Give Me Your Forever

3 0 0
                                    


Ternyata jatuh cinta itu hebat, melihat dia saja sudah tenang sekali apalagi sampai memilikinya. Itu yang Banyu rasakan ketika memperhatikan Bintang di sebrang jalan sedang menunggu jemputan sepertinya karena Bintang melirik terus menerus jam tangannya lalu menelpon entah siapa Banyu tidak tahu. Niat dia ingin membeli sate di dekat rumahnya, tapi malah bertemu dengan Bintang, sengaja tidak dia temui wanita tersebut, hanya ingin melihat saja.

Banyu mengernyit bingung ketika Bintang di datangi seorang pria paruh baya yang menggunakan mobil berwarna hitam. Wajah Bintang benar benar cerah sekali, senyuman lebar dan indah, Banyu sampai tertegun dia tidak pernah melihat senyum Bintang sampai semanis itu. Tapi, pria paruh baya itu malah menarik ponsel Bintang lalu membantingkannya ke trotoar. Banyu menggertak kan giginya kasar ketika melihat Bintang menangis entah apa yang di bicarakan. Bintang tampak memohon sesuatu, dengan tidak sabaran Banyu menghampiri mereka berdua.

"Jangan jadi beban saya lagi."

"Yah, Bintang cuma minta Ayah datang ke rumah."

"KAMU MIKIR GAK? KAMU UNDANG SAYA SAMA NUR? SAYA SUDAH NIKAH? GAK ADA SOPAN SANTUNNYA KAMU BINTANG!"

Bintang hanya menangis di hadapan Ayahnya, salah dia juga mengundang Ayah dan Bundanya untuk makan bersama, tapi dia hanya ingin bertiga tidak mau dengan siapapun. Bintang benar benar merindukan orang tuanya, dia terdiam merasakan badannya di tarik ke samping selanjutnya yang dia rasakan pelukan hangat. Matanya mendongak menatap orang tersebut, ternyata Banyu. Dia kira siapa, hampir saja Bintang memukul orang tersebut, membiarkan Ayahnya pergi dari sana.

"Kenapa nangis? Ada masalah?"

"Ayah.."

Kening Banyu mengernyit bingung, mencoba paham maksud dari orang yang dia sayangi itu. "Kenapa?" Tangannya menepuk nepuk punggung Bintang perlahan. Mengecup puncak kepala tersebut berkali-kali, lalu terkekeh pelan. Lucu juga melihat Bintang sesenggukan seperti ini. "Kenapa atuh? Cerita sama saya," katanya lembut.

Bintang mengeratkan pelukannya lalu menjawab, "kamu kenapa selalu ada sih?" Yang dia dapat hanya tawa kencang dari Banyu.

"Kenapa? Nonton mau?"

"Mau, kamu disini ngapain?"

"Mau beli sate, Mamah yang nyuruh."

"Beli dulu sate terus nanti nonton."

"Kalau ke rumah saya dulu mau?"

"Mau ngapain?"

"Nganterin satenya Kak," kata Bantu lalu mengecup punggung tangan Bintang, karena tanpa sadar perempuan itu menggenggam tangannya. "Beneran gak mau pacaran sama saya Kak?"

Bibir Bintang mencebik kesal sekali, lalu mengangguk pelan, matanya menatap sembarang arah. "Ya boleh deh," cetusnya cepat. Gengsi dia tuh!

Banyu hanya membuka mulutnya terkejut, apa dia tidak salah dengar ya? Ya boleh itu untuk apa? Nganterin sate ke rumahnya atau untuk ajakan menjadi pacarnya. Walaupun sudah lama sekali dia mengejar Bintang, tapi ketika di terima dia malah kaget sendiri juga. Sudah 7 bulan dia mengejar dan menyatakan perasaannya terhadap Bintang, tidak lelah karena memang dia menyukai perjuangannya ini. Senyuman Banyu kian melebar lalu tertawa renyah, di perutnya seperti ada kupu kupu berterbangan membuat dia mulas jujur. Tawanya malah makin menjadi ketika melihat rona merah alami dari Bintang, sungguh cantik sekali perempuan ini, Banyu yakin sekali Bintang sedang tidak menggunakan make up apapun karena benar benar bersih polos kulitnya. So, rona merah itu benar benar muncul alami.

Jemari Bintang bergerak tak tentu meskipun sudah di genggam Banyu tetap saja dia menjadi gugup sendiri, jawabannya memang spontan tadi, dia sedang mencoba melupakan kejadian yang lalu, tidak tidak bukan dia lupakan tapi mengalihkan perhatian Banyu agar tidak bertanya lebih detail. Bintang tidak siap bercerita tentang keluarganya, walaupun sudah cukup dekat selama dia menjadi dosen. Tetap saja, dia sungkan.

INI BINTANGKUWhere stories live. Discover now