39

7.6K 684 101
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen cerita aku

Follow juga ya..

"Hati-hati Tania"

"Kita semua mendoakan kemenangan untuk kamu dan Gus Fahri"

"Jangan lupa bawa pulang piala"

Setelah melewati beberapa hari yang melelahkan, tibalah saatnya dimana Tania dan Gus Fahri untuk menjadi partner di perlombaan partner teacher and student.

Tania memutar bola matanya malas saat seluruh santri di pesantren mengantar kepergian Tania dan Gus Fahri. Alih-alih senang, Tania lebih semakin benci dengan suasana ini. Mereka membuat acara ini bukan untuknya melainkan Gus Fahri. Dengan cepat Tania mengikuti langkah kaki Gus Fahri untuk menuju ke mobil.

"Hati-hati dijalan ya Tania, Fahri. Umi gak memaksakan kalian untuk menang,yang umi mau kalian melalukan yang terbaik disana."

Tania mendengus mendengar ucapan dari umi. Memang beliau tidak memaksa dirinya, tapi karena anak umi lah Tania harus memaksakan diri belajar siang dan malam.

Tania bahkan rela melewatkan makan malamnya hanya untuk pergi ke perpustakaan untuk belajar. Belajar dan belajar membuat Tania muak dan hampir saja membakar seluruh buku-buku di perpustakaan.

"Iya umi." Jawab Tania dan Gus Fahri serempak.

Tania melirik kearah Abi dengan senyum jahilnya seolah mengkode Abi untuk berbicara sepatah dua kata kepada mereka. Abi yang melihat Tania dengan senyum jahilnya bersiap siaga. Menetralkan hati supaya tidak meledak-ledak.

"Abi gak minta apa-apa sama kalian, Abi cuma mau anak-anak Abi pulang dengan selamat aja udah seneng"

"Anak? Tania bukan anak Abi." Bantah Tania.

"Memangnya kamu maunya apa? Mau jadi istri saya?." Tanya Abi sambil berkacak pinggang.

Gus Fahri dan umi yang melihat perdebatan antara mereka menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Sudah menjadi rahasia umum di pesantren ini jikalau Tania sering menjahili Abi.

"Kalau boleh Tania gas aja." Jawab Tania dengan senyum guyonnya.

Umi terkekeh mendengar jahilan Tania, sedangkan Gus Fahri hanya menatap mereka datar. Abi? Jangan ditanya lagi, ia rasanya ingin menghilang dari dunia ini sekarang juga. Sungguh, berhadapan dengan Tania membuat kesehatannya hancur.

"Sudah-sudah, kalian berangkat sekarang sebentar lagi acara disana akan dimulai. Umi sama Abi bakalan datang nyusul kalian." Ujar umi mengakhiri obrolan mereka.

Gus Fahri masuk dikursi samping pengemudi dan Tania duduk dibelakang bersama ustadzah Fira yang menatapnya dengan kobaran sinis. Dengan jahil Tania membalas tatapan ustadzah Fira dengan senyuman yang memperlihatkan giginya seperti seorang psikopat. Ustadzah Fira buru-buru memalingkan wajahnya ke luar jendela diiringi dengan kekehan halus dari Tania yang hampir menyemburkan tawanya.

Suasana diperjalanan sangatlah sunyi lantaran tidak ada seorang pun yang membuka suara. Sama seperti dengan Tania, Tania sedari tadi diam saja dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya. Tak lupa dengan buku yang dipegang sehingga membuat Tania terkesan seperti orang yang sedang belajar.

Padahal nyatanya Tania memasuki alam mimpi dengan tenang.

***

"Kamu tunggu disini saja, saya dan Tania bakalan memasuki ruang lomba. Sebentar lagi umi dan Abi pasti akan menyusul kamu disini." Ucap Gus Fahri kepada ustadzah Fira.

Sebenarnya fungsi ustadzah Fira dibawa kesini tidak ada. Hanya saja tidak baik jikalau disaat perjalan tadi hanya Tania sendiri seorang perempuan. Maka dari itu umi dan Abi mengusulkan untuk membawa ustadzah Fira.

Ukhti FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang