Chapter 03. Bawahan dan Sahabat.

246 29 0
                                    

Saat matahari terbit, suasana di sini sangat tenang ... Namun juga, sepi. Banyak batu nisan yang tengah ku tatap dalam diam saat semerbak angin sejuk melewati tubuhku. Entah kenapa, ini terasa sangat dingin.

Itu adalah makam yang telah ku buat, meskipun aku menyimpan tubuh mereka di dalam tubuhku. Namun, aku hanya merasa perlu untuk membuatnya.

"Itu sangat singkat, hanya dua tahun. Ku pikir kita bisa bersama lebih lama lagi ... Namun, sepertinya takdir berkata sebaliknya."

Dua tahun, aku tidak tau harus mendefinisikan itu sebagai waktu yang lama atau sedikit. Namun, jika di perbolehkan. Aku ingin lebih lama bersama mereka.

"Sangat sulit untuk menerima kenyataan seperti ini. Aku selalu berharap kalau semua ini hanyalah mimpi. Namun, itu hanyalah alasan ku untuk melarikan diri dari kenyataan. Alasan yang membuat kewarasan ku tetap terjaga ...."

"Rimuru-sama ..."

Aku mengelus lembut Ranga yang ada di sampingku tanpa melihatnya, seolah tatapan ku tidak bisa teralihkan dari kuburan dari seluruh warga Tempest ini.

Aku tidak tau kenapa aku masih ada di sini, seolah tubuhku sangat berat untuk meninggalkan tempat ini. Rasanya, seperti kesepian dan kekosongan menyelimuti jiwaku.

Aku ingin menangis, namun sepertinya itu sudah menjadi hal yang mustahil yang bisa ku lakukan.

Dengan berat hati, aku meninggalkan tempat itu. Bersamaan dengan Ranga yang terlambat menyusul. Aku melihat Ranga  berbalik, melihat ke arah pemakaman dengan wajah yang sedih. Dan melanjutkan jalannya.

Kota ini, telah menjadi reruntuhan. Beberapa rata dengan tanah. Beberapa bangunan terlihat masih setengah utuh. Namun tidak layak di tempati. Itu seperti kota mati. Di alun alun Tempest ini, meskipun matahari sudah menyinari cahaya itu.

Itu sangat sepi, dan hening. Tidak ada kebisingan apapun. Keramaian para warga yang beraktivitas telah hilang sepenuhnya. Tidak ada lagi kehidupan apapun. Hanya kota mati ...

Saat kami tiba di bukit Tempest, aku dan Ranga kembali berhenti. Hanya untuk memandang kembali Tempest yang telah kehilangan cahaya nya.

"Rimuru-sama ..., Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"

Ranga tiba di sisiku, memandang Tempest dengan tatapan yang sama dengan ku.

"Apa yang akan kita lakukan?"

Sejujurnya, aku juga masih belum mengetahui apa yang akan ku lakukan. Apa sebenarnya tujuanku, dan kenapa aku dilahirkan kembali ke dunia. Yang pasti, ada satu hal yang harus ku cari tahu. Seluruh jiwa dari orang orang Tempest juga dengan beberapa prajurit yang mati, itu menghilang. Menghilang bukan karena di serap atau kembali ke dunia itu sendiri, aku hanya merasa, seseorang telah menarik tali di balik bayang-bayang. Untuk kepentingan mereka sendiri.

Terlalu sedikit informasi yang ku ketahui, sehingga aku masih belum bisa memastikan apa itu benar atau tidak.

Tiba-tiba, Ranga menggeram dengan keras ke arah belakang kita. Mengeluarkan aura intimidasi yang nyata dengan aura nya yang keluar.

"Tenang Ranga." Mencoba membuatnya tenang, tiga lingkaran hitam muncul di hadapan kami.

Itu adalah ketiga iblis yang sebelumnya membantuku.

"Sungguh, pakaian itu terlihat sangat cocok untuk anda. Wahai tuanku." Noir, berlutut dengan elegan.

Pakaian yang di buat oleh Raphael menggunakan kualitas terbaik, itu adalah pakaian dengan warna hitam legam bersamaan dengan garis keemasan yang di buatnya.

Tidak, yang lebih membuatku heran adalah.

"Kalian masih ada di sini?"

"Rimuru-sama... Mereka?" Ranga bertanya dengan heran.

Lost Of TempestWhere stories live. Discover now