Chapter 14. Wallpurgis.

223 21 8
                                    

Saat pertama kali melangkah kan kaki, itu adalah ruangan yang sangat asing setelah aku memasuki gate dengan Mizari yang mengikuti ku dari belakang.

Dengan meja besar yang terlihat sangat jelas bersamaan dengan 10 kursi yang ada mengitari meja bundar itu. Mataku menyipit saat melihat pria dengan rambut merah layaknya darah. Guy Crimson.

Hanya dengan melihat sedikit aura kasar yang keluar dari tubuhnya. Aku sudah yakin akan satu hal. Dia berbahaya.

Aku tidak tau apa yang sedang pria itu pikirkan namun, tatapan mata nya saat pandangan kami bertemu sangat intens dengan senyum kecil yang terpampang di wajahnya.

Melihat ke sekeliling ruangan, masih tidak terlihat demon lord lain saat Mizari kembali memasuki gerbang tersebut. Mungkin untuk menjemput demon lord lainnya.

Tapi, saat ada gate yang kembali terbuka. Itu membuat pandangan ku teralihkan padanya. Melalui ingatan Shizu, hanya dalam sekali lihat aku sudah tau siapa pria ini.

Leon Cromwell.

Menghampiri nya dengan cepat, aku menampar pipinya dengan keras. Itu tidak memiliki energi sama sekali, jadi aku yakin untuk sekelas demon lord. Dia tidak akan merasa sakit sama sekali akan tamparan tersebut.

"Untuk apa itu?" Leon menyentuh pipinya sendiri dengan heran, menatapku dengan tajam.

"Itu untuk Shizu-san."

Aku bisa melihat dia mengamati penampilan ku dengan teliti.

Tatapan tajamnya kemudian menghilang. Menatapku dengan tenang.

Mungkin itu tidak menyakitkan baginya, namun itu akan menjadi pukulan terhadap harga dirinya. Namun dia beruntung karena para demon lord lain masih belum datang, mungkin hanya pria dengan rambut merah itu yang sedang tertawa menghampiri kami.

Leon masih menatapku dalam diam, bukan berarti aku takut jika di tatap seperti itu.

"Ok ok, sudahi lelucon nya sampai di sini saja. Aku tidak ingin ada pertempuran yang tidak perlu di perjamuan ini." Pria itu, dengan senyum tipis merangkul Leon menggunakan tangan kanan nya, sementara dia merangkul ku dengan tangan kirinya.

"Tapi dia yang mencari masalah terlebih dahulu dengan ku."

"Apa-apaan? Apa kau menjadi anak yang mengadu pada orang tuanya?"

Aku bisa melihat perempatan di wajahnya saat aku memprovokasi nya. Namun yang menarik perhatian ku adalah tawa Guy yang meledak karena balasan ku sebelumnya pada Leon.

"Itu pertama kalinya aku melihat wajah mu seperti itu Leon, benar-benar lucu." Guy menepuk-nepuk pundak Leon beberapa kali saat dia mencoba mengontrol tawanya.

Aku juga ... Sepertinya telah berlebihan padanya.

Namun, tangan Leon yang tiba-tiba terbungkus oleh energi yang sangat padat. Meluncur dengan cepat ke arah ku. Itu serangan yang cepat dan kuat, meskipun itu tidak akan membunuhku. Bukan berarti aku tidak akan menerima luka.

Namun saat aku hendak menahan pukulan Leon. Guy dengan santai menahan pukulan nya tersebut.

"Ku bilang sudah cukup kan."

Iris merah Crimson nya menatap Leon dengan aura membunuh yang nyata di ikuti dengan suaranya yang dingin. Leon menatap tajam kepada Guy seraya menghempas tangannya. Tapi, Leon menjadi penurut bukan saat ini.

Aku tidak pernah sekalipun berpikiran kalau pria ini akan memihak kepadaku. Itulah yang ku pikirkan sebelum matanya menatap ku dengan dingin, seringai tipis nya benar-benar memberikan ancaman yang nyata bagiku.

Lost Of TempestWhere stories live. Discover now