Hihi

2.1K 294 27
                                    

Mako jatuh terduduk di dalam lift. Selia yang melihatnya sedikit panik.

"HEH! Lu kenapa Mako?", tanyanya ikut berjongkok di samping Mako.

"Gue shock, kirain bakal kena tikam anjir", Mako memijat keningnya pusing.

"Tu cewe jejadian emang ganggu banget anjir. Gue tadi liat si Papi masuk nyamperin Pak Agil", Mako hanya mengangguk. Ia masih lemas karena terlalu terkejut.

"Itu cewe siapa sih? Gue ga pernah liat dia seumur hidup gue 23 tahun anjir", Mako berdiri perlahan.

"Nanti lu tanya ke Pak Agil aja sih kata gue. Tapi beneran gue sebel sama dia", Selia menggeleng. Mereka sedang berjalan menuju ruangan CEO, ruangan milik Rion yang akan dijadikan tempat berkumpul sebelum meeting.

Ada Gin, Riji, Echi, Krow, dan Zaki disitu. Duduk sambil mengobrol santai.

"Si hama ganggu lagi anjir, dia liat Mako langsung mau nyeruduk", Adu Selia sebelum ambruk ke pundak Echi.

"Hah", semua tercengang termasuk Mako.

"Itu siapa sih emang? Kalian gamau kasih tau gue gitu?", semua menatap Mako.

"Kita sepakat kalau yang boleh cerita tentang dia cuma Pak Agil", Gin berkata bersamaan dengan kedatangan Rion dan Agil.

Mako langsung berdiri dan menarik tangan Agil menuju ruangannya.

Saat sampai, ia kunci pintu sehingga ruangan menjadi kedap suara.

"Boleh saya tau siapa perempuan di lobby tadi?", tanyanya serius.

Agil menghela napas dalam, menarik Mako untuk duduk ke sofa yang ada disitu. Menggenggam tangannya sebelum mulai bercerita.

"Jadi, perempuan itu, Allane namanya. Ia adalah putri dari kepala desa yang menyelamatkan kamu saat kecelakaan lalu. Sepertinya ia tertarik kepada kamu hingga terobsesi", Agil menunduk. Ia siap jika Mako akan marah besar padanya.

"Hah?", Mako menampakkan ekspresi kaget dan bingung.

Agil juga kaget dan bingung dengan reaksi Mako.

"Kamu ngga marah?", tanyanya.

"Ngapain marah?", Mako balik bertanya.

"Ya dia kan suka sama kamu", Agil menjelaskan.

"Kalau saya ga kenal, yaudah ga suka. Kalau ganggu, yaudah singkirkan", perkataan Mako membuat Agil menarik senyum tipis.

Hah, ia sempat tak tenang dan sangat takut jika harus kehilangan. Ternyata dunia tak sejahat itu saat menulis kisah penghuninya.

"Saya kira kamu bakal belain dia trus marah sama saya", Agil terkekeh kecil.

"Idih, males banget", Mako berdiri mengajak Agil kembali ke ruangan Rion.

Saat masuk, anggota sudah lengkap.

"Owalah gitu doang toh, kirain mah siapa. Lagian kalau ga kenal ya mau ngapain", Mako berkata sambil duduk di sofa. Agil menyusul duduk di sampingnya.

"Tapi Papi masih ada satu pikiran buruk tentang cewe itu tau", semua mata menatap Rion yang baru saja berbicara.

"Apa emangnya?", Caine menatap bingung.

"Gimana kalau perempuan itu berbuat ga baik pas Mako masih koma?", perkataan Rion membuat semua yang ada disana terdiam.

Tiba-tiba suatu hal datang ke pikiran Mako.

"Dokter Sui", panggilnya pada dokter Sui yang memang menjadi bagian dari rapat sehingga ada disini.

"Kenapa?".

"Terakhir sebelum kecelakaan, aku ingat pake liptint. Apa ada sidik bibir atau sidik jari orang di sekitar wajahku?", tanya Mako. Yang lain mengangguk mengerti. Rion membuat dokter Sui memeriksa apakah ada sidik jari orang di tubuh Mako saat kecelakaan untuk memastikan itu kecelakaan atau kejahatan yang diatur seperti sebuah kecelakaan.

"Ada liptint strawberry di bibir Mako waktu itu. Untuk sidik jari sendiri ada beberapa di bekas luka yang diobati dengan obat herbal di desa itu. Sepertinya tangan di mbah yang mengobati. Sidik bibir sendiri tidak ditemukan dimanapun", Mako menghela napas. Tadi ia sedikit takut mengingat bagaimana nekatnya Allane berniat memeluknya di depan banyak orang.

"Syukur deh, takut hanhet", kata Mako membuat yang lain tertawa.

"Yaudah lah, mulai sekarang aja rapatnya", Rion berdiri diikuti semuanya menuju ruang rapat. Sebagian Client sudah tiba jadi sepertinya rapat bisa di mulai.

|

|

|

|

Ini hari Jum'at. Agil tengah menemani Mako untuk menyiapkan barang bawaan mereka ke rumah Agil. Mereka akan berada di sana selama 1 minggu. Pulang saat hari Sabtu agar bisa istirahat di hari minggu, dan kembali bekerja di hari Senin.

"Baju udah lengkap, alat mandi juga udah. Apa lagi ya?", Mako bertanya pada Agil yang berbaring di tempat tidur sambil menatapnya yang sedari tadi mondar-mandir.

"Jaket?", kata Agil. Mako langsung berlari ke lemarinya.

Tadi Agil sudah meminta izin kepada Rion dan sudah diizinkan dengan syarat kembali tepat waktu dan semua dalam keadaan baik.

Mia juga ikut, ia sedang dibantu Caine untuk packing.

"Udah! Baju, jaket, alat mandi, skincare, parfum", Mako menyimpan tasnya di sofa. Nanti malam mereka akan mulai perjalanan. Hanya 6 jam dari rumah, sehingga bisa tiba di pagi hari.

"Bagus, kita keluar dulu liat Mia", Mako mengangguk. Keluar bersama melihat Mia yang juga sudah selesai.

"Udah bawa jaket dek?", Mako bertanya.

"Udah tadi di bawain sama Mami", Mako dan Agil mengangguk. Mia dan Mako sama semangatnya untuk liburan kali ini.

"Gil", Rion datang dengan paper bag di tangannya menghampiri Agil.

"Apaan?".

"Nitip buat om-tante", katanya menyerahkan 2 paper bag itu.

"Oh, thanks bro".

"Santaii".

*****

Mereka sudah ada di mobil. Mia duduk di seat tengah bersama 2 boneka besar kesukaannya.

Agil yang menyetir seperti biasa. Alunan lagu dari playlist Mia yang terkadang di senandungkan oleh Mako.

"Nanti kita sampe sekitar jam 3 pagi kalau tanpa istirahat. Kalau saya sih udah tidur siang 4 jam di kamar Mako tadi", perkataan Agil membuat Mako memukul pahanya kesal. Haruskah itu dijelaskan?

"Tidur siang mana ada yang sampe 4 jam Pak Agil?", Mia heran. Sedari ia datang ke rumah saat usianya 7 tahun. Caine atau salah satu kakak akan datang membangunkan ketika ia sudah tidur selama 2 jam!

"Bisa dong, privilege Pak Agil.", kata Agil membuat Mia tertawa.

(Aing juga kalau cape bisa tidur dari jam 12 sampe jam 5 btw)

"Aih", Mako menggeleng.

'Harapanku mulai terwujud satu persatu, dan itu setelah aku bertemu denganmu'

'Harapan akan terwujud ketika orang yang menggenggam tanganmu, mau berjalan searah denganmu'

930 words

Lagi ngga? Ehek

How? | MagilWhere stories live. Discover now