Hm

2.3K 297 43
                                    

Mako duduk bersila di depan rumah pohon di Navarro Park. Ia bersama Agil sekarang. Agil sendiri tengah mengambil makanan di mobil.

Saat Mako tengah melamun, sehelai selimut tebal membungkus tubuhnya bersamaan dengan lengan kekar yang merengkuh pinggangnya.

"Mikirin apa sih", Agil bertanya sambil menjawil dagu Mako.

"Ngga papa kok, cuma ga nyangka aja masih bisa kesini dengan organ yang lengkap", menggeleng pelan.

"Shh, bersyukur, bahagia karena masih bisa ke sini. Masih bisa bahagiain bunda", Mako termenung dengan perkataan Agil.

"Gimana... Caranya aku buat banggain bunda?", Mako menatap Agil yang juga menatapnya.

"Honestly, kamu udah lebih dari cukup buat banggain bunda kamu. Kamu berhasil jadi anak yang berbakti dari kerja keras kamu, kamu berhasil jadi kakak yang baik karena adek-adek sayang sama kamu, kamu udah lebih dari membanggakan", Agil usak surai putih itu. Senyum Mako mengembang. Benar, sudah banyak hal baik ia lakukan.

"Ah iya juga, ga sedikit yang sayang sama aku. Mia, Caine, kucing Krow", Mako terkekeh dengan kata-katanya.

"Saya juga", Agil menjawil dagu Mako lagi. Kali ini ditepis oleh Mako.

"Apa ih toel-toel bapak", Mako tertawa kecil. Ah, sudah lama rasanya ia tak memanggil orang di sampingnya.

"Pak Agil?", Mako memanggil.

"Hmm? Kenapa cantik", Agil memandang wajah Mako yang menatap lurus ke air di danau dengan senyuman.

"Pak Agil?", lagi-lagi Mako memanggil.

"Iyaaa, kenapa? Saya disini", Agil menghadap kepada Mako sepenuhnya.

"Pak Agil?", Agil mengernyit menatap Mako.

"Kenapa hey?", tanyanya gemas.

"Ihihi, saya rindu manggil bapak. Lama saya tidur", Mako mengeratkan selimut yang ia pakai.

Agil tertawa. Benar juga, lama tak ada yang memanggilnya dengan nada yang khas. Lembut dan manis saat di dengar.

"Owalahh, ada-ada saja kamu ini", Agil menggeleng.

"Tidur yuk pak, besok kerja", Agil mengangguk. Masuk ke rumah pohon Mako dan bersiap untuk tidur.

*****

"Bapak gamau geseran sini?", Agil masih duduk di sofa dekat tempat tidur sedangkan Mako sudah berbaring dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga bawah dagu.

"Iya sebentar, teh saya masih dikit", Mako mengangguk. Ia sempat membuatkan teh untuk Agil tadi.

Setelah habis tehnya, Agil berjalan kearah tempat tidur. Berbaring di sebelah Mako yang terus menatapnya.

"Kenapa?", Agil tatap balik Mako.

"Dingin", Mako mengeratkan selimutnya.

"ACnya udah mati loh, sini", Agil menarik Mako ke pelukannya. Dengan reflek Mako meringkuk karena ditarik secara tiba-tiba.

"Eum, iya hangat", tak lama suara napas teratur bisa Agil dengan. Menarik selimut yang sama untuk menghangatkan dirinya. Tertidur lelap dengan saling memeluk. (memeluk ceunah)

*****

Mako yang bangun duluan pagi ini. Rahang tegas dengan bibir tipis yang sedikit menghitam karena terlalu banyak menghisap nikotin menjadi pemandangan pertamanya. Senyum lebar terpasang di bibirnya. Sebelum yang di depannya menempelkan hidungnya ke rambut putih milik yang lebih muda.

"Selamat pagi", suara serak khas orang bangun tidur membuat Mako sedikit merinding. Biasanya suara Rion terdengar berat ketika marah, jadi rindu dengan Mia.

How? | MagilWhere stories live. Discover now