Chapter 18. Rasa sakit.

182 24 5
                                    

Seperti yang ku duga sebelumnya, perjamuan wallpurgis ini hanya untuk menyambut kedatangan dari demon lord yang baru. Siapa lagi kalau bukan aku. Juga, ada beberapa penyerangan wilayah yang di berikan. Meskipun beberapa orang terkejut, namun karena usulan dari Guy. Hutan jura telah resmi menjadi wilayah kekuasaan milik ku saat ini.

"Aku tidak menyangka kalau wallpurgis yang legendaris itu hanya akan menjadi perjamuan biasa seperti ini." Gumam ku sambil meminum wine yang ada di dalam gelas kaca.

"Aku juga tidak menyangka Guy akan melakukan sesuatu yang sepele seperti ini. Sepertinya dia memandang mu sedikit spesial." Leon di sana mengeluarkan pendapat nya juga.

"Apa? Apa kau cemburu padaku Leon-boy?"

Leon menghiraukan candaan ku."Jangan bodoh seperti itu. Juga, jangan panggil aku dengan sebutan seperti itu."

Dia menyipitkan matanya di kalimat terakhir.

"Jadi Rimuru, apa yang akan kau lakukan setelah menjadi raja iblis? Asal kau tau, aku tidak akan membiarkan mu menyentuh Hinata seujung jari pun."

Suasana tiba-tiba menjadi dingin saat Ruminas melempar pertanyaan sekaligus pernyataan nya kepadaku. Aku hanya membalasnya dengan bosan sambil memutar gelas wine yang sedang ku pegang. Beberapa panik seperti Ramiris dan Milim yang menatap kepada Ruminas dan aku silih bergantian.

"Tenang saja, aku sudah tidak tertarik lagi dengan keberadaan nya. Mau dia mati atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengan ku."

Ruminas seperti nya tidak senang dengan perkataan ku yang kasar, namun dia menarik diri untuk bertanya lebih jauh.

"Begitu, baguslah."

"Oi, apa kau tidak ingin bilang apapun padaku?"

Aku melirik ke arah suara tersebut, mendapatkan Ramiris yang sedang melihat tangannya. Suara nya sedikit di buat-buat agar terdengar lebih berat. Apa dia berniat untuk mengintimidasi ku.

Benar juga, aku mempunyai hutang permintaan maaf pada Ramiris.

"Apa maksudmu?" Balasku sambil bertumpu dagu, menatap Ramiris dengan senyum kecil.

Ramiris terbang ke arah ku dengan kesal, dia memegang hidung ku dengan sangat keras. Meskipun aku tidak merasakan apapun.

"Apa maksudmu? Katamu!? Kau pernah sekali hendak memukul sambil bicara 'Sku bukan Rimuru yang kau kenal lagi' seperti itu! Cepat minta maaf!!"

"Tidak mau." Menanggapinya dengan santai, Ramiris memukul beberapa kali hidung ku dengan sangat keras. Meskipun aku tidak merasakan apapun.

"Minta maaf! Atau aku akan mengeluarkan jurus pamungkas ku untuk menghajar mu!"

"Hah, apa yang bisa kau lakukan dengan tubuh mu seperti itu." Balasku dengan datar, sambil melemparkan senyum mengejek padanya. Itu hampir membuat Milim menyemburkan tawa nya sebelum dia menahan mati-matian itu agar tidak keluar.

"Hhnnnggggg!!" Gigi Ramiris bergetar saat dia menatapku dengan marah. Yang hanya ku balas dengan senyuman kecil.

Entah kenapa, perasaan ku sudah mulai membaik lagi sekarang. Mungkin, aku benar-benar bisa melupakan mereka. Tidak, aku tidak akan pernah melupakan mereka. Namun aku akan berusaha untuk merelakan kepergian mereka. Dengan teman-teman baru ku yang ada di sini, meskipun aku masih belum lama mengenal mereka juga.

Para demon lord ini, tidak seburuk yang aku pikirkan. Mereka bersikap ramah kepadaku meskipun ada beberapa masalah yang datang di awal.

Milim, Guy, Ramiris, Leon-Boy, Dino, Ruminas, Dagruel, Frey, Carion. Mereka memiliki kepribadian yang tidak buruk juga. Seharusnya aku membawa Veldora ke sini, mungkin dia juga dapat sedikit bersenang-senang di sini. Tidak, aku yakin saat ini dia sedang membaca manga. Seperti itu lah dirinya.

Lost Of TempestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang