Zoya diam-diam mengulum senyum bangga, walaupun Sera menyebalkan jika sudah berbicara semaunya, tetapi ja tidak menampik jika gadis itu sangat keren jika sudah mengeluarkan kalimat-kalimat panjang yang menyangkut pautkan dengan sains.

"Miss Anna, saya pikir sudah cukup, anda sedikit mengambil waktu mengajar saya!" ujar Miss Rena menegur halus.




******




Baru saja akan mendorong pintu kamar mandi setelah usai melakukan ritual kecil, Sera menghentikan kegiatannya. Ia mengurungkan niatnya untuk keluar dari salah bilik toilet saat mendengar suara yang cukup familiar di telinganya.

"Isa, ganteng banget tadi kak Shaga. Lo seharusnya lihat waktu dia latihan sparing basket pas jam kosong di lapangan indoor."

"Kalian jangan kenceng-kenceng, kalau ada yang denger gimana?" Suara menyebalkan ini membuat Sera muak.

"Ya nggak papa kali, kak Shaga jomblo juga. Lo juga cantik. Siapa coba yang bisa nolak? Mungkin tipe kak Shaga itu lo."

Babunya pinter nyenengin hati tuan putri.

Sera tersenyum sinis, memilih bersandar di daun pintu dan melipat tangan di dada. Ia menikmati kegiatannya dalam mendengarkan lelucon-lelucon yang orang di luar sana lontarkan.

"Hahaha kalian bisa aja, udah ah! Jangan dibahas lagi, gue agak gimana gitu kalau ada yang tahu kalau gue suka kak Shaga. Kalian tahu sendiri fansnya bejibun, salah satunya aja Kak Alena, mantan mayoret sekolah kita."

Lama kelamaan sudah tidak terdengar suara lagi dari luar sana, Sera dengan tenang membuka pintu, menolehkan kepalanya ke arah kanan tepat pada pintu yang tertutup rapat. Ia mengedikkan bahu tidak perduli, memilih melangkah ke wastafel untuk mencuci tangan dan memperbaiki tatanan rambut coklatnya itu.

"Kak Shaga ya? Eum.... Kira-kira Zoya kenal nggak ya?" gumam Sera seraya menatap cermin yang menampilkan pantulan dirinya.
"Kak Alena? Gue juga kayak pernah denger namanya."




******



Kelas sudah kosong. Menyisakan dua manusia dengan dua jenis kegiatan yang berbeda. Zoya yang sedang sibuk bermain game di ponsel canggih Sera dan si pemilik ponsel sendiri tengah menatap tabletnya dengan serius.

"By the way... Lo kenal Kak Shaga?"

Gumaman Sera tentu masuk ke radar pendengaran Zoya, mengingat kelas yang tengah sepi, dan ia yang selalu peka terhadap Sera.

"Jancok! Gue mati woi!"

Sera tidak segan memukul kepala bagian belakang Zoya, gadis itu suka sekali berteriak secara tiba-tiba jika di dekatnya. Apalagi Sera ini paling anti dengan orang seperti Zoya sebenarnya, menurutnya terlalu berisik dan juga menyebalkan, tetapi entah kenapa hanya dengan Zoya ia tahan diintilin ke mana-mana. Bahkan sudah hampir lima tahun lamanya.

"Sakit Sera!" Zoya meringis kesakitan, walaupun terlihat kecil Sera ini tenaganya kayak kuda. Ia menatap kesal Sera yang balas menatapnya, gadis itu berdeham pelan, menyimpan ponsel Sera di dekat sang pemilik. "Lo sih bikin kaget, jadi ya gue teriak."

"Tapi pasti lo ngomong kasar kan? Apa tadi itu ja—ja? Apa tadi itu yang lo bilang?" tanya Sera berusaha mengingat kata-kata aneh yang terkadang Zoya ucapkan.

"Jackpot! Iya jackpot! Mana ada gue ngomong kasar, lo kan nggak suka orang yang suka ngomong kasar." Ya walaupun nih bocah suka ngomong kasar secara tidak langsung sih, gumam Zoya dalam hati. Takut-takut kena tendang Sera yang tadi sudah berganti seragam menjadi baju olahraga. Mengingat jam terakhir mereka tadi ada pelajaran sport.

"Awas lo ya!"

"Siap ndoro! Lagian lo yang salah, kok bisa lo tiba-tiba nyebut nama kak Shaga? Sakit? Atau ketempelan jin sekolahan?"

"Apasih! Nggak jelas! Lo ngomong yang berbobot dikit, mana ada manusia ketempelan jin. Jin itu nggak ada, itu cuman fana yang manusia ciptakan untuk memperkeruh ketakutan kita di muka bumi!" Sera memutar bola mata malas, kembali menatap layar tabletnya yang menampilkan grafik tidak jelas—yang pastinya tidak ingin Zoya ketahui. Karena segala sesuatu yang Sera kerjakan itu sangat rumit. Kepala Zoya yang disokong oleh jawaban Sera selama ini tidak akan mampu mengerti.

"Back to topic—lo kenapa tiba-tiba nanya soal kak Shaga? Ini seriusan lo nggak tahu kak Sagara itu yang mana?" Zoya memastikan hal yang menurutnya sangat mustahil terjadi di sekolah ini. Mengingat nama Sagara melangit, sama seperti Sera.

"Emang untungnya buat gue apa?"

Manusia menjengkelkan ini—

Zoya benar-benar harus menyetok kesabaran sebanyak mungkin, menghadapi Sera itu butuh tenaga ekstra. Selain bermulut semaunya, ia juga seolah tidak memiliki empati terhadap orang lain.

"Terus kenapa nanya sekarang?" tanya Zoya penasaran, jelas saja, Sera ini anti laki-laki. Menurutnya spesies laki-laki itu lah yang menjadi hama di muka bumi. Perusak dan parasit.

"Karena gue mau nunjukin ke seseorang gimana rasanya lihat musuhnya dapat apa yang dia inginkan selama ini." Sera tersenyum tipis, merasa permainan yang akan ia mainkan kedepannya akan menyenangkan. Selama ini hanya ia yang berapi-api jika berhadapan dengan si makhluk tak berbentuk bagus seperti Isabella itu. Sekarang mari ia lihat, apa gadis bermuka polos, tetapi berhati iblis itu bisa tetap tenang saat dirinya dengan terang-terangan mengibarkan bendera merah padanya dengan mendekati laki-laki yang gadis itu sukai?

"Sera jangan gila deh! Ini masalah urusan hati woi! Siapa lagi yang berurusan sama lo kali ini, astaga!" Pekik Zoya panik. Jika, Sera sudah membuat rencana ia yakin tidak akan ada yang selamat dari rencana licik gadis itu.

"Cuman manusia yang punya hati bisa mikirin hati orang lain, untuk gue yang udah lama mati gimana bisa?"

Sera itu terlalu hitam. Hatinya sudah lama dimatikan oleh orang-orang yang menurutnya ia sayangi. Jadi, saat sudah mati, ia tidak ingin memikirkan orang lain.

_____________________________________________

YO AYOK AYOK!!!!!

MERINDING ABISSSSS.

JANGAN LUPA VOTE YAAA MAN TEMAN 👊👊👊👊☠️😏

KETIK MENYALA DISINIIIII❤‍🔥❤‍🔥❤‍🔥❤‍🔥❤‍🔥

Commentnya juga cantik, cantik, dan manis🤍🤍🤍🤍.

AKU TUH SAYANG BANGET SAMA SERA🫂🫂🫂🫂🌹🌹🌹🌹🥀

JANGAN HUJAT ANAK KESAYANGAN AKU ITU KALEANN☠️☠️☠️

Walaupun nyebelin dan seenaknya, Sera itu salah satu tokoh favorit aku 😙😙😙🤏

INVISIBLE STRINGWhere stories live. Discover now