42

7.1K 650 36
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen cerita aku

Targetin sampek 500 vote

Ustadz Arlan tersenyum saat melihat Tania yang menatapnya datar. Tania tidak berubah sama sekali. Pikir ustadz Arlan.

"Buat apa gue disini kalau cuma liatin lo doang?"

Tania sudah jengah melihat lelaki pemilik hidung mancung dengan kulit putih bersih itu masih terus menatap dokumen. Lebih baik ia tertidur dengan tenang daripada diseret kesini oleh ustadz Arlan.

Perlahan pandangan ustadz Arlan menatap sebentar Tania lalu ia langsung mengalihkan pandangannya. Ia masih tidak bisa untuk melihat perempuan.

"Saya membawamu kesini karena saya ingin mengatakan banyak hal kepada kamu. Salah satunya adalah minta maaf." Ujar ustadz Arlan tulus dengan senyum tipis menghiasi wajahnya.

"Buat apa?" Tanya Tania yang tidak paham tentang permintaan maaf dari ustadz Arlan.

"Karena saya kamu harus meninggal terjebak lift. Andai saja saya tidak memanggil kamu keruangan saya waktu itu, mungkin kamu masih tetap di pesantren ini."

Tania sama sekali tidak terpikir kesana disaat ia mati. Bisa-bisanya ustadz Arlan berpikir kalau Tania mati karena dirinya.

"Itu semua udah kehendak Allah, mungkin memang pada waktu itu Allah menginginkan saya kembali. Dan mungkin karena saya tidak membaca syahadat sebelum meninggal Allah membuat rencana yang diluar kepala saya untuk saya bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah." Jawab Tania dengan panjang lebar.

"Tapi saya masih tidak rela kamu pergi." Lirih ustadz Arlan.

Tania yang mendengar lirihan ustadz Arlan membulatkan matanya terkejut. Masa ustadz Arlan gamon sama gue karena ga ada santri nakal lagi di pesantren ini.

"Karena itu ustadz Arlan datang ke mimpi saya?"

Ustadz Arlan mengangguk dua kali dan menatap kearah luar jendela ruangan yang terlihat banyak sekali gedung pencakar langit berdiri kokoh.

"Sebelum saya pergi dari sini dan tidak bisa untuk bertemu kamu lagi, saya ingin menyampaikan sesuatu kepada kamu." Ustadz Arlan menjeda ucapannya.

"Ana uhibbuka fillah Tania. Saya mencintaimu karena Allah sejak pertama kali kamu datang ke dunia ini."

"Jadilah perempuan hebat dan tak pernah lupa atas sang penciptanya. Jadilah wanita kuat yang tak pernah berhenti bersyukur. Jadilah wanita terbahagia didunia ini walau saya bukanlah tempat untuk kamu bahagia. Saya selalu bahagia asal kamu bahagia walau bukan bersama saya."

Tepat pada saat ustadz Arlan menyampaikan hal itu pada saat itu juga Tania merasa bumi seolah berguncang hebat. Guncangan itu terasa nyata bagi Tania membuat Tania memejamkan mata untuk mengusir rasa panik.

Tepat saat membuka matanya, Tania terbangun dari tidurnya. Nafas Tania memburu dengan keringat yang membasahi pelipisnya. Tania melirik jam yang terpampang tinggi didinding, ternyata Tania terbangun di jam 3 pagi. Tania merasa banyak sekali kenyataan dari pertemuannya dengan ustadz Arlan tadi.

Tania baru tahu, ternyata ustadz Arlan memiliki rasa terhadapnya semenjak umurnya masih belia. Tania masih ingat betul telinga ustadz Arlan yang memerah saat menyatakan perasaannya tadi kepadanya. Tanpa sadar Tania terkekeh.

Namun Tania tidak mempunyai rasa terhadap ustadz Arlan. Tania sama sekali tidak berpikiran kalau semua perlakuan ustadz Arlan selama ini ternyata karena ia menyukai dirinya.

Sekalipun Tania mencintai balik lelaki pemilik hidung mancung itu semuanya juga akan berakhir sia-sia.

Karena dunia tidak akan merestui mereka.

Jadi, semua fasilitas yang ustadz Arlan berikan kepada Tania waktu itu bukanlah sebagai santri penyandang beasiswa melainkan karena semata-mata mencintai Tania.

Tania tahu betul kalau di pesantren berbasis modern yang Tania tinggal dulu sama sekali tidak menerima santri kurang mampu seperti dirinya untuk disekolahkan.

Tania tahu kalau pertama kali dirinya masuk ke pesantren modern itu sama sekali tidak menyediakan kamar yang seperti kamar mewah yang Tania tempati dulu. Kamarnya sangat suram dengan dua lemari dan 20 kasur gulung untuk 20 santri dalam satu asrama.

Sehingga membuat Tania melayangkan protesnya terus menerus kepada pemimpin pesantren untuk membuat asrama mereka mempunyai fasilitas yang lumayan mewah dan dengan mudahnya mereka menyetujui tanpa turun tangan para donatur lainnya.

Tania pikir semua itu karena mereka tidak ingin mendengar bacotan Tania terus menerus. Tapi nyatanya itu semua pimpinan lakukan karena anaknya pimpinan atau ustadz Arlan yang merengek untuk mengabuli permintaan Tania.

Tania baru menyadari kalau ia sama sekali tidak bersyukur atas apa yang ia punya diwaktu dirinya didunia dulu. Tania  ingin terus meminta yang terbaik lagi padahal yang Tania punya jauh lebih baik.

"Maafkan Tania yang tidak bersyukur atas nikmat yang engkau berikan ya Allah... Tania gak sadar padahal kalau selama ini Allah selalu memberikan yang terbaik untuk Tania."

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama ia tidak menangis, namun malam ini Tania meluruhkan air matanya begitu saja karena kebodohannya.

Tania buru-buru turun dari ranjang tidurnya dan berlalu pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Ia haru shalat tahajud untuk mendamaikan kembali hatinya yang sudah keras dengan rasa tidak pernah cukup.

Menggelar sajadah dengan tubuh yang sudah Tania kenakan. Tania mengerjakan shalat tahajud dengan derai air mata. Jujur saja, setelah sekian lama sepertinya Tania baru kali ini mengerjakan tahajud. Diwaktu di pesantren Tania memang ada mengerjakan tahajud namun Tania tidak yakin kalau shalatnya di terima lantaran Tania melakukannya dengan tidak ikhlas.

"Allahumma inni as alukal Jannah, allahumma inni as alukal husnul khatimah"

"Allahumma shalli 'ala sayyidi sadat walmuradat wal iradat wal kainad habibika Muhammad Al Al aqram wanurikal Azzam wa 'ala aalihi wasahbihi wasallam"

"Ya Allah Tania minta ampuni dosa-dosa Tania ya Allah. Tania gak mau jadi manusia yang gak bersyukur, Tania ingin lebih dekat dengan mu lagi ya Allah." Ujar Tania sambil meneteskan air mata saat ia mengingat dosa-dosanya.

Tania tidak menyesal saat ia memukul orang-orang karena Tania tidak akan mengganggu orang kalau orang tersebut tidak mencari masalah kepadanya. Tapi Tania menyesal telah menyakiti hati banyak orang di waktu dunianya dulu. Bahkan ia pernah membully anak yatim. Dan Tania juga menyesal sudah lebih banyak mengumpat dari pada istighfar.

***
Pagi harinya Clara dan Regan dibuat heran dengan tingkah anaknya yang mendadak pendiam. Biasanya Tania akan seperti reog atau akan bermain game dengan selalu mengumpat.

"Kamu baik-baik aja Tania?" Tanya Regan yang heran dengan anaknya.

"Tania baik papa." Jawab Tania tersenyum manis.

Alih-alih lega karena mengetahui Tania baik-baik saja Regan malah semakin khawatir. Anaknya tersenyum dengan jawaban yang sopan itu bukanlah seorang Tania. Regan tau kalau Tania menurunkan sifatnya yang ketus dan jutek dalam dirinya.

Clara merasa ini mungkin efek dari perkataannya kemarin makanya Tania ingin berubah menjadi lebih baik.

"Kamu gak usah pikirkan dengan ucapan mama waktu itu. Cukup jadi diri sendiri dan jangan memaksakan kepribadian kamu. Mama gak mau kamu menjadi tertekan." Ujar Tania mengelus rambut Tania yang dibalas senyuman oleh Tania.

Lain halnya dengan Tania, dalam hati Tania sudah mengumpat tertahan. Bukannya support anaknya menjadi lebih baik Clara malah menyuruhnya untuk menjadi jahat. Hari ini dan seterusnya Tania akan mengganti umpatannya dengan istighfar.

Ceritanya mulai agak gak nyambung

Aku harap kalian masih baca cerita aku

Tapi aku bakalan buat sebaik mungkin kedepannya untuk kalian

Doain aku dapat nilai bagus di UTS ini ya...









Ukhti FiguranWhere stories live. Discover now