dih?

3.7K 449 22
                                    

Mako sedang duduk di kursi rodanya di halaman samping sambil membaca buku. Ia sudah membersihkan diri dibantu oleh Riji. Beberapa kali melirik kakinya yang nampak baik-baik saja namun bisa membuatnya memaki udara ketika tak sengaja tersenggol.

''Mia kapan pulang sih, gabut bener gaada kerjaan'', Mako bermonolog lirih sambil menutup wajahnya dengan buku yang ia baca sedari tadi.

Ia sedikit terkejut ketika menemukan Agil berdiri di depannya sambil bersedekap dada.

''Bapak ngapain sih elahhh. Untung saya kalau kaget ga freestyle kaya si Echi ya. Jantung saya freestyle tapi!'', Mako menatap kesal Agil yang kini menampilkan senyum.

''Jantungnya freestyle? Coba liat'', Agil memajukan tangannya untuk memeriksa degup jantung Mako. Saat ingin menarik tangannya, dengan sengaja ia menoel dagu Mako yang membuat Mako melotot.

''Maksudnya. Apa ya?'', wajah meminta penjelasan Mako berikan.

''Eh kok bapak bisa masuk? Bukannya polisi ga tau rumah ini ya?'', sekarang Mako heran. Polisi tidak pernah diizinkan masuk oleh Rion.

''Kan saya, Airuma sama Marcel orang TNF. Gimana sih kamu'', Agil acak rambut depan Mako dengan gemas. 

'Kok deg-deg an lagi sih'

''Ya saya kan lupa'', Mako menunduk menyembunyikan wajahnya yang merona.

Agil bergerak ke belakang Mako untuk mendorong kursi roda Mako masuk ke dalam rumah.

''Ih bapak ngapain? Saya masih mau di luar'', Mako mengomel.

''Saya mau tadi udah janji mau nemenin kamu ngapain aja. Kita keluar, kalau kamu mau nentuin tempatnya boleh juga kok'', Agil bicara sambil terus mendorong kursi roda Mako sampai ke ruang tengah. Ada Key, Elya, Selia, Echi, Enon, Riji, Gin, Garin, Krow dan Zaki.

''Saya bawa Mako keluar ya? Janji pulang lebih seneng, ga lecet apalagi ilang'', Agil meminta izin kepada semua yang ada di ruang tengah.

''Yaudah iya, tapi kalau lecet Pak Agil ga boleh masuk hood lagi'', Riji yang berkata. Agil mengangguk melanjutkan menuju mobilnya yang terparkir di garasi dalam sehingga tidak perlu terlalu jauh berjalan.

''Permisi ya, Mako'', Agil berkata sebelum mengangkat tubuh Mako dan mendudukkannya di seat sebelah kemudi. Memastikan Mako nyaman sebelum memasukkan kursi rodanya ke bagasi dan masuk ke kursi kemudi.

''Kamu mau kemana?'', Mako diam sebentar berpikir.

''Bapak mau ajak saya kemana?'', ia malah balik bertanya.

''Saya tadinya mau ajak ke taman'', Mako berpikir sebentar. Menekan layar map yang ada di tengah menuju suatu tempat.

''Ikuti mapnya aja'', Agil mengangguk. Mereka tak banyak mengobrol ketika berada didalam mobil.

Mako menikmati sepoi angin yang bertiup lembut menerbangkan rambut putihnya. Suasana jalan yang lengang membuat Agil dapat menyetir dengan santai. Musik ballad mengalun mengiringi perjalanan mereka. Mako akan bergumam menyanyikan beberapa lirik lagu yang ia tahu. Agil menikmatinya, ia suka semua hal ketika bersama Mako.

Perjalanan 40 menit menuju sebuah taman yang ada di tengah hutan dengan jalan setapak yang membelahnya. Mako meminta Agil mendorongnya sampai ke ujung jalan setapak.

Lahan luas berumput dengan danau tenang yang indah. Terdapat pulau kecil dengan sebuah rumah pohon yang cukup besar ditengahnya. Dihiasi lampu tumblr warna kuning membuatnya begitu cantik.

''Waw, kamu bisa tahu tempat seindah ini, Mako?'', Agil membawa Mako kearah platform tambahan yang ada di ujung danau. Ia duduk disitu.

''Ini taman pribadi milik keluarga Navarro. Saya sering pergi kesini ketika merasa lelah. Rumah yang di tengah adalah milik bunda saya, kita bisa kesana dengan perahu kecil itu'', Agil mengikuti telunjuk Mako. Menemukan sebuah perahu kecil yang diikat di tepi danau.

How? | MagilTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon