48. Awal Kedekatan

70 7 0
                                    

Saat tengah menggeser-geser menu match ke kiri di aplikasi jodoh, mata Emili terhenti pada satu foto profil pria dengan jas cream yang berhasil menarik perhatiannya.

Buru-buru dia membuka laman profil pria itu. Ah, ternyata benar. Ini adalah akun profil si pria nyebelin, karyawan di kantor pamannya.

Haish, ternyata pria ini juga punya akun Tantan. Bahkan Bio-nya terlihat penuh dengan kata-kata gombalan alay. Melihat hal itu, membuat Emili mual dan mendengus jengkel. Sepertinya Bayu ini adalah tipe-tipe pria ganjen tukang PHP yang suka membual janji-janji manis kepada setiap perempuan. Pantas saja pria matang itu masih tidak laku-laku hingga kini.

Matanya kembali melirik layar menu yang menampilkan akun profil Bayu. Jempolnya menggeser-geser setiap foto yang terpajang disana. Cukup banyak juga ternyata, ada sekitar enam foto. Semuanya terlihat menawan dan aesthetic di mata Emili. Diawali muka sok ganteng Bayu yang memenuhi layar, pria itu bergaya manis diatas batu karang dengan keindahan Danau Toba dibelakangnya. Dilanjut pose lain Bayu di setiap selesai liburan dengan berbagai background seperti wisata pantai, taman nasional, pegunungan, dan rumah adat. Mulai dari Bayu yang tengah mendaki gunung Bromo bersama teman-temannya, Bayu yang tengah tersenyum pepsodent sambil bersidekap dengan latar rumah adat SAE Lanuka Kalimantan, potret Bayu membelakangi kamera sambil menatap sunset di pantai Parangtritis, hingga potret keluarga bahagia Bayu di candi Borobudur juga ada. Membuat Emili berdecak sambil menatap jijik gaya sok keren si angkuh yang terpampang di foto.

"Gila, narsis juga nih orang. Hih, bikin iri aja deh. Gue kan nggak pernah jalan-jalan ketempat-tempat itu. Mentok-mentok mandangin danau kampus. Yang dilihat paling juga orang pancaran doang." gerutu Emili. "Eh, tapi kok kayak kenal ya?"

Mata Emili bergeser mengamati sosok tinggi tegap disebelah Bayu, "Loh, ini bukannya Yuda? Yuda ini siapanya ya? Adik kah?"

"Ah, nggak mungkin. Orang Yuda baik gini. Nggak nyebelin kayak dia." ringis Emili, menggeleng-gelengkan kepala. Lalu matanya beralih menatap wanita yang tengah didekap Bayu. "Eh, ini kan Bu Rani. Ibunya kah? Wah, baru tahu gue. Pantes aja sih, kayaknya sifat dinginnya nurun dari dosen killer itu deh. Beda banget sama Ayahnya. Kalem-kalem ramah gitu. Udah jelas nih, sifat Yuda nurun dari siapa."

Emili terkekeh, menatap hangat pria paruh baya disebelah Yuda. Pria tua itu tengah tersenyum lebar sambil merangkul Yuda yang juga tengah menyengir lebar. "Bener-bener perbedaan yang timpang banget. Tapi nggak heran sih. Setiap keluarga pasti punya sifat yang berbeda-beda. Punya karakternya masing-masing, nggak bisa disamain satu sama lain."

Emili berdecak-decak kagum, speckles dengan anggota keluarga itu. Lalu jarinya kembali bergerak, menggeser foto terakhir. Pupil matanya mengembang sempurna ketika rumah bergaya baloy seperti rumahnya ini menjadi sebuah latar. Potret seorang lelaki remaja tengah merangkul pasangan pria dan wanita tua ubanan terlihat disana.

"Oh, ini Kakek Neneknya ya? Ini dimana? Kok rumahnya mirip kayak rumah Papa?" masih dengan raut bingung, Emili melirik foto itu lagi. "Nggak tahu, ah. Bodo amat. Kenapa gue malah lihatin foto-foto nih cowok jadinya? Hih, kerajinan banget."

Memilih tak perduli, gadis itu hendak men-skip akun si pria nyebelin. Namun sebuah seruan mengagetkan Emili. Tanpa sadar jempolnya menekan tombol love.

"Mil, kita di suruh Mbak Lina nginep di rumahnya. Mau ngajakin maraton drakor katanya. Terus lusa— hari sabtu, Mbak Lin ngajak piknik bareng Mas Miko dan temen-temennya." ucap Anna, muncul dari muka tangga. Mengagetkan Emili yang tengah terduduk santai di sofa sambil menatapi layar ponsel sedari tadi. Sepupunya itu bahkan mengacuhkan dan meninggalkan Anna sendirian di kamar sejak tiba dari kampus.

"Ck. Kamu lagi lihatin apa sih? Asyik bener. Sedari tadi aku dicuekin." Anna mendengus. Kakinya bergerak mendekati sepupu judesnya itu. Begitu tiba dihadapan Emili, matanya mencuri-curi lirik layar ponsel yang masih menampilkan beranda Tantan.

Hallo, Pak DosenWhere stories live. Discover now