Chapter 16. Tidak semudah membalik telapak tangan.

207 25 6
                                    

Angin berhembus sangat kencang di atas kuil naga yang tengah Milim tempati. Di sana dia sedang duduk menyendiri memandangi bulan. Jujur, dalam hatinya dia ingin sekali datang ke perjamuan wallpurgis untuk bertemu dengan Rimuru. Namun dia masih tidak berani.

Hari itu, saat Tempest mengalami insiden kelam. Dia tidak tau apa-apa, ketidaktahuan nya akan masalah dunia luar benar-benar berbalik menyerangnya sendiri.

Saat dia berniat untuk mengunjungi Rimuru dengan wajah ceria yang seperti biasa, sebenarnya dia ingin membicarakan perihal wallpurgis yang akan di adakan karena itu mengangkut dengan Rimuru. Namun, itu adalah neraka. Negara Tempest sudah benar-benar hancur saat dia baru datang. Perumahan yang hancur serta banyak nya nyawa yang berserakan. Membuat Milim terkejut bukan main.

Tempest yang dulunya sangat ramai dan penuh dengan kehangatan, itu sudah menjadi bencana dengan banyak nya mayat para warga yang berserakan di mana-mana.

Dia tidak tau harus berbuat apa saat itu, apakah dia memiliki hak untuk marah? Tempest juga sudah dia anggap sebagai rumahnya sendiri.

"Beraninya ...."

Tangan Milim terkepal kuat saat kemarahan melanda dirinya. Namun, itu di hentikan saat dia merasakan keberadaan Rimuru yang sudah memasuki kota.

Bagaimana perasaan Rimuru saat melihat semua ini terjadi? Bukankah dia lebih memiliki hak untuk marah dari pada aku?

Saat itu tanpa pikir panjang, tubuhnya bergerak sendiri. Dia berlari dengan cepat, menjauh dari Tempest sebisa mungkin tanpa di ketahui Rimuru.

Sebagai orang yang dekat dengan Rimuru, dia sangat sedih karena tidak bisa membantu sahabat nya sendiri saat mengalami kesusahan. Dia tidak berani untuk menampakan dirinya di depan Rimuru.

Andai saja dia datang lebih awal, mungkin dia dapat membantu Tempest.

Milim merasa gagal sebagai sahabat nya. Dia tidak ada di sisi Rimuru saat kondisi Rimuru berada di titik terendah nya. Dia memutuskan untuk melarikan diri dari sana.

Dia merasa bersalah karena tidak dapat membantu sahabat nya.

Rimuru pasti sedang merasa kesakitan saat ini, dia pasti sedang sedih, melihat para bawahannya tak berdaya.

Milim sangat mengerti akan perasaan Rimuru saat ini, dia benar-benar mengerti apa yang di rasakan Rimuru saat kehilangan seseorang yang sangat berharga di hidupnya.

Milim sangat mengerti semuanya. Karena dia juga pernah mengalaminya.

Pasti sakit bukan?

Milim sangat ingin berputar balik untuk berada di sisi Rimuru, namun dia tidak bisa melakukannya.

Saat sudah merasa sangat jauh, dia sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk berlari. Tangisnya mulai pecah saat air mata mengalir dengan deras.

Andai saja dia datang lebih cepat, andai dia bisa ada di sana pada saat itu.

Milim sangat tau betapa Rimuru mencintai Tempest, betapa Rimuru menjaga Tempest dengan sangat baik, karena itu dia sangat mengerti rasa sakit yang saat ini Rimuru derita.

"Rimuru, apa kota ini sangat berharga bagimu?"

"Tentu saja Milim, kenapa tiba-tiba seperti itu."

"Kalau begitu kau harus menjaganya, kau akan menyesal karena terlalu banyak hal yang sangat berharga ada di hidup mu."

"Tenang saja, entah Tempest dan seluruh penduduk yang tinggal di sini. Aku akan menjaganya, apapun yang terjadi."

Milim berteriak dengan penuh kesedihan saat dia mengetahui apa yang di rasakan Rimuru saat ini. Tangisnya pecah sejadi-jadinya.

Kehilangan hal yang sangat berharga, Milim sangat mengetahui betapa menyakitkan nya hal tersebut.

Lost Of TempestWhere stories live. Discover now