

Almira menggigiti kecil bibir dalamnya. Setelah tadi ia terlibat perbincangan dengan ibu dari Mas Bhaga, dirinya berpikir, jika ia harus membeli pakaian baru yang bagus, seperti gaun misalnya?

Jangan sampai perempuan yang sudah pria itu nikahi malah mempermalukan suaminya di hadapan kedua adik beserta keluarga kecil mereka.

Almira mengambil sling bag, kemudian dicangklongkan pada pundak sempit miliknya. Ia tak enak hati meminta Bhaga untuk mengantar, Almira tak ingin menjadi pengganggu dijam kerja pria itu. Ia melangkahkan kaki agak cepat, melewati perkarangan rumah Bhaga yang luas.

Dan sekarang, setelah sekiranya dua menit ia berjalan, dirinya telah berdiri di depan pintu gerbang rakasa dengan wajah kebingungan.

"Haduh! Bagaimana cara bukanya, ya?" gumam perempuan itu. Almira memegangi tali tas kecilnya, sembari berpikir.

"Ada yang bisa dibantu, Mbak?"

Almira berjengit tatkala mendengar suara seseorang. Pria berseragam hitam, tiba-tiba sudah berdiri tepat di sampingnya dengan pandangan menyelidik.

"Maaf, ini, bagaimana cara buka pagarnya, ya? Saya ingin keluar sebentar, bisa tolong untuk dibukakan?" ucap Almira menunjuk pintu gerbang.

Pria itu menatapi agak lama wajah cantik Almira. Sebagai pekerja keamanan yang sudah tiga tahun bekerja di rumah besar milik Bhagawan, sudah semestinya ia mengamankan dari berbagai gangguan. Salah satunya adalah dari perempuan asing di hadapan yang belum pernah ia lihat sosoknya sekali pun.

"Mbaknya ada kepentingan apa di rumah ini?" tanya satpam itu tegas, tidak seperti diawal saat melihat keberadaan Almira. Bagaimana perempuan itu bisa masuk ke dalam rumah majikannya? Siapa yang membawa?

Almira menyeritkan alisnya mendengar pertanyaan sang satpam. Apa kepentingannya di rumah ini? Tidak tahu. "Maaf, Mas. Saya izin ingin keluar sebentar," ucap Almira di luar pertanyaan. Perempuan itu berpikir, ia harus cepat pergi sebelum sore menjelang, lantaran suaminya berkata akan pulang dijam segitu.

Satu lagi pria yang berseragam sama, ikut menghampiri keduanya. Ia bertanya kepada teman satu kerjanya, apa yang terjadi sehingga membuat temannya masih tertahan di situ.

"Mbak, mohon dijawab pertanyaan saya, sebelum kami laporkan kepada pihak keamanan perumahan. Siapa yang bawa Mbak ke sini?!" todong satpam muda itu.

Netra Almira seketika membulat terkejut. Loh, kenapa sampai dilaporkan pihak keamanan? Dirinya tidak mencuri apapun di rumah Bhaga. Ia tidak membawa apa-apa, sumpah!

"Mohon dijawab, Mbak, atau ... ikut saya ke kantor keamanan." Tangan satpam itu tergerak mengambil lengan lembut Almira, menariknya untuk mengikuti diri pria itu.

Kontan Almira menolak. Pria muda itu berani sekali memegang tangannya. Ia meronta, berusaha melepas. "Kenapa saya sampai dilaporkan, Mas? Saya salah apa?" tanya Almira jadi parno bercampur kebingungan.

"Makanya Mbak, tolong dijawab jujur. Siapa yang membawa Mbak masuk ke dalam rumah ini?" tanya satpam yang satu lagi.

Wajah Almira mengerut. "Mas ... Mas Bhaga," jawabnya.

Ke dua pria itu menyerit bingung. "Pak Bhaga? Pemilik rumah ini?"

Almira mengangguk-anggukkan kepalanya pasti. "Iya."

Mata satpam muda itu spontan menelusuri tubuh Almira dari atas hingga bawah. Tidak mungkin. Perempuan seperti ini tidak mungkin majikannya bawa ke dalam rumah. Wajahnya memang cantik, namun gaya perempuan di hadapannya seperti bukan level Pak Bhaga. Atau ini ART baru, atau pengasuh yang akan direkomendasikan majikannya?

Nyonya Bhagawan (Milikku, Satu dan Selamanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang