Bab 17: Aku Bersedia Mengasihi Mereka

14.1K 772 23
                                    

Tanpa disadari, tautan tangan keduanya makin mengerat. Almira mengencangkan genggamannya pada telapak tangan besar sang suami. Jantung perempuan itu kian berdebar tatkala mendapati semua orang yang sudah duduk di ruang makan, memberi atensi penuh kepada dirinya dan sang suami yang baru datang.

Bhaga yang merasakan, menatap istrinya sambil tersenyum—lebih ke arah menyeringai. Tanpa malu, ia mengangkat tangan Almira yang masih digenggam dan mengecupnya lembut, membuat mata perempuan itu seketika membulat. Tingkah pria matang itu sukses membuat sang istri jadi kesulitan bernapas, pun dengan pipinya yang bersemu.

"Kita duduk," ucap Bhaga dengan santai.

Tangan kiri yang bebas, ia gunakan untuk menarik kursi. "Silahkan duduk, Nyonya ...." Gerlingan jahil, Bhaga berikan untuk Almira yang memerah.

"Mas!" bisik perempuan itu malu. Bisa-bisanya Mas Bhaga. Tidak tahu kah dia bahwa Almira malu menjadi tontonan keluarga besar suaminya.

Tempat yang tadi penuh canda tawa sebelum kedatangan mereka, kini hanya dihiasi suara anak-anak yang sedang aktif-aktifnya mengoceh. Para orang dewasa diam, menonton adegan romantis yang sedang berlangsung di hadapan mereka.

Sebagai balasan, Bhaga menepuk-nepuk sekalian mengusak kepala sang istri dengan gemas, membuat rambut perempuan itu menjadi berantakan.

Almira menyerit malu, memohon kepada suaminya untuk berhenti. Dia ini kenapa sih? Tangannya sibuk menghalau Bhaga yang masih memberantaki rambutnya.

Bhaga hanya menyengir. Kalau tidak banyak orang di sini, sudah ia makan bibir manis sang istri yang mengerucut sebal.

Di saat mereka dengan dunia mereka sendiri, salah satu perempuan dewasa datang menghampiri mereka—maksudnya menghampiri sang kakak. "Kak Bhaga, how are you?" tanyanya dengan nada ceria. Tangannya membuka, memberi akses untuk memeluk kakaknya. Ia goyangkan pelukan mereka ke kanan dan ke kiri, sebagai tanda bahwa sang adik sangat merindukan kakaknya yang sejak dulu selalu menjadi pelindungnya. Kini, sebagian besar tugas sang kakak sudah diambil alih oleh suami tercinta.

"Aku baik, sangat baik. How about you?"

Perempuan itu memanyunkan bibir. "Yah, lihat saja bentukku sekarang. Aku terlihat makin gemuk dan mengembang setelah dirawat pria itu, ya 'kan?" Matanya menyipit kesal menatap sang suami yang mengangkat kedua alisnya.

Bhaga mengamati diri sang adik. Bukan gemuk, namun cukup berisi dan bentuk tubuh seperti inilah yang sangat cocok untuk Saras. Dulu malah, adik pertamanya ini kurus kering saking kepingin menjadi model, cita-citanya sedari kecil. Namun, setelah mendapatkan laki-laki yang benar-benar tulus mencintainya, Saras berhenti pada impiannya dan mulai fokus kepada keluarga kecil mereka atas kemauan perempuan itu sendiri. Tidak seperti pernikahan Bhaga dulu yang kandas karena sang mantan istri tetap memilih pada kariernya. Huh, sudahlah. Tidak ada gunanya mengingat masa lalu.

"Ya berarti suamimu itu sayang sama kamu. Kalau kamu terlihat kurus kering, yang ada nanti aku akan menghajar adik ipar," canda Bhaga yang mungkin saja bisa menjadi kenyataan bila seandainya sang ipar menyakiti adiknya.

Perempuan itu memukul dada Bhaga kesal. "Kalau kamu menghajar suamiku, aku akan menghajar balik, kamu kak," ancam Saras, tangannya terkepal di hadapan sang kakak. Setelah itu, keduanya menertawai tingkah konyol mereka.

Bhaga dimata Saras dan Nadine bukan hanya dianggap sebagai kakak, namun juga ayah di dalam hidup mereka. Papa yang seharusnya bertanggung jawab akan diri istri dan anak-anaknya, meninggal karena sebuah kecelakaan ketika Bhaga berumur lima belas tahun. Di saat itu, Mama Winda kontan turun tangan, bersusah payah menghidupi mereka, membuat anak-anaknya harus hidup berkecukupan. Ia tidak menikah lagi, usaha yang suaminya tinggalkan ia kelola bersama sang putra yang sewaktu itu menyambi membantunya. Ia tidak meminta, namun Bhaga sendiri yang menawarkan dirinya lantaran tak tega melihat Mama berjuang sendirian. Putranya yang cerdas itu ternyata mampu mempelajari cara berbisnis dengan dipandu saudara Papanya.

Nyonya Bhagawan (Milikku, Satu dan Selamanya)Where stories live. Discover now