Chapter 26. Teman.

224 27 19
                                    

Suara gemersik angin terdengar sangat nyaman dengan gesekan antara bambu yang tenang saat masuk ke pendengaran ku.

Angin sepoi-sepoi yang ku rasakan benar-benar membuat perasaan ku lebih tenang. Duduk di teras halaman rumah yang ku ciptakan sendiri ini, berada di pulau yang jauh dari peradaban manusia.

Sudah seratus tahun sejak insiden itu terjadi, seratus tahun adalah waktu yang cukup bagi para manusia untuk melupakan tragedi yang mengerikan bagi mereka. Namun bukan berarti dongeng itu tidak di turunkan turun temurun ke anak cucu mereka. Akan amarah sang dewa yang hampir membuat dunia ini hancur, tetap akan menjadi luka yang membekas di dalam diri mereka.

Seratus tahun adalah waktu yang cukup untuk memulai peradaban yang baru.

Juga, aku berterimakasih kepada Ramiris karena telah banyak membantuku. Bukan hanya membangkitkan ku kembali, namun dia juga memberi energi kehidupan di pulau ini sehingga itu menjadi pulau yang layak kembali untuk di huni.

Aku mempunyai banyak hutang kepada peri itu.

Saat aku sedang menikmati ketenangan ini, beberapa Slime menerobos menerjang ke kediaman ku. Aku hanya tersenyum melihat itu saat mereka melompat ke arahku secara bersamaan.

"Kalian merindukan ku ya."

Yah, bisa di bilang mereka adalah monster yang lahir karena terpapar energi dari sihir ku di pulau ini. Karena energi ku juga, pulau ini di dominasi lebih dari 1000 monster Slime.

Membuat pulai ini di kenal sebagai surganya para Slime.

Kau bisa melihat banyak nya Slime berada di mana-mana, saat aku berjalan di keluar dari halaman rumah. Aku dapat bertemu dengan beberapa Slime yang sedang bermain. Entah apa yang mereka pikirkan tentang ku, tapi mereka seperti mengerti apa yang ku katakan.

Saat aku bilang untuk tidak melakukan itu, maka mereka akan mengikuti apa yang ku katakan.

Mungkin ini juga efek dari skil Lord Of monster.

Alasan kenapa pulai ini di dominasi oleh Slime, Raphael berkata itu ada kaitannya dengan ras yang ku miliki.

Meskipun mereka terlahir dari energi magis yang keluar dari diriku, bukan berarti mereka menjadi anak-anak ku. Ini sama seperti aku yang terlahir dari energi magis Veldora. Tapi bukan berarti Veldora adalah orang tua ku.

Tiba di sekitar tebing, aku dapat melihat bagaimana indah nya lautan ini. Dengan angin segar yang berlalu melewatiku, membuat rambut ku berkibar.

Ini sangat nyaman, namun disisi lain juga. Aku merasa kesepian.

"Ah?"

Beberapa Slime menabrakkan dirinya kepadaku seolah mereka tidak ingin terus melihat wajahku yang sedih.

Aku hanya tersenyum membalas itu sambil mengambil Slime tersebut di pangkuan ku. Namun, sepertinya itu adalah hak yang buruk. Karena beberapa Slime lain merasa iri kepadanya saat mereka berusaha menyingkirkan Slime yang berada di pangkuan ku ini.

Itu sedikit membuat ku terkekeh."Aku akan melakukannya pada kalian juga, tenanglah."

Aku bisa melihat para Slime itu melompat kegirangan.

Hari yang sangat cerah dengan suasana yang sangat nyaman, betapa menyenangkannya ...

"Bermain sebagai orang tua yang baik, Rimuru?"

Atau tidak ...

Aku bangun untuk melihat siapa yang memanggil ku, menatap ke belakang dengan datar. Aku dapat melihat Guy yang berjalan ke arah ku sambil mengangkat tangannya.

Lost Of TempestWhere stories live. Discover now