e m p a t p u l u h s e m b i l a n

Mulai dari awal
                                    

"Bajingan," erang Abimanyu menahan sakit.

Nevan kehilangan seringainya lalu memberikan ekspresi dingin. Laki-laki itu menyentuh luka tembak yang ada di bahu kiri Abimanyu lantas menekannya kuat-kuat sampai si korban berteriak kencang kesakitan. Ekspresi dingin Nevan tidak berubah sama sekali bahkan ketika burung-burung berterbangan akibat terkejut dengan teriakan kencang tadi. 

"Apakah sakit?" tanya Nevan bak anak polos yang tidak tahu apa itu permen. 

"Am-phu-nih ak-uh...." rintih Abimanyu ketakutan dengan tubuh gemetar hebat. "Tho...long.. ak...uh..."

Nevan bersikap acuh. Seolah-olah tuli dengan permintaan pengampunan dari Abimanyu. "Hentikan omong kosongmu. Aku tidak ingin mendengarnya bahkan jika aku tuli."

Nevan berdiri dari posisi berjongkoknya lalu berdiri di sisi tubuh Abimanyu. "Aku tidak membawa benda tajam apapun sekarang, sepertinya akan sulit untuk memenggal kepalamu. Bersyukurlah pecundang, aku akan membawamu pada tuan Renji untuk dipenggal."

Laki-laki itu menarik sulur dari pohon besar lantas mengikatkannya ke tubuh Abimanyu kemudian Nevan mengikat lagi ujungnya ke pelana. Ia melompat naik ke atas kuda lalu menjalankan kudanya. Nevan menoleh ke belakang sesekali agar bisa melihat Abimanyu yang terseret-seret oleh kudanya. Ia tersenyum puas. "Nona pasti senang melihat hasil buruan ini."

°°°

Sejak pandangan matamu menatapku, aku menjadi gila karena cinta

Gila karena cinta, ya, aku menjadi gila karena cinta

Aurora merasakan tubuhnya begitu ringan saat ini. Ia melihat sekeliling lantas mengernyitkan dahi karena berada di lingkungan yang asing. Sekarang dirinya sedang berada dalam ladang bunga Lavender yang begitu cantik dan memukau. Aurora sampai berdecak takjub karena sejauh matanya memandang hanya bunga Lavender-lah yang dia lihat.

"Apa bunga-bunga ini liar? Bagaimana bisa mereka tumbuh begitu indah di tempat terbuka seperti ini?" ujar Aurora mencoba menyentuh bunga Lavender lantas tersentak dan mundur perlahan. Akhirnya gadis itu segera menyadari apa yang tengah terjadi saat ini.

"Andromeda!"

Aurora terkejut dengan suara berat yang datang dari arah belakangnya. Ia segera menoleh lalu melihat seorang pria berlari melewatinya begitu saja. Mata gadis itu membelalak begitu melihat ekspresi yang dipasang oleh sang pria. 

Ekspresi bahagia yang tidak pernah Aurora lihat seumur hidupnya, baik di kehidupan sebagai Sera maupun Aurora.

Pria itu membungkukkan tubuhnya di sebelah seorang wanita cantik yang sedang memotong batang kayu yang menggerogoti bunga Lavender. Aurora terpaku. 

Sejak kapan wanita itu ada di sana? 

Aurora tidak melihatnya, bahkan saat gadis itu mencoba menyentuh bunga. Wanita itu tidak ada.

"Apa Lavender-nya baik-baik saja?" tanya pria itu pada sang wanita.

Sang wanita mengangguk kecil dan meneruskan memotong kayu yang ada di bunga Lavender lain. "Aku akan membantumu!" ucap si pria berjongkok di samping wanita itu dan membantunya mengurus bunga-bunga Lavender.

Apa mereka mengurus ladang raksasa ini berdua? Mengapa situasi ini terasa familiar?

Aurora menatap langit yang berwarna biru cerah. Ia menghirup oksigen sebanyak yang dia bisa kemudian menghembuskannya pelan-pelan. Ia melihat kembali ke arah pasangan tadi yang ternyata sudah hilang entah kemana. 

Kisah cintaku telah menjadi masyhur

Karena semesta tidak mengakui maka aku pun semakin bertekad

Being AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang