Bab 15: Siapa Dia, Almira?

10.5K 617 9
                                    

Bhaga tidak tahan untuk berdiam diri di dalam ruangannya. Ia harus segera mencari sang istri yang belum juga ditemukan. Setelah menyelesaikan meeting-nya dengan beberapa petinggi perusahaan, mamanya tadi menelepon dan mengatakan bahwa Almira tidak ia temukan keberadaannya, bahkan dengan bantuan para pekerja di dalam rumahnya sekalipun.

"Ke mana kamu Almira?" tanya Bhaga bergumam resah. Matanya meliar tak fokus mencari jawaban.

Atau sang istri diculik? Tapi siapa yang berani menculik Almira di saat keamanan rumahnya terjaga ketat.

Atau ....

Jantungnya kian berdetak cepat tatkala satu asumsi tercetus kejam dikepalanya. Kedua tangannya terkepal erat dengan rahang yang mengetat. Almira tidak mungkin pergi meninggalkan dirinya, kan? Mengingat, pernikahan ini bukan dari keinginan sang istri. Ia tahu Almira belum sepenuhnya menerima dirinya sebagai pemilik diri perempuan itu. Argh ... ini asumsi yang paling buruk terangkai di dalam benaknya.

Namun, bagaimana bisa? Sekali lagi, ia belum memberi tahu pihak keamanan untuk mengkonfirmasi jika Almira adalah istrinya. Almira tidak akan bisa keluar jika tidak dengan izin dari dirinya.

Dan kalau memang sang istri nekat keluar, siapa yang membantu?

Kini, di sinilah ia. Mobil yang Bhaga kendarai, terparkir sembarang di depan pos satpam khusus rumahnya. Ia menutup pintu mobil dengan keras, tidak sabaran.

"Pak Bhaga," sapa dua satpam dengan sopan.

Bhaga menelisik satu persatu. Tanpa menunggu waktu lama, Ia mengeluarkan ponsel miliknya, membuka galeri untuk menampilkan sosok cantik Almira yang ia foto dari foto yang Pak Wira beri waktu itu.

"Kalian lihat perempuan ini?" tanya Bhaga dengan suara yang tak enak didengar.

Kedua satpam saling menatap satu sama lain. Mereka menganggukkan kepalanya mengiyakan. "Beberapa jam yang lalu baru saja pergi, Pak," tukas salah satu dari mereka.

Bhaga menggenggam erat ponselnya dengan jantung yang bertalu. Almira benar-benar kabur dari rumah? "Bagaimana bisa kalian biarkan pergi?!" Suara pria itu naik satu oktaf saat mendengar penuturan pekerja keamanannya.

Kedua satpam itu meneguk ludah kelat. Apa mereka telah melakukan kesalahan? Satpam muda menipiskan bibir, membenarkan dugaannya bahwa ada yang tidak beres dengan perempuan itu. Pencuri kah dia, sehingga membuat majikannya datang-datang langsung menyemburkan amarah kepada mereka?

"Mas Bian mengenalnya, Pak. Mas Bian mengajak perempuan itu keluar dengan menaiki mobil yang biasa digunakan untuk mengantar jemput," tutur salah satu satpam membela diri.

"Bian?" tanya Bhaga heran. Bagaimana bisa Almira bersama putranya? Apa mereka sedang menjalin kedekatan? Kalau memang benar, ia patut bersyukur dan melegakan hatinya. Namun kini, di saat kebenarannya belum jelas ia ketahui, dirinya belum bisa bernapas lega.

"Iya, Pak."

Kerutan didahi Bhaga bertambah dalam. "Bian pergi ke mana?"

"Maaf, Pak Bhaga, tadi saya dengar Mas Bian ingin ke mal," tukas satpam muda takut-takut salah.

"Mal?"

Bhaga berdecak. Ia segera mendial nomor ponsel pengasuh anaknya karena panggilannya kepada sang putra tak diangkat. Beberapa detik kemudian, panggilannya terangkat. Ia meminta untuk memberikan ponsel tersebut kepada sang anak.

"Iya, Pi?"

"Bian, kamu sekarang dengan Mama Almira? Di mana Mama Almira, Nak? kasih handphone-nya ke Mama." tanya Bhaga, memburu sang anak.

Nyonya Bhagawan (Milikku, Satu dan Selamanya)Where stories live. Discover now