Bab 3: Anjani Sungguh Tidak Waras!

13.5K 826 51
                                    

Hai, Happy Reading!
***

Mobil berhenti, tepat di pekarangan rumah yang terlihat asri. Bhaga mematikan mesin mobilnya dan menatap Almira yang hanya duduk terdiam dibangku penumpang—di sampingnya.

"Kamu meminta waktu selama tiga hari, akan aku turuti, Almira ...," jedanya. Mata pria itu menyorot teduh diri Almira yang belum mau menatapnya. "Setelah itu, kamu harus memberikan jawabanmu. Ingat Almira! Waktuku di sini tidaklah banyak. Aku akan datang kembali ke rumahmu, jika tiga hari sudah terlewati," lanjut Bhaga mengingatkan dengan suara yang terdengar bariton.

Dengan pandangan yang menunduk sembari menggigiti kecil bagian kulit dalam bibirnya, Almira mengangguk mengerti.

"Ketika kamu sudah menyetujuinya, aku akan segera melunasi utang yang Pak Wira punya. Lalu, kita akan menikah dan menetap di Jakarta," jelas Bhaga.

Lagi-lagi Almira hanya mengangguk. Ia menyugar rambutnya ke belakang. "Aku turun, Pak," ucapnya lirih. Namun, ketika Almira memegang handle pintu mobil, tangan besar nan berurat milik Bhaga langsung menahannya.

Almira menatap Bhaga dengan mata yang membulat. "Aku ikut masuk ke dalam," pinta pria itu. Suaranya terdengar rendah.

Refleks Almira menggeleng, bapaknya sedang sakit. Ia tidak ingin menyusahkan bapaknya untuk menyambut sang bos.

"Tidak perlu repot, Pak. Aku akan sampaikan salam ke Bapak, jika Pak Bhaga ingin menitip salam," tolaknya halus. Sekalian perempuan itu berikan senyuman kaku.

Bhaga, menelisik bola mata indah Almira, nampak menyelaminya beberapa saat. "Aku ingin menjenguk bapakmu yang sedang sakit. Tidak bolehkah?" Ia menyerit. Alisnya yang tebal terlihat hampir menyatu.

Almira melipat bibirnya sesaat. "Sebelum aku pergi, Bapak sedang istirahat." Ia harap, atasan bapaknya mau memaklumi. Di samping itu, ia memiliki alasan lainnya. Almira masih sungkan untuk membawa masuk laki-laki ke dalam rumah kecilnya, karena—belum pernah ia membawa laki-laki ke rumah, sekalipun hanya mampir di terasnya.

Mendengar satu kalimat itu, Bhaga menarik kedua sudut bibirnya—tanda mengerti. Segera ia tarik tangannya dari lengan Almira. "Baiklah, aku titip salam untuk bapakmu saja. Semoga pak Wira cepat sembuh, Almira," doa Bhaga.

"Iy— iya, terimakasih, Pak." Buru-buru Almira keluar dari mobil Bhaga. Ia takut jika pria itu tiba-tiba akan memegang tangannya kembali.

"Aku pergi dulu, Almira ...," beritahu Bhaga. Ia melambaikan tangannya sekali, kemudian melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan rumah perempuan itu.

"Siapa tuh? Pak Bhaga ya?" tanya Anjani dengan nada yang mengejek, membuat Almira tersentak ketika akan berbalik arah.

Seketika, raut wajah Almira berubah menjadi masam. "Bukan urusanmu, Mbak!" ketus Almira.

Anjani tertawa, ia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat perangai buruk sang adik. "Bagaimana dia? Tua ya? Cocok sih samamu yang mulutnya pedas!" sindir Anjani. Sungguh, wajah perempuan itu sangat menyebalkan dimata sang adik.

Almira mengencangkan otot wajahnya dengan ke dua tangan yang ia kepalkan. Kakaknya ini suka sekali membuat tensi darahnya terus naik. "Gara-gara kamu, Mbak, aku jadi terjebak!" geram Almira. Sebelum berlalu dari sana, perempuan itu berani menabrak bahu sang kakak dengan kencang.

Anjani—membulatkan mata dan bibirnya tidak percaya. Oh, berani betul adik durhakanya ini.

Dengan tega, tanpa pikir panjang, Anjani berjalan cepat mendekat ke arah Almira dan membalasnya dengan mendorong punggung sang adik dari belakang hingga Almira tersungkur ke tanah. "Maksudmu apa nabrak-nabrak aku? Berani kamu sama Mbakmu, hah?!" hardik Anjani.

Nyonya Bhagawan (Milikku, Satu dan Selamanya)Where stories live. Discover now