Bab 6: Panggil, Mas Bhaga

17K 999 21
                                    

Laju mobil perlahan melambat, hingga berhenti tepat di depan rumah yang terlihat lebih besar dibandingkan rumah-rumah yang berdiri di sekitarnya. Rumah itu tampak berdiri kokoh dengan pagar teralis membentang memagari.

"Tunggu sebentar," pinta Bhaga. Ia keluar dari mobil, berjalan cepat untuk membuka pagar. Pria itu mendorong pintu pagar sendirian yang seharusnya dibukakan oleh pembantu rumahnya. Sudahlah, ini sudah larut. Tak ia permasalahkan jika pembantunya tak membantu membuka pintu pagar.

Bhaga kembali masuk, menatap Almira sekilas. Pria itu melajukan mobilnya, membawa kendaraannya untuk masuk ke dalam.

Almira bergeming memperhatikan rumah milik sang suami yang tampak modern, tidak seperti deretan rumah di kampungnya yang—ya, semua pasti mengerti. Bibirnya ia gulum. Almira jadi mempunyai pikiran ingin membuatkan rumah seperti ini untuk bapaknya.

Di saat kedua netranya masih menjelajahi, pintu rumah Bhaga tiba-tiba saja terbuka memperlihatkan perempuan tua, seperti Mbok keluar dari sana. Perempuan tua itu datang tergopoh-gopoh menghampiri mobil sang suami yang sudah mati mesin. Almira mengerjap-ngerjap lalu mengalihkan tatapannya kepada sang suami yang tak ditanggapi karena tak melihatnya.

Pria itu membuka pintu mobil, kemudian berjalan memutar, membuka pintu untuk Almira. "Ayo ...." Tangan pria itu terulur meminta sang istri untuk turun dengan menggenggam telapak tangan besarnya.

Beberapa detik Almira memperhatikan uluran itu, akhirnya ia menyambut uluran tangan Bhaga walau gugup. Dirinya keluar dari mobil dengan pintu yang langsung di tutup oleh Bhaga.

"Mbok, tolong pagar ditutup!" pinta Bhaga kepada pengurus rumah miliknya di kampung ini. Mendapat perintah, si Mbok mengangguk, ia kembali tergopoh-gopoh guna menutup pagar rumah minimalis itu.

Bhaga berjalan ke arah bagasi dan membukanya. Dikeluarkan dua tas milik sang istri dengan Mbok yang sigap sudah kembali di sisi Bhaga, berniat membantu membawa tas Almira.

Kedua alis Almira seketika menyerit melihatnya. Dengan cepat, ia tahan tangan Mbok dan mengambil alih pekerjaan perempuan tua itu. Tidak sopan jika membiarkan orang yang lebih tua membawakan barang miliknya.

"Aku saja, Mbok," ucap Almira tidak enak hati. Ia tersenyum sungkan.

Si Mbok balik tersenyum dan menatap Almira teduh. "Ndak pa-pa, Cah Ayu, biar Mbok yang bawa." Ia berusaha menarik tas Almira yang masih ditahan perempuan itu. Alih-alih membiarkannya, Almira malah membawa tas miliknya kepelukan agar Mbok tak bisa mengambilnya. Ia menggeleng bak bocah yang tak mengizinkan barangnya dipinjam.

"Nggak usah, Mbok, aku bisa sendiri," kekeh Almira mempertahankan tasnya.

Bhaga yang berada di antara ke duanya, memperhatikan interaksi Almira dan si Mbok, tertawa lucu. Ia mengangkat tangannya, melabuhkan kepucuk kepala Almira gemas membuat istrinya langsung mendongak menatap Bhaga.

"Sudah, Mbok, biarkan saja Almira yang membawanya. Satu lagi, biar aku yang bawa. Mbok masuklah lebih dulu, nanti kami menyusul," perintah Bhaga yang langsung dituruti mbok. Perempuan tua itu pamit masuk ke dalam lebih dulu.

"Mau aku bawakan sekalian?" tanya Bhaga menawarkan ketika melihat duffle bag milik sang istri yang masih berada dipelukkan Almira. Ia terkekeh. Dibalas gelengan kepala tanpa suara oleh Almira yang membuat Bhaga mengangguk sekilas sebagai respon.

Tubuh mereka bersinggungan. Dibawanya Almira ke dalam rangkulan Bhaga untuk mengajak sang istri masuk ke dalam. "Kita masuk," ucap pria itu santai.

Almira menipiskan bibirnya ketika berjalan bersama Bhaga dengan tubuh yang menegang kaku. Ia merasa seperti Kayu Berjalan saking kakunya karena hal ini masihlah teramat asing untuk dirinya.

Nyonya Bhagawan (Milikku, Satu dan Selamanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang