4

17 4 0
                                    

Tak tak tak

Helena yang diikuti Yosa berlari cepat ke atas. Keduanya diselimuti perasaan gelisah yang berkecamuk. Bahkan Helena tak mampu menahan air matanya.

Dari jauh mereka dapat melihat kerumunan pelayan di depan kamar putrinya. Ekspresi wajah yang mereka tunjukkan adalah wajah pucat pasi. Hal itu berhasil membuat hati Helena mencelos.

Ia melihat Anna yang baru saja keluar dengan teror yang sangat jelas di matanya. Sesaat pandangan mereka bertemu, Anna menghampiri sang nyonya.

"N-nyonya, n-nona Ali--"

"Apa yang terjadi padanya?!" Yosa menyela, hendak mencari tahu lebih lanjut.

Yosa tidak bisa berpikir jernih sekarang. Apalagi Helena yang sudah tak kuat menahan tubuhnya dan bersimpuh di atas lantai.

"N-nona Alita, n-nona--"

Karena jawaban tidak jelas, Yosa bergegas untuk melihat apa yang terjadi secara langsung. Ia langsung menyelinap di antara pelayan dan masuk ke dalam ruangan bernuansa merah muda itu.

"Nonaaa!"

Teriakan dan tangisan histeris berhasil membuat Yosa menghentikan langkahnya untuk sesaat. Dan dari jauh ia dapat melihat genangan darah yang berhasil membuatnya sesak.

Ia berusaha menepis kemungkinan buruk itu, akan tetapi di sekon selanjutnya ia tidak bisa membohongi dirinya.

Yosa langsung menghampiri Alita yang tergeletak dan berlumuran cairan merah pekat. Gaun biru muda yang gadis itu kenakan telah hancur dan bersimbah darah.

Benar-benar pemandangan tragis.

"... Panggil dokter."

Hening. Tidak ada yang bergerak sama sekali. Ah tidak, lebih tepatnya tidak ada yang mendengar perintah itu. Semua pandangan terpaku pada tubuh tak berdaya sang nona.

"AKU BILANG PANGGIL DOKTER!"

Dan gertakan penuh emosi itu berhasil membuat semuanya syok. Kepala pelayan yang baru saja datang langsung bergerak melaksanakannya.

Yosa, dengan tangan yang gemetar, pun mendekat. Ia bertekuk lutut di hadapan tubuh Alita yang penuh luka. Ia mengambil alih tubuh gadis itu dan berusaha menahan darah yang keluar.

Air mata tak pelak meleleh dan membasahi kedua pipinya. Ia menangis.

Ia tidak ingin kehilangannya.

Tidak. Dia tidak mau kehilangan seseorang yang ia kasihi lagi.

"Kumohon ... kumohon Lita. A-aku mohon." Suaranya yang bergetar berhasil membuat beberapa orang hancur berkeping-keping. Semuanya turut bersimpati karena merasakan hal yang sama.

Yosa segera mengangkat tubuh ringan itu. Tidak peduli cairan merah amis itu melumuri pakaian yang ia beli khusus untuk acara malam ini.

Lagipula apa arti pakaian itu jika orang spesialnya berada di ambang kematian?

---

Acara perjamuan keluarga Redues begitu meriah. Dengan kehadiran Putra Mahkota dan juga dua duke muda berhasil membuat suasana malam itu heboh.

Semuanya bergosip ria dan juga menikmati jamuan yang telah disediakan. Sebagian besar tamu wanita justru sibuk memuja visual tiga bintang utama tak terduga itu.

Pemilik acara - Violetta de Redues - langsung menepi setelah ia membuka acara. Orang-orang tidak peduli dengan pakaian mewah yang ia tunggu selama sebulan lebih, mereka hanya memerhatikan tiga pria yang disebut-sebut sebagai Holy Trinity.

I Know He Doesn't CareWhere stories live. Discover now