36. Wrenanda Anak Yanto

768 46 7
                                    

Menjadi anak semata wayang dengan hanya memiliki satu orang tua--Yanto--membuat hidup seorang Wren terasa mudah tak mudah. Ibunya pergi saat ia masih kecil dan memilih untuk tinggal bersama selingkuhannya yang berprofesi sebagai bos pertambangan. Ya, memang tidak sebanding dengan Yanto yang hanya pegawai kantoran biasa.

Saat itu, Wren tidak mengerti banyak. Yang ada di pikirannya hanya, "Kok Mama mau sama bapak-bapak botak kayak gitu?"

Dan saat itu, Yanto hanya bisa membalas dengan gelengan kecil, "Cinta itu buta, Nak."

Ketika dirinya mulai memasuki bangku Sekolah Dasar, entah itu sekolah lama maupun yang baru, tepatnya saat ia pindah di tahun ke-3, kerap kali ia mendengar ocehan teman-temannya yang mengatakan, "Kok yang anter-jemput Papanya doang, sih? Kamu gak punya Mama, ya? Aneh banget, masa gak punya Mama? Hahahaha!"

Seruan-seruan anak kecil yang menganggap bahwa apa yang mereka katakan bukanlah hal yang salah, selalu berhasil dibungkam oleh seorang gadis kecil yang sudah menjadi teman Wren saat ia baru pindah ke sekolah itu pada hari pertama. Ya, Vanilla Alhena.

"Yeuu jangan maen-maen! Dia punya Mama! Orang tuanya juga ada 3 asal kalian tau!"

Sontak saja, ucapan gadis itu membuat semua anak yang menyoraki Wren tadi kebingungan sekaligus diam.

"Yahahaha cuma punya dua, ya??? Suh suh!! Jangan ganggu!"

"Cih, apaan sih!" Satu persatu dari mereka pun mulai pergi. "Liat aja, tar juga aku bakal minta Mama Papa baru biar lebih banyak dari dia! Huh!"

Vanilla mengernyit, "Ih..."

"Val, gua gak tanggung jawab ya kalo mereka beneran minta orang tua baru."

Matanya langsung mendelik melihat Wren yang di sampingnya, "Lu udah gua tolongin juga! Emang lu ngerti orang tua baru tu gimana?" Tanyanya dengan tatapan khas anak kecil.

Wren menggendikkan bahu. "Emang gimana?"

"Jadi nanti anak tu bilang ke orang tuanya buat minta orang tua baru. Terus nanti orang tua lamanya nyari orang lain buat ikut jadi orang tua anaknya. Terus mereka jadi keluarga gitu. Masa gitu aja gak tau?"

"Oh gitu caranya Mama ketemu Om Botak..."

Namun seiring bertambahnya usia, Wren akhirnya mengerti bahwa keluarganya saat itu, tidaklah baik-baik saja. Dan satu yang pasti, ia juga menyadari bahwa ucapan Vanilla saat itu juga sudah menyesatkannya.

"Ya lu ngapa percaya??? Gua juga mana tau waktu itu??? Lagian ngapa baru protes sekarang? Tiba-tiba banget! Itu kan udah lama! Au berapa taun, 4 kalo gak salah! Inget aja lagi lu!"

"Ya gua juga baru keinget lagi masalahnya! Semalem tu gua habis merenung..."

Melihat ada perubahan ekspresi pada wajah Wren, Vanilla pun ikut memasang tampang serius. "Kenapa...?"

"Selama ini gua jarang mikirin soal ini. Tapi, tiba-tiba gua sampe kepikiran sebegininya cuma gara-gara mimpi. Di situ, gua liat nyokap yang pergi dari rumah bareng orang itu, persis kayak yang dia lakuin pas gua kecil. Bedanya, di situ gua juga liat bokap yang nahan-nahan biar mereka gak pergi. Katanya, 'Papa gak sanggup kalo harus rawat Wren sendirian... Papa takut Wren gak bisa jadi apa-apa kalo tanpa Mama... Seenggaknya, bawa Wren biar hidupnya terjamin...' Bangun-bangun bantal gua udah basah dong, anjir."

"Kenapa? Ileran?"

"Goblok, air mata!"

"Kok bisa??"

"Keknya di mimpi itu gua mewek tapi gak sadar. Habis kebangun itu, gua langsung mikir, selama ini bokap gua berjuang keras banget buat bisa hidupin gua. Bukan dari segi materi, tapi dari usaha dia buat bisa bikin gua jadi anak yang gak ngenes-ngenes amat."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang